HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Sunday, April 29, 2012

Panggilan Kepada Empat Murid Pertama

* Markus 1:16-20
1:16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
1:17 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
1:18 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
1:19 Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu.
1:20 Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.

Karena Yesus tidak disambut oleh orang-orang di Nazareth, maka Ia pergi berjalan-jalan di tepi danau Galilea, dan disitulah Ia mulai memanggil murid-muridNya. Pada waktu itu dilihatNya dua orang bersaudara, yaitu Simon dan Andreas, sedang menebarkan jala. Simon dan Andreas sebelumnya sudah berkenalan dengan Yesus sebagai Mesias. Mungkin juga Yohanes bin Zebedeus termasuk diantara mereka yang disebut dalam Yohanes 1:35-39, lihat ayat ini :


* Yohanes 1:40-42
1:40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus.
1:41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)."
1:42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."

Dan rupa-rupanya mereka pernah menjadi murid Yohanes Pembaptis :


* Yohanes 1:35-40
1:35 Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya.
1:36 Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!"
1:37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.
1:38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?"
1:39 Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat.
1:40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus.

Ketika Yesus melihat mereka, segera mereka dipanggil untuk mengikut Dia. Tanpa menanyakan apa-apa, mereka langsung mengikuti Yesus. Mereka meninggalkan pekerjaan, kaum keluarga, rumah-tangga mereka, dan sebagainya. Tuhan Yesus tidak menjanjikan apa-apa mengenai upah atau gaji mereka. Betapa heran kita melihat iman murid-murid itu. Agaknya mereka sungguh-sungguh sudah yakin bahwa Yesus yang mereka ikuti adalah Mesias. Keyakinan itu sudah cukup bagi mereka.

Begitu pula cara Tuhan Yesus memanggil Yakobus dan Yohanes, kedua anak Zebedeus. Rupa-rupanya Zebedeus ayah mereka, adalah seorang yang berada, sebab ia mempunyai beberapa orang upahan (Markus 1:20). Yakobus dan Yohanes-pun langsung meninggalkan semuanya. Keduanya benar-benar yakin bahwa Yesus adalah Anak Allah, sehingga mereka tidak kuatir akan kehidupan mereka sehari-hari, Kita harus ingat bahwa pekerjaan mereka sebagai pengikut Yesus bukanlah sesuatu hal yang menyenangkan/ nyaman, karena dapat dikatakan mereka berjalan ke setiap tempat, bukan berkendaraan dan mempunyai suatu tempat khusus suatu kegiatan pemuridan, dan tempat yang tetap untuk dapat beristirahat. Tetapi ditinjau dari kerohanian, keuntungan mereka mengikut Yesus serta belajar dari Dia selama tiga tahun, besar sekali. Disini, sekali lagi kita menjumpai bahwa Tuhan Yesus memanggil orang-orang yang sederhana. Kita heran apa sebabnya Tuhan Yesus tidak memanggil orang-orang yang pandai dan yang martabatnya lebih tinggi, supaya kelak Injil-Nya dapat dimasyurkan dan dihormati.

Sebaliknya seperti telah ditulis oleh Rasul Paulus : Tidak banyak di antara yang dipanggil yang bijak menurut ukuran manusia


* 1 Korintus 1:26-28
1:26 Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
1:27 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,
1:28 dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,

Markus 1:16-20 menceritakan kisah dua pasangan saudara yang berprofesi sebagai penangkap ikan. Pekerjaan menangkap ikan pasti telah memberikan mereka latihan ketahanan dan kesabaran yang diperlukan bagi orang yang akan menarik orang lain kepada Kristus. Namun ada lagi yang diperlukan, dan jika mereka selanjutnya bersedia mengikuti Kristus, Ia memberitahukan suatu misi yaitu : "Kamu akan Kujadikan penjala manusia"

Kisah ini menunjukkan bahwa jika Kristus memanggil seseorang bukan atas dasar yang terdapat pada orang itu melainkan atas dasar apa yang dapat Kristus lakukan dalam mereka, jika mereka bersedia mentaatiNya. Dalam kisah ini kita juga dapat menyoroti kesederhanaan Yesus dalam memanggil orang-orang pilihannya, Ia hanya berkata "Ikutlah Aku!" :


* Kepada masing-masing Matius dan Filipus, Yesus berkata : "Ikutlah Aku" (Matius 9:9)

* Kepada Petrus dan Andreas, Ia berkata : "Mari ikutlah Aku" (Matius 4:19)

* Kepada salah satu pengikutNya, Ia berkata : "Ikutlah Aku dan biarlah orang mati menguburkan orang-orang mati mereka" (Matius 8:22)

* Kepada seorang muda yang kaya, Ia berkata : "Datanglah kemari dan ikutlah Aku" (Matius 19:21)

* Kepada Petrus menjelang kenaikanNya ke Surga, Yesus berkata "Tetapi engkau, ikutlah Aku"[/color] (Yohanes 21:22).


Ia berulang-ulang menyerukan : "Ikutlah Aku" jikalau hendak memanggil orang yang dipilihNya. Dan ini adalah kata kunci panggilan keselamatan dariNya. (Reff. Matius 4:19 ; 8:22; 9:9; 19:21; Markus 1:17; 2:14; 10:21; Lukas 5:27; 9:59; 18:22; Yohanes 1:43; 21:19; 21:22)

Ia tidak berkata : "Ikutlah Agama Musa" atau "Ikutlah Agama Abraham", atau bahkan "Ikutlah Agama-Ku". Yesus tidak memanggil orang-orang untuk mengikuti sebuah agama, atau sekumpulan kaidah, ibadah atau upacarawi keagamaan yang jelas bukan merupakan sumber dan pusat penyelamatan.

Dari undanganNya yang sederhana itu, Ia pun juga mengundang Anda dan saya untuk datang langsung kepada DiriNya, berelasi dengan PribadiNya yang merupakan sumber-daya dan pelaku penyelamatan secara kepastian!.


Amin.

 

Thursday, April 26, 2012

Siapa Menggunakan Pedang, Binasa oleh Pedang Mat 26:52

Matius 26:52
Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.


"Barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang" pada umumnya bermakna "kekerasan akan menghasilkan kekerasan".

Teguran Yesus kepada Petrus "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya" hal ini bukan untuk mencela apa yang dilakukan Petrus, karena sebenarnya maksud Petrus memang baik, tetapi Yesus menghentikan ayunan tangannya supaya hal sia-sia yang lebih lanjut tidak akan terjadi. Misi Kristus di bumi adalah untuk kedamaian, kehidupan murid-muridNya pun dituntut untuk tidak menimbulkan pertumpahan darah. Perhatikan bahwa : Senjata kita dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata rohani. Dan meskipun kita memperoleh gelar sebagai tentara Kristus tidak berjuangan secara duniawi (lihat 2 Korintus 10:3-4). Ini bukanlah berarti bahwa hukum Kristus menyingkirkan hukum alam ataupun hukum bangsa-bangsa, sejauh hukum-hukum itu memang membela hak-hak dan kebebasan warga negara. Sebaliknya hukum Kristus ini bermaksud menjaga kedamaian dan ketertiban umum, dengan melarang orang secara pribadi melakukan "main hakim sendiri". Kristus ingin agar murid2 menyebarkan ajaran Kristus dengan tidak melakukan kekerasan. Kristus dan amanatNya bukan untuk dipertahankan atau disebarkan dengan senjata lahiriah.

Prinsip umum yang dikemukakan Yesus Kristus ini terbukti di dalam pengalaman umat manusia. "Pedang bertemu pedang dalam peperangan: pedang pembalasan dendam melawan pedang kesewenang-wenangan dalam hasutan untuk memberontak: dan pedang yang dihunus secara tidak rohani untuk urusan rohani, pasti dibalas oleh pedang pembalasan historis tertentu" Sebagai contoh Perang Salib yang berlangsung selama 4 abad justru tidak dimenangkan oleh kubu Kristen. Hal itu menjadi suatu bukti bahwa Kristus tidak merestui adanya "perang suci" dengan pertumpahan darah.

Yoh20:17-Benarkah Yesus bukan Tuhan karna Dia 'punya' Tuhan?

Yohanes 20:17 Alkitab Terjemahan Lama

Maka Yesus pun bersabda kepadanya, "Janganlah engkau menyentuh Aku, karena belum Aku NAIK KEPADA BAPA, tetapi pergilah engkau kepada segala saudara-Ku, dan katakanlah pada mereka itu, Aku naik kepada BAPA-KU dan BAPAMU, dan kepada TUHAN-KU dan TUHANMU."


'Aku naik kepada BAPA-KU dan BAPAMU, dan kepada TUHAN-KU dan TUHANMU', perkataan Yesus ini yang singkat ini mempunyai makna yang bisa diuraikan:
Aku kembali kepada Bapa-Ku, yaitu Dia yang menjadi Bapa-mu (murid2), yaitu Tuhan-Ku, yang menjadi Tuhan bagi-mu (murid2).

Itulah maksud Yesus yang sebenarnya.
Benar  bahwa Yesus bukan mengatakan: Bapa kita & Tuhan kita.
Karena sebenarnya, Bapa/Allah hanya dimiliki Yesus sendiri, sebagaimana Yesus hanyalah dimiliki Bapa.
Sesungguhnya tidak seorang pun yang disebut Anak Allah atau Hamba Allah, karena sesungguhnya hanya Satu Anak Allah & Hamba Allah yang Sepenuhnya/Sempurna yaitu Yesus Kristus.

Jadi manakala kita disebut anak2 Allah atau hamba Allah, itu karena pilihan Allah saja, bukan karena sejatinya kita.
Seperti kita memilih pembantu di rumah, gak ada pembantu pun sebenarnya gak masalah, karena pembantu bukan keluarga kita.
Kalau pembantu lari, tinggal cari yang lain, tapi kalau anak tunggal hilang, tidak ada gantinya.

Jadi untuk mudahnya, anggaplah Yesus sedang bicara kepada para pelayan/pembantu2Nya, yaitu murid2.
"Bapa-Ku itu adalah Bapa-mu karena kamu akan tinggal di dalam rumahKu di sorga. Bapa-Ku itu adalah Tuhan-Ku atau Junjungan-Ku, Aku melakukan segala hal yang hendak dilakukan Bapa, karena Bapa adalah Roh. Maka kini Dia juga akan menjadi Tuhan-mu, yaitu bila kamu menuruti perintah-Ku. Karena bila kamu menuruti perintah-Ku maka artinya sama saja kamu telah menuruti perintah Bapa-Ku dan menjadikan Dia sebagai Tuhan-mu."

Nah kalau di rumah, siapakah majikan dari sang pembantu?
Apakah hanya sang Bapa saja? atau AnakNya juga?
Pembantu mana yang bisa dihormati Tuannya, jika mereka kurang ajar kepada AnakNya?
Tuannya justru hanya akan memuji sang pembantu, bila Sang Anak memuji2 kesetiaan sang pembantu di depan BapaNya.
Anak dan Bapa, adalah sama2 majikan/tuan dari sang pembantu.
Biarpun AnakNya hanya baru berumur 1 bulan, kedudukan Anak lebih tinggi dari pembantu, dan pembantu harus melayani Sang Anak.

Nah lalu apakah wajar seorang Anak memanggil BapaNya sendiri sebagai Tuan/Tuhan?
Sara memanggil Abraham, sang suami, dengan sebutan Tuanku.
Tuan/Tuhan berarti junjunganku, kekasihku, kemuliaanku, penguasaku, dst.

Dalam hal ini, kita gambarkan dengan sebuah perusahaan kebun anggur yang diberi nama PT.Alam Semesta Raya.
Perusahaan ini dimiliki Bapa, dan dijalankan oleh AnakNya.
Maka sangat wajar jika sang Anak berkata kepada para pegawaiNya:
"Aku selalu menuruti Bapa-Ku, karena Dia Tuhan/Tuan atas perusahaan kebun ini, kalian juga kalau mau kerja di sini maka harus menurut kepada-Ku, maka kamu berarti menuruti Bapa-Ku. Aku menjadi Tuan atas kamu, supaya Bapa menjadi Tuan atas kamu."

Karena semua urusan Bapa harus ditangani lewat Anak, maka setiap perintah Bapa pun hanya bisa didengar lewat Sang Anak, jadi Ketuhanan Bapa atas kebun dan pegawai2Nya ada di dalam AnakNya.
Maka Anak pun menjadi Tuhan atas segala sesuatu dalam perusahaan itu.
Jadi tidak ada salahnya Anak menyebut Bapa sebagai Tuhan atas PT.Alam Semesta Raya, sementara Anak sendiri pun adalah Tuhan di PT.Alam Semesta Raya
.
Yang jelas, bagi pegawai2 di seluruh bagian PT.Alam Semesta Raya, Bapa dan Anak menjadi Tuhan mereka yang harus mereka taati sungguh2 kalau tidak mau dipecat.

Puji Tuhan, bahwa umat Kristen mempunyai Allah yang Sempurna dan Nyata.

Jika tidak ada Yesus sebagai Allah yang Nyata, maka sewajarnya kita percaya tidak ada Allah, seperti kaum atheis.
Tuhan Yesus adalah jawaban bagi kaum atheis, yang tidak mengenal ada Allah.
Yesus datang dan berkata: Ini Aku Datang! Percayalah!


Saya tidak mau dibodoh2i orang2 yang bercerita tentang dewa2 atau allah yang hanya rekaan/ajaran seseorang karena mereka tidak mempunyai bukti.
Orang atheis lebih masuk akal, karena mereka percaya sesuatu dengan bukti, selama belum menemukan bukti bahwa ada Allah, mereka tidak percaya ada Allah.
Tapi saya bersyukur karena Yesus datang, maka saya percaya bahwa keberadaan Allah bukan sekedar isapan jempol atau tebak2an atau rekaan orang saja.
Kalau memang ada Allah, seharusnya Dia bisa datang ke dunia dan menampakkan diriNya, ......... Itulah Yesus Kristus! Puji Tuhan!

Yohanes 1:18
Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.


Banyak agama yang menyembah allah yang sebenarnya tidak ada, atau menyembah allah tapi allah yang salah.
Tapi Yehova benar2 Allah sejati, karena Dia datang yaitu Yesus Kristus.

Trinitas sama sekali bukan hal yang mustahil, melainkan Mutlak!!!
JIka Allah bukan Trinitas, maka allah adalah suatu yang mustahil.

Jika Allah semata zat/roh, maka allah itu tidak nyata dan tidak bisa berbuat.
Jika Allah semata sifat/pribadi, maka allah itu menjadi sifat yang angkuh/meninggikan diri di atas segalanya untuk dipuja2.
Jika Allah semata kuasa, maka allah itu justru menjadi dimanfaatkan manusia untuk menuhankan diri sendiri.

Jadi untuk menjadi Allah Yang Sejati/Benar, Allah haruslah Trinitas, yaitu:
Roh/Kehendak, Pribadi/Sifat, Kuasa yang menjadi Satu.
Allah bukan pribadi yang meninggikan diri, tapi Kehendak/Kebenaran yang meningikan Pribadi dari Allah.
Allah bukan roh yang tidak berdaya, tapi bisa berkuasa dengan nyata melalui Pribadi dan berkarya dengan Kuasa.
Allah bukan kuasa yang bisa dikendalikan manusia untuk tujuan apa saja, tapi dikendalikan Suatu Roh/Kehendak dan mempunyai tujuan sendiri untuk menyatakan Pribadi Yang Benar.

Demikianlah Allah menjadi Lengkap/Satu/Sempurna, bila Dia adalah Trinitas.

Wednesday, April 25, 2012

KEBEBASAN KRISTEN DAN BATAS-BATASNYA 1 Korintus 8:1-13

Suatu persoalan lain yang ditimbulkan oleh orang Korintus mengenai sikap Kristen terhadap makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Ini mencakup sebagian besar daging yang dijual di warung-warung. Apakah salah makan daging itu? Selanjutnya di Korintus pada abad pertama, biasa orang pada kesempatan tertentu berkumpul untuk makan dalam kuil. Bolehkah orang Kristen mengunjunginya? Paulus menjawabnya dengan menunjuk kepada azas-azas umum yang kena-mengena dengannya. Orang Kristen adalah bebas, tapi pertimbangan-pertimbangan lain dapat membatasi penggunaan kebebasannya.


8:1 LAI TB, Tentang daging persembahan berhala kita tahu: "kita semua mempunyai pengetahuan." Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.

Dalam 1 Korintus 8:1-10:33 Paulus menangani pertanyaan jemaat Korintus mengenai daging persembahan berhala dan apakah dibenarkan untuk membeli atau makan daging itu dan ikut serta dalam pesta pora di kuil berhala.

Dalam menangani pokok ini ia menyingkapkan suatu prinsip penting yang harus dipraktikkan oleh orang Kristen pada segala zaman. Prinsip ini berlaku untuk kegiatan yang diragukan, yang dapat mencobai beberapa orang percaya untuk berdosa dan membawa mereka kepada kehancuran rohani. Roh Kudus, melalui Paulus, telah mengarahkan orang Kristen untuk selalu bertindak dengan kasih bagi orang percaya lain yang mungkin menuntut penyangkalan diri.

Penyangkalan diri berarti membatasi kebebasan diri dan menyingkirkan segala kegiatan yang meragukan agar tidak mengganggu pikiran atau melemahkan keyakinan tulus orang Kristen lain, yang mereka yakini didasarkan pada prinsip-prinsip alkitabiah. Lawan dari penyangkalan diri adalah mempertahankan hak pribadi untuk tetap terlibat dalam kegiatan yang meragukan, tindakan yang mungkin akan mengajak orang lain untuk ikut serta dan merugikan diri mereka sendiri.


8:2 LAI TB, Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu "pengetahuan", maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya

Mereka yang melandaskan hak mereka untuk melakukan hal-hal tertentu pada pengetahuan dan pengertian dewasa yang mereka miliki, menunjukkan bahwa sesungguhnya mereka tidak mengetahui sebagaimana seharusnya. Pengetahuan kita dalam hidup ini akan selalu tidak lengkap dan tidak sempurna. Sebab itu, tindakan kita pertama-tama harus didasarkan pada kasih bagi Allah dan orang lain. Jikalau kasih menjadi penentu pertimbangan kita, maka kita akan menolak untuk melibatkan diri atau mendorong kegiatan apapun yang mungkin akan menyebabkan orang percaya pun tersandung dan jatuh ke dalam kehancuran kekal. Mereka yang hidup menurut hukum kasih adalah mereka yang dikenal oleh Allah. "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya".


8:3 LAI TB, Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.

Benar, kita mempunyai pengetahuan (eidenai ti, harfiah mengetahui sesuatu) tapi pengetahuan mudah menimbulkan kecongkakan, memberi jawaban-jawaban yang licik, dan umumnya tidaklah sempurna. Yang lebih penting adalah kasih . Ini mengindahkan kebaikan orang lain. Dan berarti dikenal oleh Allah artinya diakui oleh-Nya sebagai milik-Nya.


8:4 LAI TB, Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa."
KJV, As concerning therefore the eating of those things that are offered in sacrifice unto idols, we know that an idol is nothing in the world, and that there is none other God but one.
TR, περι της βρωσεως ουν των ειδωλοθυτων οιδαμεν οτι ουδεν ειδωλον εν κοσμω και οτι ουδεις θεος ετερος ει μη εις
Translit, peri tês brôseôs oun tôn eidôlothutôn oidamen hoti ouden eidôlon en kosmô kai hoti oudeis theos heteros ei mê heis


8:5 LAI TB, Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi—dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian—

Kebenaran tentang Allah bahwa tidak ada Allah lain daripada Allah yang esa adalah asasi untuk pengertian dan praktek yang benar. Sebab sekalipun ada banyak yang disebut allah, berhala tidak berada seperti Allah. Berhala bukanlah apa-apa, kesia-siaan. Kemudian Paulus menambahkan bahwa roh jahat tentu ada, dan roh-roh jahat itulah yang mendorong kepada penyembahan berhala untuk menjatuhkan orang dari Allah yang benar.


8:6 LAI TB, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Ciri khas bagi kita  sebagai Kristen adalah mengakui satu Allah saja  sebagai Bapa  dan sebagai sebab pertama dan yang terakhir dari segala sesuatu; dan bersama dengan Dia mengakui Yesus Kristus juga sebagai Tuhan dan sebagai Pengantara segala makhluk.


8:7 LAI TB, Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya.

Ada orang yang lemah sebagai orang yang percaya kepada Kristus, karena mereka masih belum yakin bahwa berhala tidak benar-benar berada seperti Allah berada. Mereka merasa berbuat salah jika makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Hati nurani mereka dinodai, (molunô, bahasa kerennya kena polusi) bukan oleh makanan itu sendiri tapi dengan berbuat sesuatu yang hati nuraninya hingga kini belum dicerahkan, menanggap – bagi dirinya -- salah.


8:8 LAI TB, "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."


Makan atau tidak makan makanan tidak mempengaruhi kedudukan orang terhadap Allah.


8:9 LAI TB, Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.

8:10 LAI TB, Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai "pengetahuan", sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala?

Tapi orang yang mempunyai pengetahuan ), seorang Kristen yang sudah mendapat pencerahan, yang memakai kebebasannya untuk makan pada perjamuan yang diadakan di dalam kuil berhala , dapat dengan teladannya itu mendorong teman seimannya yang lemah hati nuraninya , artinya belum dicerahkan, untuk melakukan hal yang baginya masih salah; dan ini akan berarti menjeratnya.


8:11 LAI TB, Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena "pengetahuan" mu.

Dengan tidak berhati-hati menggunakan pengetahuannya, orang Kristen yang lebih matang dapat mendatangkan kecelakaan rohani kepada yang lain; ia akan menjadi binasa, tidak terbangun. Ayat ini tidak bisa lebih kuat penekanannya; saudaramu, bukan hanya orang asing; yang untuknya, tepatnya: untuk menolongnya dari kebinasaan; Kristus tidak kurang bagi diri-Nya sendiri; matitak kurang dari itu. Perbuatan dosa yang demikian adalah kesalahan ganda, yaitu salah terhadap seorang saudara Kristen dan terhadap Kristus, kedua-duanya.


8:12 LAI TB, Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus.

Perbuatan itu mengandung juga di dalamnya melukai yang lemah tanpa belas kasihan.

Mereka yang dengan teladannya memimpin orang percaya lain ke dalam dosa dan kehancuran rohani tidak hanya berdosa terhadap orang itu, melainkan juga berdosa terhadap Kristus sendiri. Suatu dosa yang besar telah dilakukan; maksud kematian Kristus dianggap bernilai kecil dalam perbandingan dengan hasrat diri seorang yang berpusat pada dirinya sendiri.


8:13 LAI TB, Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.


Karena itu Paulus merangkumkan, bahwa jika perbuatan-perbuatan yang tidak salah dilakukan oleh seorang Kristen yang sudah matang, tapi menyebabkan seorang beriman lainnya menjadi ternodai hati nuraninya, maka yang pertama tadi harus tidak menggunakan haknya untuk berbuat demikian. Namun pernyataan Paulus itu bukanlah mutlak, melainkan bersyarat. Ia tidak berkata, bahwa sejak itu ia akan senantiasa tidak makan daging, melainkan hanya apabila, dan jika makan seperti itu dapat menjadi batu sandungan bagi saudaranya. 

ROMA 12:1-2 PERSEMBAHAN YANG BENAR

Roma 12:1-2 merupakan nasehat-nasehat khusus, di dalamnya kita seakan-akan menemukan' garis merah' kehidupan Kristen. Yaitu etika Kristen dalam kehidupan seorang Kristen yang merupakan sambutan atas kemurahan Allah terhadap dirinya:

* Roma 12:1-2
12:1 LAI TB, Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.


12:2 LAI TB, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Ayat 1:

Ajakan dan ajaran Paulus mengenai kehidupan Kristen dibukanya dengan berkata: "saudara-saudara... aku menasihatkan kamu ..." Kata-kata pembukaan yang sama kita temukan pula dalam 1 Korintus 1:10; 2 Korintus 10:1; Efesus 4:1, dll. Sapaan 'saudara-saudara' biasa dipakai Paulus bila ia mulai membicarakan perkara yang dianggapnya penting (bandingkan Roma 10:1; 11:25; 15:30). Menyusullah isi nasihat Paulus: supaya kamu mempersembahkan tubuhmu. Perkataan Yunani paristēmi berkaitan dengan suasana lingkungan istana: menyediakan, mengabdikan kepada raja. Di ayat ini paristēmi merupakan istilah peribadatan dari lingkungan bait Allah: mempersembahkan (kurban). Artinya itu ditegaskan oleh pemakaian 'persembahan' (kurban).

Yang harus dipersembahkan kepada Allah itu ialah tubuhmu. Yang dimaksud tentu bukan bahwa orang percaya harus menyerahkan tubuhnya untuk dibunuh, sebagaimana kadang-kadang terjadi dalam lingkungan agama lain. Bukanjuga bahwa mereka wajib menyiksa diri supaya bertambah suci. Atau bahwa mereka, pada masa gereja mengalami penindasan dari pihak pemerintahan, harus mengadukan diri kepada pihak berwajib sebagai orang Kristen agar dengan demikian memperoleh kedudukan martir. Memang apakah yang dapat orang lakukan seandainya tidak punya tubuh? Untuk berbicara ia butuh mulut. Untuk mendengar orang lain bicara, telinga. Untuk melihat, mata. Untuk berpikir, otak. Dan seterusnya.

Maka inilah yang hendak Paulus katakan di sini. Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan, pokoknya seluruh kemampuan dan kegiatan kita, harus dipersembahkan kepada Tuhan. Hal itu membawa kita pada beberapa pertimbangan:
Pertama, bahwa 'mempersembahkan' berarti penyerahan total. Kita tak dapat menyisihkan sebagian untuk dipegang sendiri atau diserahkan kepada pihak lain (bandingkan Kisah 5:1 dyb.). Pun, kurban itu harus bersifat sempurna (bandingkan kata-kata 'tidak bercela' yang berkali-kali dipakai dalam Kitab Imamat).
Kedua, bahwa selain 'tubuh' itu tak ada kurban lain yang harus dipersembahkan orang Kristen. Dalam dunia abad pertama Masehi. orang membawa berbagai kurban. Orang Kristen tidak dapat lagi turut membawanya. Kalau kurban agama kafir, mereka tak dapat turut lagi karena ilah-ilah kafir bukan ilah, melainkan kesiasiaan (1 Korintus 8:4-6). Dan kalau ibadah dalam bait Allah di Yerusalem, bagi orang Kristen ibadah itu pada asasnya sudah tidak berlaku. Karena Allah sendiri telah menyediakan kurban yang mencegah murka-Nya, yaitu Kristus, dan kurban itu, yaitu kematian Kristus, sudah cukup untuk selama-lamanya. Persembahan itu sudah tidak diperlukan lagi (lihat artikel Propisiasi – Penebusan, di propisiasi-penebusan-vt1472.html#p5231 ).

Maka, bukanpemberian kita yang Tuhan kehendaki, tetapi Dia menghendaki kita sendiri. Oleh karena itu juga persembahan itu disebut persembahan hidup.
Perkataan hidup Itu dipakai bukan karena kita sendiri memang hidup, bertentangan dengan hewan kurban yang mati. (Hewan yang diserahkan untuk.menjadi milik Tuhan, lalu disembelih memang masih hidup juga.) Tetapi perkataan 'hidup' dipakai di sini dengan arti yang sama seperti mlsalnya dalam Roma 6:4: 'yang hidup dalam hidup yang baru'. Hidup yang baru Itu dibangkitkan oleh Roh Kudus (Roma 8:11). Dan karena orang percaya hidup bagi Allah, mereka 'telah mati bagi dosa' (Roma 6:11). Jadi, 'persembahan yang hidup' adalah penyerahan diri kita untuk menempuh kehidupan baru, yang menjauhi dosa dan menentang kuasa dosa itu.

Persembahan itu disebut juga kudus. Dengan demikian diungkapkan bahwa 'tubuh (= kehidupan) kita bukan lagi milik kita sendiri. Sebab 'mempersembahkan kurban' berarti kurban itu diserahkan menjadi milik Allah (atau dalam agama lain: dewa). Kalau misalnya dalam PL orang makan daging persembahan (bandingkan misalnya Imamat 10:12 dyb.), orang tidak menganggap daging itu sebagai miliknya sendiri. Sebaliknya, perjamuan itu merupakan persekutuan dengan Tuhan, sedangkan manusia seakan menjadi tamu-Nya. Maka, kalau orang percaya 'mempersembahkan tubuhnya' kepada Allah, hal itu berarti bahwa seluruh kehidupan mereka adalah milik Tuhan. Untuk seterusnya mereka harus minta kepada-Nya apa kehendak-Nya mengenai kehidupan mereka. Dengan demikian perkataan ' kudus' itu mencakup pula arti ' suci'. Maka kekudusan (kesucian) itu bukan bahan jadi, yang kita peroleh dan untuk seterusnya kita miliki. Di tempat lain, Paulus memakai pula istilah hagios (kudus). Seorang Kristen harus berupaya terus hidup semakin sesuai dengan kehendak Dia yang menjadi pemiliknya, tuannya. Dengan demikian juga persembahannya menjadi berkenan kepada Allah. Hal serupa dikatakan pula dalam Roma 14:18; 2 Korintus 5:9 dan lain-lain tempat.

Akhirnya Paulus menulis: "itu adalah ibadahmu yang sejati." Dalam bahasa Yunani: logike latreia. Kata λατρεια - latreia dalam bahasa Yunani umum berarti 'pengabdian', dan kalau dipakai dalam hubungan dengan dewa-dewa bermakna "ibadah'.
"Ibadah" dalam arti seluas itu juga dimiliki istilah Ibrani yang dalam Perjanjian Lama (PL) berbahasa Yunani diterjemahkan dengan latreia, yaitu עֲבֹדָה - 'ABODAH (yang serumpun dengan bahasa Arab yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia 'ibadah'). Maka apa yang dikatakan Paulus di sini berakar dalam Perjanjian Lama. Di sana pun 'Ibadah dalam arti khusus (ibadah dalam bait Allah) tidak dapat dilepaskan dari 'ibadah' dalam arti umum (ketaatan dalam seluruh kehidupan). Demikian halnya dari sudut bahasa: "'ABODAH serumpun dengan עָבַד - 'ABAD, 'mengabdi'. Demikian pula dari sudut isinya: dalam hukum Taurat dan Kitab-kitab para Nabi ibadah dalam bait Allah merupakan titik pusat ibadah dalam arti umum, yaitu ketaatan pada perintah-perintah Tuhan dan pengabdian kepada-Nya. Dalam Perjanjian Baru ibadah dalam bait Allah tidak ada lagi. Yang tinggal justru ketaatan dan pengabdian itu. Itulah persembahan hidup dan kudus' yang dipersembahkan orang percaya.

"Yang sejati" diterjemahkan dari kata Yunani λογικος – logikos, ini tidak terdapat dalam PL bahasa Yunani. Dalam PB, selain di sini.kita hanya menemukannya dalam 1 Petrus 2:2. Di sana artinya agak dekat dengan πνευματικος – pneumatikos, 'rohani'.

Catatan :
Dalam bahasa Yunani λογικος – logikos merupakan istilah filsafat. Arti harfiahnya 'sesuai akal budi. Tetapi khususnya dalam aliran Stoa, logikos berarti 'apa yang sesual dengan kodrat alam semesta', yaitu dengan sang Logos yang menjiwai dan mengatur alam semesta itu. Logos ilahi itu hadir pula dalam diri manusia. Maka jika manusia membiarkan Logos itu mengendalikan kehidupan dirinya, hidupnya logikos. yaitu sesuai dengan logos yang menguasai alam semesta.

Dalam mistik helenistis logikos mendapat arti 'batiniah' sesuai dengan kodrat rohani manusia, sehingga menjadi lawan 'lahirlah' (yang lahiriah ialah persembahan kurban. upacara upacara dsb.). Dalam lingkungan mistik itu dipakai istilah logikê thusia, 'persembahan budiman'. Penulis Yahudi Philo menerima arti itu dan mempertentangkan sikap logikos dengan sikap yang hanya mementingkan persembahan lahiriah. Namun demikian janganlah mengaitkan bahwa Paulus sedang mengajarkan sesuatu hal yang bersifat helenistis sebagaimana Philo dalam tulisan-tulisannya. Philo, meskipun beberapa karyanya bersifat theologis, namun ada banyak pemikiran-pemikirannya tercampur dengan helenisme yang tidak dapat diterima kalangan Yahudi. Yang menjadi pusat dalam pengertiannya, baik tentang alam semesta maupun tentang pengalaman agama ialah pikiran tentang λογος – "LOGOS" (kata, firman, kalam, logika), suatu istilah yang berasal dari golongan Stoiki.

Pengertian λογος – "LOGOS" dalam Kristianitas (misalnya dalam Yohanes 1:1, dan tulisan Rasul Paulus ini) berbeda dengan pola pikir helenistis. Rasul Yohanes, penulis Injil, datang kepada orang Yunani dan mengatakan: "Selama berabad-abad kalian telah berpikir, menulis, dan bermimpi tentang 'logos', yaitu kekuatan yang telah menjadikan dunia, dan menjaga keteraturan dunia; kekuatan yang dipakai oleh manusia untuk berpikir, menalar dan mengetahui sesuatu; kekuatan yang dipakai manusia untuk berhubungan dengan Allah. Yesus Kristus adalah 'logos' tersebut, yang datang ke bumi, 'logos' itu telah menjadi daging." Dengan perkataan lain, "pikiran Allah telah menjadi seorang pribadi." Kepada orang-orang Yahudi dan Yunani itu, Rasul Yohanes memberitahukan, bahwa pikiran Allah yang menopang, mengendalikan, memberikan terang dan menciptakan itu telah datang ke bumi di dalam Yesus Kristus. Ia memberitahu mereka, bahwa manusia tidak perlu lagi menduga dan meraba-raba; yang mereka perlu lakukan hanyalah melihat kepada Yesus Kristus, dan dengan demikian mereka dapat melihat pikiran Allah.
Kembali kepada istilah logikos dalam ayat 1 ini. Sekarang, kita dapat bertanya: apakah logikos di sini memang mengandung arti khusus 'batiniah', 'rohani'? Istilah logikos muncul juga dalam 1 Petrus 2:2. Di situ logikos agaknya berkaitan dengan λογος – logos (firman) dalam 1 :23 dan 2:8, sehingga menyandang arti 'sesuai dengan firman'. Begitu juga di sini bila menentukan arti logikos kita harus memperhitungkan dekatnya perkataan 'tubuh'. Agak ganjil kalau Paulus memakai istilah logikos, dalam arti 'batiniah', kalau baru saja ia anjurkan kepada orang percaya agar mereka menyerahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup dan seterusnya. Anjuran itu sama sekali bertentangan dengan ajaran Stoa, yang justru mengajak orang bersikap acuh-tak-acuh terhadap segala hal jasmani dan menjadikan batin sebagai benteng pertahanannya. Karena itu juga, ayat 12:1b ini tidak boleh kita anggap sebagai penolakan segala macam upacara dalam bentuk apa pun. Pertentangan yang ditandai oleh istilah logikos bukan: 'lahir-batin', atau 'upacara ibadah-kehidupan sehari-hari' , melainkan: 'sesuai dengan kehendak Allah-tidak sesuai dengan kehendak Allah' ('hidup', 'kudus'!). Maka sebaiknya di sini kita memilih terjemahan yang sesuai dengan arti umum tersebut tadi bahwa logikos ini bermakna 'sejati' (LAI).


Ayat 2:

'Persembahan tubuh' dan' ibadah' yang disebut dalam ayat 1 memiliki segi negatif dan segi positif. Segi negatifnya ialah orang Kristen tidak boleh lagi membiarkan pola hidup mereka ditentukan oleh dunia. Menurut terjemahan harfiah: 'jangan lagi biarkan dirimu menjadi sepola dengan dunia ini'. 'Dunia' merupakan terjemahan αιων – aiôn (lihat artikel study kata di aion-abad-atau-dunia-studi-kata-dari-perjanjian-baru-yuna-vt160.html#p337 ), bandingkan 'eon' dalam Kamus Besar. Artinya 'masa yang sangat panjang', 'masa hidup dunia'; dari situ 'dunia', bandingkan misalnya 1 Korintus 1:20 dan 2:6. Tetapi dalam Alkitab kita menemukan pula pandangan yang berakar dalam apokaliptik Yahudi, yaitu bahwa ada dua 'eon'. Eon yang satu sedang berlangsung sekarang, yang lain akan datang. Yang satu dikuasai dosa, kerusakan, kematian; yang lain ditandai oleh kesempurnaan, kehidupan. Dalam Roma 12:2 ini tambahan ini menunjukkan bahwa 'eon' dipakai dengan arti tersebut terakhir. Maka kita dapat saja memakai terjemahan 'dunia', asal istilah 'dunia' mengandung arti 'dunia yang dikuasai dosa dan ketidaksempurnaan'. Di sini kita hadapi pertentangan yang sama seperti dalam Roma 5:12-21, yaitu antara zaman dosa berkuasa den.gan zaman kasih karunia berkuasa. Jadi, kata-kata janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan orang percaya diajak menjauhi dunia. dalam arti kenyataan jasmani Yang dimaksud di sini bukanlah anjuran beraskese (bertapa). Sekali lagi, tafsiran semacam itu dicegah oleh dekatnya perkataan 'tubuh' dalam ayat 1.

Dilihat dari segi positif, anjuran Paulus berbunyi: 'berubahlah oleh pembaharuan budimu'. Atau, menurut terjemahan yang mungkin lebih tepat, 'biarlah rupamu diubah terus' 'Rupa' itu bukan hanya segi manusia yang lahiriah. Sebagaimana tampak dalarn Filipi 3:21, baik 'pola' maupun 'rupa' bagi Paulus menganjung pengertian: wujud, yang menunjukkan hakikat Maka perubahan yang diharapkan dari orang percaya Itu bukan hanya perkara lahiriah saja. Yang diharapkan ialah perubahan hati. yang terwujud dalam seluruh kehidupan.

Perubahan itu berlangsung oleh pembaharuan budimu. Perkataan Yunani νους – nous, yang di sini diberi terjemahan 'budi', muncul juga dalam Roma 1:28, dalam 7:23 dan 25, dan haru saja dalam 11:34. Di situ LAI memakai terjemahan 'pikiran' atau 'akal budi'. Agaknya di sini 'budi' dipilih karena dalam hubungan ini artinya memang perubahan kelakuan manusia. bukan perubahan pikirannya saja, Yang dimaksud ialah pusat kemauan kita, yang mengambil keputusan-keputusan yang menentukan tindakan kita (bandingkan Amsal 4:23). Pusat itu perlu dibarui. Telah kita lihat bahwa pembaruan hidup dikerjakan oleh Roh Kudus (7:6; 8:4). Namun, di sini manusia sendiri juga diajak membarui diri.

Bagian kedua ayat ini menyebut hasil pembaruan budi. Tujuannya ialah sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah. Kata kerja Yunani dokimazein berarti: memeriksa, menguji. Ternyata kehendak Allah tidak dengan sendirinya jelas, karena dua alasan:
Pertama, karena dalam kehidupan sehari-hari seorang Kristen dihadapkan dengan berbagai keadaan. Sering sulit baginya untuk begitu saja menentukan sikapnya. Apalagi pada masa kini, dengan perkembangan teknologi yang cepat di berbagai bidang, orang Kristen tidak begitu saja dapat menentukan apakah la boleh menggunakan anekaragam sarana mutakhir. Kita dapat membayangkan perkembangan di bidang medis, atau di bidang teknologi nuklir (masih terlepas dari soal persenjataan). Dalam semua hal itu diperlukan penimbangan matang sebelum kita dapat menentukan (itu pun dengan hati-hatil) manakah kehendak Allah.
Kedua, kita diajak mengusahakan 'budi' kita dalam mencari kehendak Allah, karena Alkitab bukanlah kitab hukum. Alkitab tidak menyajikan kepada kita seperangkat peraturan yang menunjuk jalan kepada orang Kristen sekaligus mengikat mereka. Sebab Injil tidak merupakan hukum yang haru, tetapi justru memberi kita kebebasan anak-anak Allah (Roma 8:15,21).

Kita mencatat lagi bahwa anjuran ini diarahkan oleh Paulus kepada setiap anggota jemaat di Roma (bandingkan ayat 3). Jadi, kita boleh menganggapnya diarahkan kepada setiap orang Kristen. Bukan pendeta, atau penatua, atau sinode, atau uskup, yang harus menentukan 'manakah kehendak Allah' , lalu menurunkan keputusannya ke jemaat. Anggota-anggota jemaat tidak boleh malas menunggu petunjuk 'dari atas'. Setiap orang percaya dipanggil dan diperbolehkan mempertimbangkan sendiri kehendak Allah.

Hanya, dengan demikian kita tidak boleh mengabaikan seginya yang lain, yaitu bahwa anjuran ini diarahkan oleh Paulus kepada setiap anggota jemaat di Roma. Orang-orang Kristen bukan individu-individu yang hidup sendiri-sendiri. Mereka merupakan satu tubuh (ayat 4!). Maka dalam mencari kehendak Allah pun mereka akan berkumpul, dan saling meminta nasihat. Itulah juga antara lain makna sidang majelis dan sidang sinode. Tinggal kita tafsirkan tiga kata yang dipakai Paulus umuk merinci kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Mungkin kita anggap luapan kata-kata ini agak berlebihan. Tetapi agaknya dalam jemaat Roma ada yang cenderung mengutamakan kebebasan orang percaya tersebut di alas begitu rupa, sehingga mereka tidak mau lagi terikat pada aturan aturan bagi kelakuan mereka Berhadapan dengan orang seperti itu perlu dipentingkan bahwa melakukan kehendak Allah adalah melakukan 'yang baik'. Dari Galatia 6:10 dan I Tesalonika 5: 15 kita tahu bahwa 'yang baik ' itu ialah perbuatan yang sederhana dan sangat konkret: menolong orang yang berkebutuhan, mengampuni mereka yang bersalah kepada kita. Dalam ayat 9 dyb. Paulus merinci lagi apa 'yang baik' itu.

Dengan menambahkan yang berkenan kepada Allah, Paulus menjelaskan sekali lagi apa itu 'yang baik'. Yang baik itu bukanlah asas abstrak, tetapi menyatakan diri dalam pergaulan antara seorang percaya dengan Allah. Pergaulan itu menuntut pengabdian sepenuhnya. Itulah makna kata-kata yang sempurna. Sebagaimana dikatakan dalam Markus 12:30-31 "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu .... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri...." Perkataan 'sempurna' ini menentukan arti 'yang baik' dan juga arti 'yang berkenan'. Yang baik dan berkenan itu bukanlah sesuatu yang dapat kita jangkau, yang dapat kita anggap telah terlaksana (bandingkan Matius 5:48). Sebaliknya kesempurnaanNya merupakan tujuan yang selalu harus kita kerjar.


Kesimpulan :

Roma 12:1-2 menggunakan istilah yang dipakai dalam Perjanjian Lama (PL), dan mengingatkan kita bahwa orang-orang percaya Yahudi mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan di dalam peribadatan mereka. Tetapi kita, orang-orang Kristen, sebaliknya daripada mempersembahkan sesuatu di luar diri kita, harus mempersembahkan tubuh kita sendiri kepada Allah sebagai Kurban yang hidup, kudus dan yang berkenan (pantas). Yang dimaksudkan adalah sesuatu pelayanan rohani yang melibatkan seluruh kemampuan nalar kita yang sejati (logikos). Karena termasuk dalam pengabdian kita, maka orang-orang percaya harus berhenti menjadi serupa dengan dunia ini dan membiarkan diri kita berubah oleh pembaharuan budi kita (νους – nous). Pembaharuan dan perubahan semacam ini harus kita buktikan dengan menyelidiki kehendak Allah yaitu mana yang baik dan yang berkenan kepada Allah yang sempurna.


Amin.

Friday, April 6, 2012

AKIBAT-AKIBAT DOSA


Dosa Adam dan Hawa bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri tanpa kaitan. Akibat-akibatnya terhadap mereka, terhadap keturunanya dan terhadap dunia segera kelihatan.


a. Sikap manusia terhadap Allah


Perubahan sikap Adam dan Hawa terhadap Allah menunjukkan pemberontakan yang terjadi di dalam hati mereka 'bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman' (Kejadian 3:8 ), dan 'ditutupilah dirinya dengan cawat' (Kejadian 3 :7). Padahal manusia diciptakan untuk hidup di hadapan Allah dan dalam persekutuan dengan Dia. Tapi sekarang- setelah mereka jatuh ke dalam dosa – mereka gentar berjumpa dengan Allah (Bandingkan dengan Yohane 3:20). Rasa malu dan ketakutan yang sekarang merajai hati mereka :

* Yohanes 3:20 
Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak

* Kejadian 2:25 
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu


bandingkan dengan Kejadian 3:7,10) menunjukkan bahwa perpecahan sudah terjadi.



b. Sikap Allah terhadap manusia


Perubahan tidak terjadi pada sikap manusia terhadap Allah, tetapi juga pada sikap Allah terhadap mansuia. Hajaran, hukuman, kutukan dan pengusiran dari Taman Eden, semuanya menandakan perubahan itu. Dosa timbul pada satu pihak, tapi akibat-akibatnya melibatkan dua-pihak. Dosa itu menimbulkan amarah Allah dan memang harus demikian, sebab dosa bertentangan dengan hakikat Allah. Mustahil Allah masa bodoh terhadap dosa, karena mustahil pula Allah menyangkali diriNya sendiri.



c. Akibat-akibatnya terhadap umat manusia


Sejarah umat manusia berikutnya melengkapi daftar kejahatan :

* Kejadian 4:8, 19, 23,24
4:8 Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.
4:19 Lamekh mengambil isteri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain Zila.
4:23 Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu: "Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataanku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak;
4:24 sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat." 

* Kejadian 6:2,3,5
6:2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.
6:3 Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."
6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,



Dan timbullah kejahatan yang merajalela itu mencapai kesudahannya dalam pemusnahan umat manusia, kecuali 8 orang :

* Kejadian 6:7,13
6:7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
6:13 Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. 
* Kejadian 7:21-24
7:21 Lalu mati binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berkeriapan di bumi, serta semua manusia.
7:22 Matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat.
7:23 Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu.
7:24 Dan berkuasalah air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya.
 

Kejatuhan manusia ke dalam dosa berakibat tetap dan menyeluruh tidak hanya menimpa Adam dan Hawa, tapi juga menimpa segenap keturunan mereka; dalam hal-ihwal dosa dan kejahatan terkandung solidaritas insani, yakni sama-sama langsung terhisap dalam perbuatan-perbuatan dosa itu dan menanggung segala akibatnya.



d. Akibat-akibatnya terhadap alam semesta 


Akibat-akibat dari kejatuhan ke dalam dosa ini, meluas sampai ke alam semesta. 


* Kejadian 3:17
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:


bandingkan dengan 

* Roma 8:20 
Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 



Manusia adalah mahkuta dari seluruh ciptaan, dijadikan menuurt gambar Allah, dan karena itu merupakan wakil Allah:

*Kejadian 1:26 
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
 

Bencana kejatuhan manusia ke dalam dosa mendatangkan bencana atas alam semesta, yang tadinya atasnya manusia telah dikaruniai kuasa. Dosa adalah peristiwa dalam kawasan rohani manusia, tapi akibatnya menimpa seluruh alam semesta.



e. Munculnya maut


Maut adalah rangkuman hukuman atas dosa. Inilah peringatan yang bertalian dengan larangan di Taman Eden :

* Kejadian 2:17 
tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
 

Dan merupakan pengejawantahan langsung kutuk ilahi atas orang berdosa :

* Kejadian 3:19 
dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."
 

Maut sebagai gejala alamiah, ialah prorandanya unsur-unsur kedirian manusia yang pada asalinya adalah utuh dan padu sejalin. Keporandaan terungkap sejelas-jelasnya dalam terpisahnya manusia dari Allah, yang nyata pada pengusiran manusia dari Taman Eden. Oleh karena dosa, manusia gentar menghadapi kematian :

* Lukas 12:5 
Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! 

* Ibrani 2:15 
dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

Daftar mujizat Yesus

Daftar mujizat Yesus yang dicatat dalam ketiga Injil Sinoptik:
Jenis mujizat: menyembuhkan orang, mengusir setan, mengendalikan alam, membangkitkan mayat, bangkit dari kematian.

dalam Injil Matius

* Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (8:1-4)
* Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (8:5-13)
* Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain (8:14-17)
* Yesus meredakan angin ribut (8:23–27)
* Yesus menyembuhkan dua orang yang kerasukan (8:28–34)
* Yesus menyembuhkan orang lumpuh (9:1-8)
* Yesus menyembuhkan anak kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan (9:18-26)
* Yesus menyembuhkan mata dua orang buta (9:27-31)
* Yesus menyembuhkan seorang bisu (9:32-34)
* Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (12:9:15a)
* Yesus memberi makan lima ribu orang (14:13–21)
* Yesus berjalan di atas air (14:22–33)
* Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (14:34-36)
* Yesus menyembuhkan banyak orang sakit (15:29-31)
* Yesus memberi makan empat ribu orang (15:32–39)
* Yesus menyembuhkan seorang anak muda yang sakit ayan
* Yesus menyembuhkan dua orang buta (20:29-34)
* Kebangkitan Yesus (28:1-10)

dalam Injil Markus

* Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain (1:29–34)
* Yesus menyembuhkan orang lumpuh (2:1–12)
* Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (3:1–6)
* Yesus menyembuhkan banyak orang (3:7-12)
* Yesus meredakan angin ribut (4:35-41)
* Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa (5:1-20)
* Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (5:21-43)
* Yesus memberi makan lima ribu orang (6:30-44)
* Yesus berjalan di atas air (6:45-52)
* Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (6:45-52)
* Yesus menyembuhkan seorang tuli (7:31-37)
* Yesus memberi makan empat ribu orang (8:1-10)
* Yesus menyembuhkan seorang buta di Betsaida (8:22-26)
* Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu (9:14-29)
* Yesus menyembuhkan Bartimeus (10:46-52)
* Kebangkitan Yesus (16:1-8)

dalam Injil Lukas

* Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus dan orang-orang lain (4:38-41)
* Penjala ikan menjadi penjala manusia (5:1-11)*Yesus melakukan mujizat melalui Simon
* Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (5:12-16)
* Orang lumpuh disembuhkan (5:17-26)
* Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (6:6-11)
* Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (7:1-10)
* Yesus membangkitkan anak muda di Nain (7:11-17)
* Angin ribut diredakan (8:22-25)
* Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa (8:26-39)
* Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (8:40-56)
* Yesus memberi makan lima ribu orang (9:10-17)
* Yesus mengusir roh dari seorang anak yang sakit (9:37-43a)
* Menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat (13:10-17)
* Lagi penyembuhan pada hari Sabat (14:1-6)
* Kesepuluh orang kusta (7:11-19)
* Yesus menyembuhkan seorang buta dekat Yerikho (18:35-43)
* Kebangkitan Yesus (24:1-12)

dalam Injil Yohanes

* Kebangkitan Yesus (20:1-10)