HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Wednesday, August 29, 2012

GEMBALA YANG BAIK: Mengasihi dan memperhatikan Domba

Baca: Yohanes 10:11-18

"Akulah gembala yang baik.  Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;”  Yohanes 10:11

Pengorbanan Kristus di atas kayu salib bukti nyata Ia sangat mengasihi kita, sehingga diberikannya hidupNya bagi kita demi perlindungan dan keselamatan kita.  Hal ini semakin menegaskan bahwa Ia adalah Gembala yang baik.  "Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;"

     Sebagai domba-dombaNya tidak ada perkara yang harus kita takutkan dan kuatirkan di dalam hidup ini karena segala yang kita perlukan telah dipersiapkan dan disediakan oleh Gembala kita.  Ia pun mengajar kita berdoa demikian:  "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya"  (Matius 6:11).  Dewasa ini dunia diliputi krisis di segala bidang; kesulitan demi kesulitan dialami banyak orang, tantangan dan ujian menghalangi perjalanan kita, namun kita harus yakin bahwa Tuhan ada di pihak kita karena kita adalah milikNya, domba-dombaNya.  Tuhan berkata,  "...Aku mengenal domba-dombaKu..."  (Yohanes 10:14).  Dia tahu benar masalah dan pergumulan kita, keberadaan kita di bawah pengawasanNya selalu.  Jadi, Ia tahu ke mana Ia memimpin dan membimbing kita,  Ia tahu padang rumput yang hijau, Ia tahu tempat di mana kita dapat beristirahat dan kapan kita merasa letih dan haus.

     Kemudian pemazmur berkata,  "Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku;  Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;  Pialaku penuh melimpah."  (Mazmur 23:5).  Janganlah takut akan lawan-lawan yang ada, karena Tuhan telah mempersiapkan dan menyediakan setiap kebutuhan kita di hadapan para lawan kita.  Bahkan, tidak hanya menyediakan apa yang kita perlukan, Ia juga akan mengurapi kepala kita dengan minyak suci dari sorga, yaitu Roh Kudus yang penuh kuasa, untuk menyertai dan menopang kita.  Tidak ada yang lebih indah selain diurapi oleh Tuhan.  Pialaku penuh melimpah.  Ini berbicara tentang sukacita yang tak terkatakan, sukacita Tuhan yang menadi kekuatan bagi kita setiap hari; sukacita sejati yang tak terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang ada.

Sungguh berkat luar biasa memiliki Tuhan Yesus sebagai Gembala kita!

HATI PENUH BELAS KASIHAN

Baca: Matius 9:35-36

"Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”  Matius 9:36

Yesus adalah Pribadi penuh kasih.  Ketika melihat banyak orang yang tampak lelah dan terlantar seperti domba tidak bergembala, "...tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,..."  Bisa dibayangkan menderitanya bila ada domba tak bergembala, ia pasti akan kelaparan dan kehausan karena kekurangan makanan dan air;  pastilah ia juga dalam bahaya jika ada binatang buas hendak menerkamnya, karena ia tak memiliki pembela yang melindunginya. 

     Domba tak bergembala itu ibarat berada di ujung tanduk!  Demikian juga jiwa manusia akan tersesat jika mereka terpisah dari 'Gembala yang baik'.  Sebaliknya, bila kita berada di dekat Gembala yang baik ini kita akan merasa aman dan tenang; ini seperti yang dialami Daud dan ia berkata,  "...Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;  Ia menyegarkan jiwaku.  Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya.  Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;  gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku."  (Mazmur 23:2-4)
    
     Di dunia ini manusia takkan menemukan kasih seperti kasih Tuhan karena manusia umumnya egois dan tidak peduli terhadap sesama, seperti sikap Kain ketika Allah menanyakan keberadaan Habel  (adiknya).  Ia menjawab, "Aku tidak tahu!  Apakah aku penjaga adikku?"  (Kejadian 4:9).  Tuhan mencari orang-orang yang mau berkorban dan punya belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang tersesat.  Maukah kita berkorban waktu, tenaga dan juga materi untuk mengabarkan Injil kepada mereka, sehingga mereka diselamatkan dan bertemu Gembala yang baik itu?  Tuhan pun mencari ketika Ia berencana memusnahkan Yerusalem karena Yerusalem dipenuhi perbuatan-perbuatan dosa yang menjijikkan dengan berkata,  "Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapanKu, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya."  (Yehezkiel 22:30).

Sebagai orang percaya kita harus punya hati penuh belas kasih bagi jiwa-jiwa;  sayangnya belum semua orang Kristen mempunyai beban ini.

IMAN DAN PERBUATAN: Satu Kesatuan

Baca: Yakobus 2:14-26

"Demikian juga halnya dengan iman:  Jika itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”  Yakobus 2:17

Adalah dua unsur penting dalam iman:  seseorang dapat dikatakan memiliki iman bila ia percaya meski belum melihat bukti;  selain itu, seorang beriman taat melakukan kehendak Tuhan, apa pun resikonya.  Jadi, iman juga harus disertai perbuatan atau tindakan nyata.  Bila tidak,  "...iman itu pada hakekatnya adalah mati.".

     Jika kita berbicara mengenai iman tetapi tidak bertindak sesuai dengan apa yang kita percayai, hal itu adalah sia-sia.  Iman yang sejati bukanlah sekedar perkataan, namun harus diwujudkan ke dalam gaya hidup kita.  Iman yang disertai dengan tindakan pasti membuahkan hasil.  Contohnya adalah Rahab, perempuan sundal dalam Alkitab.  Sebagai penduduk kota Yerikho, Rahab telah mendengar tentang kuasa Allah Israel yang mengalahkan banyak bangsa, dan ia tahu orang Israel sedang menuju Yerikho sementara Allah menyerahkan kota itu ke tangan mereka.  Ketika dua orang pengintai Israel datang ke Yerikho, Rahab melihat itu sebagai kesempatan emas dan ia bertindak.  Ia menolong dua orang pengintai itu dengan menyembunyikan mereka di rumahnya.  Atas tindakan berani Rahab ini dua pengintai itu berhasil lolos.  Namun sebelum para pengintai itu pergi, Rahab memohon agar ia dan seisi keluarganya diselamatkan bila mereka (orang Israel) menyerbu kota Yerikho.  Para pengintai itu pun setuju dan mereka membuat suatu kesepakatan.  Para pengintai memerintahkan Rahab untuk mengikatkan tali kirmizi pada jendela rumah  (baca Yosua 2:21).  Perintah itu pun dilakukan oleh Rahab.  Tali berwarna merah itu menjadi simbol pengharapan dan jaminan keselamatan baginya.
    
     Ketaatan Rahab mengaitkan tali kirmizi menunjukkan imannya pada perkataan para pengintai itu, yang secara tidak langsung merupakan janji Tuhan.  Karena iman pengharapan yang ditaruhnya pada Allahnya yang 'baru', dan disertai tindakan nyata sebagai respons terhadap imannya, Rahab dan seluruh keluarganya diselamatkan ketika orang Israel menguasai dan menghancurkan kota Yerikho.  Pelajaran dari hidup Rahab sudah jelas:  iman yang disertai tindakan selalu membuahkan hasil!

Jika iman kita dalah iman sejati, ia akan tampak dengan sendirinya melalui perbuatan kita.

TUHAN MEMBUKA PINTU-PINTU BERKAT

Baca: Maleakhi 3:6-12

"Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman Tuhan semesta alam.”  Maleakhi 3:11

Dalam kehidupan rohani ada hukum timbal balik.  Ketika kita menabur dalam ketaatan kepada firman Tuhan,  Tuhan memberkati kita sebagai balasannya: "...carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33);

     Ketika kita menjadikan Tuhan prioritas utama dalam hidup, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan, semuanya akan ditambahkan bagi kita.  Pintu-pintu berkat akan dibukakan untuk kita!  Saat kita taat persepuluhan Tuhan berkata, "Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu..."  Apa artinyamenghardik belalang pelahap?  Banyak hal yang bisa menyebabkan krisis dalam kehidupan kita secara mendadak dan tak terduga, contoh:  krisis ekonomi atau krisis kesehatan, tapi bila kita setia dalam hal persepuluhan,  Tuhan akan menjaga dan menjauhkan kita dari 'serangga dan hama' tersebut.

     Seringkali kita kuatir akan hidup kita.  Perhatikan!  Kekuatiran adalah kebalikan dari iman.  Hati kita tidak bisa dipenuhi dengan iman dan kekuatiran pada waktu bersamaan.  Tuhan tau apa kebutuhan kita dan selalu menyediakan yang kita perlukan karena Dia rindu memberkati kita dengan pemberian-pemberian yang baik.  Dikatakan:  "Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?  Jadi jika kamu yang jahat tau memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!  Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya."  (Matius 7:9-11).

     Tuhan telah memberi kita banyak pemberian, dan pemberianNya yang terbesar adalah ketika Dia rela mati di atas kayu salib menebus dosa-dosa kita.

Banyak orang Kristen tidak sabar menantikan pertolongan Tuhan, serta tidak taat persepuluhan, sehingga terlibat hutang untuk mendapatkan apa yang sesungguhnya sudah Tuhan sediakan.  Siapa yang salah?

MEMILIKI REKENING SORGAWI

Baca: Matius 6:19-21

"Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga;  di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”  Matius 6:20

Saat ini para jutawan atau orang-orang kaya bingung dengan uangnya:  di mana dapat menyimpan uang dengan aman?  Ditabung di bank?  Jangan-jangan banknya akan dilikuidasi atau bermasalah seperti bank Century;  disimpan di rumah takut pencuri atau perampok.  Ketakutan dan kegelisahan terus menghantui pikiran orang-orang berduit.

     Ternyata susah juga memiliki uang yang berlimpah, hati jadi tidak tenang.  Sungguh benar yang dikatakan Alkitab:  "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Semua orang berharap uang yang mereka simpan di bank aman dan berbunga, padahal suatu ketika bisa terjadi inflasi tinggi sehingga uang akan menurun.  Oleh karenanya firmanNya menasihati kita:  "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;  di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya."  (Matius 6:19).  Lalu, di manakah kita dapat menyimpan uang kita dengan aman dan juga bisa bertambah atau berlipat?  Agar uang kita semakin bertambah kita harus menanamkannya dalam 'rekening' kerajaan Allah.  Sebagai anak-anak Tuhan kita adalah warga kerajaan sorga, di mana setiap kita memiliki rekening di bank sorga, tempat di mana kita dapat menyimpan harta dengan aman, tidak dapat dicuri, bahkan simpanan kita itu akan membawa imbalan yang melimpah dan kekal.

     Ada pun cara menyimpan uang di bank sorga adalah melalui:  1.  Perpuluhan, yang merupakan bagian dari perjanjian berkat Tuhan dan langkah awal untuk menanamkan modal di rekening sorgawi.  Tuhan adalah pemilik dan sumber dari segala sesuatu, namun Dia mengijinkan kita memegang sebagian besar kerja keras kita.  Dia memberi kita porsi yang lebih besar (90%) dan sisanya (10%) adalah milik Tuhan.  Dengan ketaatan kita memberi persepuluhan Tuhan berjanji akan memberkati kita dengan melimpah.  Persepuluhan mengajar kita untuk membayar kewajiban kita terlebih dahulu.  Kita akan menuai apa yang kita tabur, namun Tuhan melatih kita menanam semacam 'benih uang' dalam perpuluhan.  Jadi "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam,..."  (Maleakhi 3:10).


Baca: 2 Korintus 9:6-15

"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”  2 Korintus 9:6

Memberikan persepuluhan juga salah satu cara bersyukur kepada Tuhan.  Tuhan sangat menghargai dan memelihara orang-orang yang setia memberikan persepuluhan.  Dia akan "...membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan."  (Maleakhi 3:10).  Katatingkap di sini berarti pintu air.  BerkatNya tidak hanya menetes, tetapi melimpah atas kita.  Selain itu Tuhan juga akan "...menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu,..."  (Maleakhi 3:11).

     2.  Persembahan khusus, yaitu pemberian yang kita lakukan ketika Roh Kudus mendorong kita untuk memberi, di luar persepuluhan.  Pemberian ini kita berikan kepada seseorang atau untuk suatu pelayanan.  Roh Kudus akan memberitahu atau menggerakkan hati kita untuk siapa persembahan itu kita berikan.  Alkitab menulis: "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.  Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).  Seungguhnya apa yang kita berikan akan kembali pada kita juga.  Tuhan membuka jalan untuk mengembalikan kemurahan kita.  Persembahan khusus ini juga termasuk sedekah yaitu memberikan bantuan kepada orang-orang miskin.  Ada tertulis:  "Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu."  (Amsal 19:17).  Bersedekah kepada orang miskin sama artinya memberi kepada Tuhan.  "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan;  ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum;  ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;  ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian;  ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;  ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku"  (Matius 25:35-36).  "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini;  kamu telah melakukannya untuk Aku."  (Matius 25:40).

     Sudahkah kita menyimpan harta kita di rekening sorga?

Selagi ada waktu mari kita menabur sebanyak-banyaknya!

ROH KUDUS YANG DIJANJIKAN ITU DIGENAP

Baca: Kisah 2:1-13

“Maka penuhlah mereka (para rasul) dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” Kisah 2:4

Rencana Allah adalah sempurna, tidak seperti rencana manusia yang seringkali tiba-tiba atau mendadak. Dan yang pasti rencanaNya tidak pernah gagal, Ayub pun mengakui: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.” (Ayub 42:2).

Seperti halnya kelahiran Kristus ke dunia yang telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya oleh para nabi, demikian pula pencurahan Roh Kudus. Ratusan tahun sebelum Kristus dilahirkan, Allah telah berfirman kepada nabi Yoel tentang pencurahan Roh Kudus yang kita kenal dengan Pentakosta, demikian firmanNya,“Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki perempuan akan bernubuat, orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu.” (Yoel 2:28-29). Sebagaimana diperintahkan Tuhan Yesus, para rasul dengan setia berkumpul di Yerusalem menanti-nantikan Roh Kudus yang dijanjikan itu. Janji Tuhan adalah ya dan amin!“Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam peleburan di tanah.” (Mazmur 12:7). Nubuat itu digenapiNya; Roh Kudus hadir demikian dahsyatnya seperti bunyi deru angin yang keras dan seperti nyala api yang bertebaran.  "Maka penuhnya mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya."
Kuasa Roh Kudus adalah kuasa Roh Allah sendiri yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan; Ia bukan roh yang statis dan mati. Karena itu barangsiapa dipenuhi Roh Kudus, di dalam dirinya ada suatu kekuatan baru dan semangat yang besar untuk memberitakan Injil. Setelah Roh Kudus memenuhi hidup para murid, mereka memiliki keberanian dan tak takut akan rintangan yang menghambat untuk memuliakan Tuhan.

Kuasa Roh Kuduslah yang sanggup memulihkan dan mengubahkan kehidupan!

HATI BAPA

Baca: Mazmur 8:1-10

“apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” Mazmur 8:5

Daud mengakui betapa baiknya hati Bapa sehingga Ia mengingat dan mengindahkan kita. Ini membuktikan kita mendapat tempat istimewa di hatiNya, padahal kita adalah debu; tetapi yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain adalah diciptakanNya kita menurut rupa dan gambarNya: “...Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:” (ayat 6-7).

Inilah puncak kebaikan hati Bapa kepada kita: “...Ia telah menggaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes 3:16-17). Ini menunjukkan bahwa hati Bapa penuh kasih sehingga Ia memiliki rencana dan rancangan yang selalu baik kepada kita. Ada pun yang direncanakan Allah di dalam hatiNya adalah keselamatan seluruh umat manusia, dan Bapa telah menggenapinya melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.

Adalah anugerah yang luar biasa bila kita dipilih dan diselamatkan oleh darah Kristus. Kita juga diangkat menjadi anak-anak Allah, dan “jikalau kamu anak maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” (Galatia 4:7b). Namun tidak semua orang meresponsnya, banyak yang menolak Kristus. Meskipun demikian hati Bapa penuh kesabaran menantikan umatNya berbalik kepadaNya: “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9).

Bapa di sorga sabar terhadap kita karena Dia tidak menghendaki anak-anakNya mengalami kebinasaan kekal. Sudah seharusnya sebagai anak-anakNya kita memiliki ‘hati bapa’, yaitu hati yang penuh kasih.

Dunia sedang menantikan kita menunjukkan ‘hati Bapa’ (kasih) itu, sehingga Tuhan dipermuliakan melalui kita!

SIA-SIA DI LUAR TUHAN

Baca: Mazmur 127:1-5

“Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;” Mazmur 127:1a

Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 hal yang dicari oleh semua orang di dunia ini, yaitu kebahagaiaan, keamanan dan kekayaan.

     1. Kebahagiaan. Semua orang mendambakan kebahagiaan dalam hidup. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang berpikir kebahagiaan bisa didapat ketika punya uang, mobil, rumah mewah, istri cantik atau suami yang tampan. Kenyataannya banyak orang kaya hidupnya tidak bahagia dan merana, selebritis kawin-cerai karena perkawinannya tidak bahagia padahal mereka serba berkelimpahan. Ada juga yang mencari kebahagiaan dengan narkoba atau seks bebas. Adalah sia-sia bila kita mencari kebahagiaan di dunia ini karena kebahagiaan yang ditawarkan dunia adalah semu belaka. Salomo berkata, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.”  Rumah melambangkan kebahagiaan, suatu tempat di mana kita merasa diterima dan dikasihi.  Kita perlu membangun dan medasarkan kehidupan kita di dalam Tuhan.  Itulah kunci memperoleh kebahagiaan.
     2. Keamanan. Adakah tempat yang aman di dunia ini? Tidak ada! Perasaan aman dan damai ada di hati orang yang mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Rasa aman tidaklah ditentukan oleh sesuatu yang berada di luar kita, melainkan siapa yang ‘bertahta’ dalam hidup kita. Perihal rasa aman ini Salomo memiliki pengalaman: “Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kita, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” (ayat 1b).
     3. Kekayaan. Salomo adalah seorang raja yang sangat kaya, bahkan kekayaannya “...melebihi semua raja di bumi...” (1 Raja-Raja 10:23). Namun ia sadar bahwa kemampuan menikmati kekayaan dan menikmati hidup adalah karunia atau pemberian Tuhan. Adalah sia-sia bila kita memiliki kekayaan bilamana kita tidak dapat menikmatinya! (ayat 2a). Selalu ada rencanaNya di balik berkat yang Tuhan limpahkan atas hidup kita yaitu supaya kita juga menjadi berkat bagi orang lain. Tetapi jangan sampai kekayaan itu menjadi ‘ilah’ lain dalam hidup kita, sebaliknya “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu...” (Amsal 3:9).

Kebahagiaan, rasa aman, berkat disediakan bagi orang yang mengandalkan Tuhan!

Thursday, August 23, 2012

PUASA SANGGUP MENGUBAH


Baca: Yoel 2:12-17

“...berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” Yoel 2:12

Puasa yang benar sangat besar kuasanya. Puasa yang benar menggerakkan tangan Tuhan untuk bertindak sehingga segala perkara dapat terjadi, dari yang tidak mungkin menjadi sangat mungkin; dan dari hal yang mustahil menjadi ya dan amin.

Mari kita pelajari lebih teliti Yoel 1:1-20, yang mengisahkan keadaan orang Israel waktu itu yang sangat memprihatinkan. Secara manusia tidak ada lagi alasan untuk berharap, sampai-sampai “Para petani menjadi malu, tukang-tukang kebun anggur meratap karena gandum dan karena jelai, sebab sudah musnah panen ladang. Pohon anggur sudah kering dan pohon ara sudah merana; pohon delima, juga pohon korma dan pohon apel, segala pohon di padang sudah mengering. Sungguh, kegirangan melayu dari antara anak-anak manusia.” (Yoel 1:11-12). Bisa kita bayangkan betapa hebat penderitaan yang mereka alami. Hasil ladang mereka musnah. Tiada jalan lain selain datang dan berseru-seru kepada Tuhan memohon belas kasihanNya, dan inilah jalan untuk dapat dipulihkan, yaitu berpuasa dengan sungguh. “Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah Tuhan, Allahmu, dan berteriaklah kepada Tuhan.” (Yoel 1:14).

Bila mengalami sakit-penyakit yang begitu berat, keluarga hancur, gagal dalam bisnis dan studi yang secara manusia sudah tidak ada jalan atau menemui jalan buntu, jangan sekali-kali menyerah pada keadaan dan tawar hati! Selalu ada jalan dalam Tuhan. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengoreksi diri, adakah hal-hal yang tidak berkenan dalam kehidupan kita. Tuhan menghendaki kita merendahkan diri dan berpuasa kudus agar kita berbalik padaNya. “...berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” Menangis dan mengaduh mempunyai arti bertobat dengan penuh penyesalan atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat. Jadi kita tidak hanya asal berpuasa, atau berpuasa tetapi dengan maksud yang tidak benar (agar dipuji orang atau karena kebiasaan saja).

Puasa yang disertai dengan pertobatan yang sungguh benar-benar membawa pemulihan bagi bangsa Israel (baca Yoel 2:23-27).

DI ATAS BATU KARANG YANG TEGUH


Baca: Matius 16:13-20

“Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya.”  Matius 16:18

Kita patut bersyukur karena saat ini banyak gedung gereja dibangun, mulai dari gereja yang besar dan megah sampai gereja sederhana yang ada di kampung-kampung atau pelosok. Namun sebelum kita membangun sebuah gedung gereja dalah penting bagi kita menyimak pertanyaan Tuhan: “Langit adalah takhtaKu dan bumi adalah tumpuan kakiKu; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagiKu, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentianKu?”  (Yesaya 66:1).

Gedung gereja secara fisik adalah tempat berkumpulnya jemaat Tuhan untuk berbakti dan beribadah kepada Tuhan. Kumpulan jemaat inilah yang dimaksud Tuhan sebagai ‘gerejaNya’. Tuhan tidak mengingini rumah yang fana, yang hanya bertahan dalam kurun waktu tertentu, tetapi Dia ingin membangun rumah abadi, yang dibangun di atas fondasi yang kuat dan teguh, yang disediakan oleh Kristus sendiri sebagaimana dikatakanNya kepada Petrus: “...Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Tuhan berkata Ia mendirikan ‘jemaatNya’ di atas batu karang. Adapun batu karang yang dimaksud adalah gambaran diriNya sendiri, yang disalibkan, mati lalu bangkit, kemudian naik ke sorga kembali kepada Allah Bapa. Jadi setiap ‘gereja’ harus didirikan di atas pengorbanan Kristus di kayu salib dengan cucuran darah. Tanpa dasar yang kuat ini ‘gereja’ sia-sia dan tak berarti sama sekali. ‘Gereja’ alias jemaat harus benar-benar menghargai curahan darah Kristus yang telah menebusnya.“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus, yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1 Petrus 1:18-19). Gedung gereja secara prinsip harus didirikan di atas ‘Batu Karang Kristus’. Bila didirikan di atas motivasi lain (agar “wah” atau mencari nama) maka tak beda dengan gedung-gedung biasa.

Tanpa Roh Tuhan, ‘gereja’ tidak akan menghasilkan kuasa, jemaat pun tak mengalami apa-apa!

MEMILIKI HATI NURANI YANG MURNI

Baca: 2 Korintus 1:12-24

“Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.”  2 Korintus 1:12

Ada kalimat mengatakan: “Tiada badai dan gelombang yang dahsyat, tiada nahkoda yang handal.” Masalah, penderitaan dan krisis yang terjadi akan menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Contohnya Rasul Paulus, hamba Tuhan yang telah malang melintang dalam pelayanan pemberitaan Injil. Karena Injil Kristus Paulus harus menanggung penderitaan. “Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.” (ayat 8b-9a). Betapa pun hebatnya karakter dan pelayanan Paulus, ia tetaplah manusia biasa seperti kita, yang pada fase tertentu, bisa saja mengalami kelemahan. Namun hal ini tidak sampai membuat Paulus patah arang dan melarikan diri dari pelayanan yang dipercayakan Tuhan.

Apa rahasia kemenangan Paulus sehingga ia tidak sampai tergeletak? Paulus, bukan hanya berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada, melainkan juga masih bisa menolong dan memberi kekuatan kepada orang-orang yang dilayaninya. Luar biasa! Salah satu kuncinya adalah memiliki hati nurani yang murni! Hati nurani atau suara hati adalah kemampuan batin untuk mengetahui dengan roh kita, memberi persetujuan ketika kita berbuat benar, tetapi menuduh ketika kita berbuat salah. Paulus berkata, “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”  (Kisah 24:16).

Seseorang yang memiliki suara hati atau hati nurani yang baik dan murni dipastikan akan memiliki integritas, tidak munafik (bermuka dua) dan dapat dipercaya. Itulah sebabnya rasul Paulus dengan bersungguh hati melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Motivasinya tulus yaitu hanya ingin menyenangkan hati Tuhan, bukan manusia.

Paulus telah membuktikan ia setia menjalani ia setia menjalankan Amanat Agung Tuhan. Ia tidak berubah sikap meski harus mengalami penderitaan!

YESUS: Ungkapan Kasih BapaYESUS: Ungkapan Kasih Bapa


Baca: Lukas 13:31-35

“Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,...” Lukas 13:34b

Dalam pelayananNya di bumi Tuhan Yesus telah merefleksikan kasih Bapa setiap saat: membebakan orang-orang yang tertindas dan terbelenggu oleh kuasa-kuasa kegelapan, mencelikkan mata yang buta, serta menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderit aoleh manusia. Selain itu Dia juga mengajar dan memberitakan firman tentang Kerajaan Allah bagi siapa saja yang rindu, haus dan lapar akan kebenaran. 

Yesus Kristus merupakan ujud Allah Bapa di bumi, dan melalui Kristus Bapa menjalankan misi penyelamatan bagi manusia ciptaanNya. Tuhan Yesus dengan sepenuhnya mendemonstrasikan kasih Bapa bagi manusia dan mewujudkan keinginNya memberkati kita. Ungkapan atau ekspresi kasih Bapa bagi semua manusia dapat terlihat dari pernyataan Yesus kepada Yerusalem, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” (ayat 34). Ayat ini menegaskan bahwa Allah Bapa masih tetap mengekspresikan kemauan dan keinginan yang keras untuk menyelamatkan dan memberkati kita.

Sesungguhnya Tuhan masih tetap dan rindu mengusahakan agar manusia terlepas dari belenggu-belenggu dosa dan mau kembali ke Rumah Bapa. Tetapi sampai sekarang ini masih banyak orang Farisi yang menghalagi kasih Bapa dengan berbagai-bagai batasan dan peraturan-peraturan yang dibuatnya, sehingga kelancaran pertolongan Bapa menjadi terhambat. Orang-orang Farisi sangat membenci Yesus dan tidak senang apabila Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat sehingga Tuhan Yesus berkata, “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya dan lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” (Lukas 14:5).

Bila saat ini masih ada hal-hal yang menjadi kendala bagi ibadah kita kepada Tuhan, misalnya peraturan-peraturan manusia, adat-istiadat atau tradisi nenek moyang, mari mohon Roh Kudus mematahkan belenggu-belenggu ini.

MUJIZAT TUHAN TAK PERNAH BERAKHIR


Baca: Lukas 9:37-43a

“Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah.” Lukas 9:43a

Sekarang ini adalah era modernisasi. Semua serba modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih. Bermunculan pula pakar dan ilmuwan di bidangnya masing-masing dengan kemampuan luar biasa yang tak perlu disangsikan lagi. Akhirnya banyak orang yang menjadi sangat bergantung pada kepintaran dan kecanggihan teknologi yang ada. Rasa-rasanya mujizat Tuhan mulai diabaikan, orang lebih percaya kepada pengetahuan dan cara berpikir para pakar atau ilmuwan yang mengandalkan logika. Tetapi sesungguhnya mujizat Tuhan tak pernah berakhir dan tetap ada bagi orang percaya.

Pada suatu hari Yesus bertemu seorang bapak yang anaknya kerasukan setan sehingga menjadi bisu dan sangat tersiksa. Bapak itu ingin anaknya sembuh, namun ia ragu-ragu apakah Yesus dapat menyembuhkannya karena katanya, “...aku telah meminta kepada murid-muridMu supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” (ayat 40). Lalu ia berkata kepada Yesus, “ ‘Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami’. Jawab Yesus: ‘Katamu: Jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya!’ “  (Markus 9:22b-23).

Pada kesempatan lain Yesus membuat suatu pernyataan luar biasa, “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” (Lukas 18:27). Apabila Tuhan mengerjakan sesuatu yang tak bisa dilakukan manusia, itulah yang dinamakanmujizat. Perbuatan Tuhan merupakan mujizat bagi kita, tapi bagi Tuhan hal itu bukanlah mujizat sebab Dia dapat mengerjakan segala perkara dan apa saja. Bahkan dari yang tidak ada Tuhan sanggup mengadakan. Bumi diciptakan dari yang tidak ada, hanya oleh firmanNya saja. Jadi, tidak ada sesuatu pun yang sukar bagi Tuhan. Bila manusia dapat terbang, itu merupakan mujizat; tetapi bagi seekor burung, terbang itu bukanlah mujizat, tapi merupakan hal yang biasa dilakukannya. Demikian juga perbuatan-perbuatan besar Tuhan, bagiNya bukanlah apa-apa, namun bagi manusia merupakan suatu keajaiban.

Selama Tuhan masih ada, mujizat masih selalu berlaku. Bila ada manusia yang berkata bahwa zaman mujizat sudah berlalu, pastilah manusia itu sudah ‘tak waras’, karena bila mujizat tak ada, berarti Tuhan juga tidak ada.

Mujizat selalu tersedia bagi orang yang percaya kepadanya!

Tuesday, August 21, 2012

TUHAN SELALU MEMBERI PETUNJUK

Baca: Yesaya 48:12-22

“Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.” Yesaya 48:17

Dalam menjalani hidup ini kita sangat membutuhkan tuntunan dan petunjuk dari Tuhan. Pemazmur berkata, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:1-2). Alkitab berisi tuntunan dan petunjuk dari Tuhan. Semakin kita mempelajari firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam semakin kita mengerti apa kehendak Tuhan, dan apa langkah-langkah yang harus kita tempuh sehingga perjalanan hidup kita selalu beruntung dan akan memberi faedah.

Tuhan memberikan contoh kehidupan empat binatang kecil, “Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.” (Amsal 30:24-28). Semut, meskipun tergolong binatang terkecil dan lemah, ia rajin, ulet dan cekatan. Selain itu semut memiliki rasa empati yang tinggi terhadap sesamanya, mereka menopang satu sama lain dan bergotong royong. Tuhan menghendaki hal yang demikian, “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2). Belalang, dalam waktu singkat sanggup menghabiskan hasil ladang berkat kerjasama dan ketekunannya.

Masih ada saja orang Kristen yang bukannya saling menopang dan bergotong royong satu sama lain, malah saling sikut, hantam dan saling mendiskreditkan. Pelanduk, binatang lemah tapi mampu membuat rumahnya di atas bukit batu sehingga ia selamat dan aman apabila badai menyerang. Yesus adalah Batu Karang Keselamatan kita. Sudah seharusnya kita mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepada Dia.

“Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Matius 7:24

UJIAN SELALU MENDATANGKAN KEBAIKAN

Baca: Markus 4:35-41

“Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.” Markus 4:37

Mengikut Tuhan dibutuhkan komitmen yang sungguh-sungguh serta motivasi yang murni, sebab kita akan menghadapi banyak kesulitan dan juga penderitaan. “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,” (Filipi 1:29).

Tuhan tidak pernah berjanji kalau kita mengikut Dia perjalanan hidup kita akan bebas hambatan. Bahkan murid-muridNya pun yang senantiasa bersama-sama denganNya juga mengalami apa yang disebut dengan masalah atau kesulitan. Contohnya saat mereka berada satu perahu dengan Tuhan Yesus sekonyong-konyong datanglah angin ribut/taufan yang sangat dahsyat sehingga mereka menjadi takut dan panik. Tentunya angin ribut itu bukan angin ribut biasa sehingga mereka takut, karena sebagian besar murid itu notabene adalah nelayan, sudah terbiasa menghadapi badai dan gelombang saat berada di lautan. Ini membuktikan badai itu benar-benar dahsyat dan berada di luar batas kemampuan mereka menghadapinya.

Reaksi yang ditunjukkan para murid sama dengan reaksi kita ketika badai permasalahan datang menerpa; kita tidak lagi dapat melihat permasalahan sebagai proses ujian, tetapi sebagai beban yang melemahkan iman dan merampas sukacita kita. Kita sangat panik dan kuatir sehingga berusaha mengatasinya secepat mungkin menurut akal dan cara kita sendiri. Kita marah dan menyalahkan Tuhan dengan berkata, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38b). Perihal ujian dan percobaan yang kita alami Yakobus berkata, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-baai percobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yakobus 1:2-3).

Melihat kepanikan mereka Yesus keras menegur, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Markus 4:40). Tidak seharusnya para murid takut karena ada Yesus di tengah-tengah mereka. Bukankah mereka selalu terlibat dalam pelayanan Yesus dan melihat perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan Gurunya selama ini? 


Baca: Mazmur 124:1-8

“Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.”Mazmur 124:8

Sering terlontar dari mulut kita, “Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudenger, aku berseru kepadaMu: ‘Penindasan!’ tetapi tidak Kautolong?” (Habakuk 1:2). Kita melihat masalah itu seperti ‘Goliat’yang secara kasat mata sepertinya sulit untuk dikalahkan. Yesus serasa begitu ‘kecil’ di penilaian kita.

Camkanlah dalam-dalam! Tuhan kita adalah Penguasa alam semesta ini, artinya Dia mempunyai kedaulatan penuh atas seluruh ciptaanNya. Badai dan gelombang yang begitu dahsyat langsung berhenti dan danau menjadi teduh ketika Tuhan menghardiknya, “ ‘Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” (Markus 4:39). Ketika Ia mengajak murid-muridNya ke danau Ia tahu akan datang badai gelombang. Ia mengijinkan hal itu terjadi untuk menguji iman mereka. Sesungguhnya melalui kesulitan dan penderitaan Tuhan ingin menjadikan anak-anakNya dewasa rohani, bukan ‘bayi rohani’ terus yang hanya bisa merengek dan selalu minta diperhatikan.

Kita harus kuat menghadapi kesulitan apa pun karena ada Yesus bersama kita, Dia tidak akan membiarkan kita sendiri menghadapi semua itu. Tuhan tahu sampai di mana batas kemampuan kita, Dia tidak akan membiarkan kita dicobai sedemikian rupa sampai di luar batas kemampuan kita. Jadi, “Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan-percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13).

Bagaimana mungkin buah zaitun akan menghasilkan minyak bila tidak ditekan? Akankah buah anggur menjadi arak kalau tidak diperas begitu rupa? Sepatutnya kita bersyukur bila Tuhan masih berkenan mendidik kita melalui masalah sehingga kita boleh mendapat pengalaman berjalan bersama Dia. Dengan demikian iman kita semakin bertumbuh dan pada saatnya kita beroleh kekuatan untuk mengerjakan pekerjaanNya.

Dengan masalah sesungguhnya kita sedang dipersiapkan untuk melakukan perkara-perkara besar!



TEKUN DAN SABAR MENUNGGU

Baca: Yohanes 5:1-15

“Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya” Yohanes 5:4

Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda. Di situ berkumpullah sejumlah besar orang sakit dengan bermacam-macam penyakit, mereka menunggu goncangan air kolam dengan tekun dan penuh kesabaran, “Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.” Jika setiap orang sakit di situ harus menunggu dengan tekun dan sabar hingga tiba gilirannya, karena walaupun air telah bergoncang, jika ia tak dapat masuk ke kolam lebih dulu sewaktu airnya tergoncang, ia juga tak akan sembuh.

Meskipun air kolam bergoncang, sulit bagi orang buta terjun ke dalamnya karena matanya tak dapat melihat dan mungkin ia akan terjatuh karena matanya tak dapat melihat dan mungkin ia akan terjatuh karena banyak sekali sandungan; yang timpang pun sulit bergerak dengan leluasa karena kakinya tak berfungsi dengan baik. Lebih-lebih bagi orang lumpuh, secara manusia ia tidak punya harapan lagi untuk masuk ke kolam sebab ia tak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali! Kehidupan rohani pun mempunyai berbagai jenis penyakit: buta rohani, timpang rohani dan juga lumpuh rohani. Yang mengalami kebutaan rohani tidak dapat melihat perkara-perkara besar yang sedang dikerjakan Tuhan. Yang timpang rohani imannya mudah goyah oleh keadaan. Dan yang lumpuh rohaninya sama sekali tak mampu bertindak dengan iman sebab terbelenggu oleh berbagai ikatan Iblis. Namun semua orang sakit di kolam itu harus dengan tekun dan sabar menunggu di pinggir kolam.

Orang Kristen sekarang ini tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Kita ingin semuanya serba instan. Jika ternyata Tuhan belum menjawab doa kita, kita menjadi kecewa dan marah kepada Tuhan. Kalau tidak mau bertekun dan sabar seperti orang-orang di kolam Betesda, tak mungkin kita akan mendapat jawaban dari Tuhan.

Tekun dan sabar adalah kunci mendapatkan jawaban, karena orang yang menantikan Tuhan takkan mendapat malu. (Baca Mazmur 25:3a)

Monday, August 13, 2012

BERTINDAKLAH, JANGAN DIAM SAJA!

Baca: 2 Raja-Raja 7:1-11

“Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: ‘Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?” 2 Raja-Raja 7:3

Ketika kota Samaria terkepung oleh pasukan Aram, hubungan dengan dunia luar terputus. Tidak bisa dibayangkan betapa menderitanya bila kita berada di suatu daerah yang terisolasi dari dunia luar. Akibatnya “...terjadilah kelaparan hebat di Samaria selama mereka (tentara Aram) mengepungnya,...” (2 Raja-Raja 6:25).

Bukan hanya orang miskin yang menderita dan terancam mati kelaparan, tetapi orang yang berduit pun sama keadaannnya. Lalu Elisa (abdi Allah) bernubuat tentang keadaan kota ini, “Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” (2 Raja-Raja 7:1). Mendengar nubuatan itu perwira raja tidak percaya dan malah mengejek Elisa, “Sekalipun Tuhan membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?’ Jawab abdi Allah: ‘Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.’ “ (2 Raja- Raja 7:2).

Ada empat orang kusta tinggal di luar pintu gerbang dan sama sekai tidak tau nubuatan Elisa. Mereka sangat menderita bukan saja karena penyakit yang menyerangnya, tetapi juga karena perut mereka diserang rasa lapar yang hebat. Tinggal menunggu waktu saja, kematian pasti akan menjemput! Namun mereka tidak menyerah pada keadaan. Salah seorang dari mereka berkata, “Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati? Jika kita berkata: Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati.” (2 Raja-Raja 7:3b-4). Dalam keadaan tak berdaya mereka bertindak dan berusaha.

Banyak anak Tuhan ketika dalam masalah berat dan menemui jalan buntu cenderung menyerah pada keadaan dan tidak mau membuat tindakan iman. Akhirnya mereka tidak mengalami pemulihan dan malah kian terpuruk.

Dalam masalah? Jangan diam saja dan menyerah, carilah Tuhan dengan segenap hati, Dia akan menolong!

KERINDUAN BERSEKUTU

Baca: 1 Yohanes 1:5-10

“...Jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” 1 Yohanes 1:7

Tuhan adalah terang, sehingga siapa pun yang hidup dalam Dia akan hidup dalam terang itu. Dan “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” (ayat 6). Jadi, orang Kristen yang ada dalam Kristus akan selalu rindu bersekutu denganNya dan saudara-saudara seiman lainnya.

Lalu, di manakah dan bagaimanakah kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain? Apakah di acara-acara pernikahan atau ulang tahun? Di tempat-tempat olahraga atau gedung bioskop? Persekutuan seorang dengan yang lain adalah di tempat ibadah atau Bait Allah. Tanpa disadari banyak orang Kristen tak lagi rindu berada di bait Tuhan karena waktunya tersita oleh kesibukan atau kegiatan non rohani. Padahal “Tuhan ada di dalam baitNya yang kudus;” (Mazmur 11:4a). Tuhan memberikan waktu 24 jam sehari. Berapa jam kita pergunakan untuk bersekutu dengan Tuhan? Lalu, berapa jam yang kita habiskan duduk-duduk di depan TV atau nongkrong dengan teman di tempat lain? Seringkali kita berkata, “Aku tidak bisa ke gereja, anak-anak masih kecil, tidak ada pembantu.” Bila roh kita benar-benar merindukan hadiratNya kita dapat datang ke rumah Tuhan di hari Minggu. Disana kita akan mengalami hadiratNya, bersekutu dengan Roh Kudus dan orang-orang beriman lainnya.

Selagi kita sehat dan keadaan baik, pergunakanlah waktu beribadah dengan sungguh. Janganlah hal-hal lain -kesibukan di rumah dan anak- menjadi penghalang berbakti kepada Tuhan. Jangan jadikan itu berhala. Kalau ketika sehat dan baik kita malas dan tidak sungguh-sungguh mencari hadiratNya, bagaimana nanti jika Iblis menyerang kita dengan sakit-penyakit dan permasalahan? Mari belajar dari jemaat mula-mula yang sangat mengasihi Tuhan, setiap hari “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.” (Kisah 2:42a).

Lebih baik sehari di rumah Nya daripada seribu hari di tempat lain (baca Mazmur 84:11).

BERKAT KASIH KARUNIA

Baca: Ibrani 4:14-16 
“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” Ibrani 4:16
Untuk mendapatkan kasih dari raja Ahasyaweros demi kepentingan umat Tuhan, Ester dengan sangat berani datang menghadap sang raja. Sesungguhnya sangat berbahaya menghadap raja jika tidak diundang. Sekalipun Ester adalah permaisuri raja, bila hati raja tidak berkenan bisa saja ia menerima hukuman mati. Tetulis:“Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan hidup.”(Ester 4:11a-b). Bisa dibayangkan betapa jantung Ester berdegup kencang kala itu, mengambil tindakan berani yang beresiko tinggi yaitu kehilangan nyawa.

Adalah sangat kontras antara kegentaran hati Ester menghadap raja dengan kemantapan/keberanian yang kita peroleh sebagai orang Kristen untuk menghadap Bapa di sorga. Melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib yang sekarang berada di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Imam Besar Agung, kita dengan berani menghadap takhta kasih karunia Allah. Jadi, “...oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri,”(Ibrani 10:19-20). Kita dahulu memang orang-orang berdosa, tapi oleh kemurahan kasih karuniaNya kita menjadi ahli waris Kerajaan Allah. Dan akhirnya kita dapat menghadap hadirat Allah setiap saat untuk memperoleh pertolongan yang kita butuhkan. Luar biasa!

Oleh karenanya jangan pernah sia-siakan keselamatan yang telah dianugerahkan kepada kita. Namun masih banyak orang Kristen yang hidupnya sembrono dan tidak menghargai pengorbanan Kristus, bahkan ada yang sengaja meninggalkan Kristus hanya karena iming-iming harta, jodoh dan juga jabatan.

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” Efesus 1:3

KEMATIAN YESUS KRISTUS: Bukan Sejarah Biasa

Baca: Matius 27:45-56

“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.”Matius 27:45

Kematian adalah hal biasa atau lumrah bagi semua manusia, terjadi pada kanak-kanak, remaja, pemuda atau orang tua, tidak mengenal usia, siapa pun akan menghadapinya. Namun hanya ada satu kematian luar biasa yaitu kematian Yesus Kristus. Dia, Anak Allah, yang adalah Allah itu sendiri harus digantung di atas kayu salib dan mengalami kematian. Kegelapan pekat mencekam menyelimuti bumi tiga jam mulai pukul 12.00 hingga 15.00 mewarnai peristiwa kematian Kristus ini. Tidak hanya itu, “...lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka...” (Matius 27:51-52).

Kisah ini sangat menggemparkan di langit mau pun di bumi, sebab karya terbesar telah digenapi Kristus pada hari itu. Jadi, Yesus mati di kayu salib 2000 tahun lalu adalah peristiwa sejarah yang sungguh-sungguh terjadi, bukan rekayasa atau dongeng pengantar tidur. Bahkan kehidupan Kristus, khususnya tentang penyalibanNya, juga sudah dinubuatkan Yesaya, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.” (Yesaya 53:3).

Peristiwa Golgota ini adalah peristiwa sejarah yang mengubah kehidupan manusia, sebab kematian Yesus adalah kematian yang menyeamatkan, menyembuhkan, memulihkan, memberkati dan memberikan pengharapan baru. Di atas Kalvari Yesus telah membayar harga bagi dosa-dosa kita. Ia yang benar, sempurna dan tanpa dosa rela dikutuk, dituduh, difitnah, menderita dan mencurahkan darahNya seperti domba sembelihan, supaya kita dapat dibebaskan dan diselamatkan. Yesus hidup bukan untuk diriNya sendiri tetapi untuk menjadi pengganti bagi kita. Kristus telah mengambi alih semua yang harus kita tanggung karena dosa-dosa kita. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Korintus 5:21).

Jadi, sebagai orang percaya kita adalah orang-orang yang telah dibenarkan dan diselamatkan.

Wednesday, August 1, 2012

Sekali Lagi Tentang Hidup

Baca: 2 Korintus 5:1-10

"Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." 2 Korintus 5:10

Sudah beberapa tahun ini bencana atau musibah sering terjadi di negara kita: berita jatuhnya pesawat yang tidak lagi mengejutkan karena terlalu sering dan tak terhitung lagi jumlah korbannya; tanah longsor di daerah pertambangan; flu babi yang mulai menyerang; dan yang masih memiriskan hati kita adalah bom bunuh diri di hotel berbintang di Jakarta beberapa bulan lalu. Dan masih banyak lagi perkara-perkara yang setiap saat dapat merenggut nyawa manusia.
Kemarin diingatkan agar kita benar-benar memperhatikan bagaimana kita hidup. Yang diperhatikan Tuhan bukan bagaimana cara kita mati melainkan bagaimana cara kita hidup. Tuhan sendiri mengalami kematian dengan cara tidak terhormat, yaitu harus tergantung di atas kayu salib, dan ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13). Namun ada rencana indah di balik peristiwa itu. Sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah sementara, diperibahasakan seperti seserorang yang singgah untuk sekedar minum. Kita ini hanyalah pendatang dan perantau (baca 1 Petrus 2:11). Maka dari itu "...erhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,"(Efesus 5:15), karena setiap orang akan menghadap takhta pengadilan dan mempertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuat selama hidupnya.
Jadi waktu yang sangat singkat ini mari kita gunakan sebaik mungkin. Alkitab menyatakan bahwa hidup ini ibarat orang yang sedang berkemah, suatu saat nanti kemah itu akan dibongkar; namun bagi orang percaya, Tuhan "...telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1). Bukan waktunya lagi untuk bermalas-malasan atau ogah-ogahan melayani Tuhan, justru kita harus semakin giat menabur dalam Roh sehingga pada saatNya kita akan menuai hidup kekal dari Roh itu.

Milikilah hidup yang berkenan kepada Tuhan sebelum waktu itu datang menjemput kita!

Bertobat Dengan Sungguh


Baca: Yehezkiel 33:1-20

"Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup karena itu." Yehezkiel 33:19

Sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, dosa dan tabiat dosa mengikuti dan menjadi bagian dalam diri manusia sehingga kita dilahirkan ke dalam dunia dengan segala kecenderungan hati untuk selalu melakukan kejahatan (baca Kejadian 6:5). Daud menyadari hal itu dan berkata, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." (Mazmur 51:7). Jadi, sesungguhnya kita ini adalah manusia berdosa yang pantas untuk menerima hukuman.
Namun kita patut bersyukur kepada Allah, Bapa kita, yang oleh karena kasihNya menganugerahkan PuteraNya, Yesus Kristus, untuk mati di salib. Darah Kristus mendamaikan kita dengan Allah, kita tidak lagi menjadi seteru Allah. Kristus "...telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus 2:24). Setelah menerima anugerah keselamatan kita harus dengan sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan. Kita harus bertobat dari dosa! Kita tidak dapat menerima anuegerah Tuhan lalu tetap tinggal dalam dosa, karena Tuhan telah mencurahkan anugerahNya sewaktu kita masih berdosa dan kini dosa kita telah diampuni dan kita disucikan. Hidup dalam pertobatan itu suatu perintah, bukan sekedar himbauan! Kita harus dengan sadar meninggalkan dan menolak segala perbuatan dosa. Karena itu mari mencermati hidup kita, hal-hal apa yang sekiranya akan menyeret kita lebih jatuh ke dalam dosa: apakah lingkungan, tontonan atau bacaan yang negatif, serta pergaulan kita, sebab"Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33) dan"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Semua perbuatan daging (baca Galatia 5:19-21) harus ditinggalkan.
Kita harus berhenti berbuat dosa dan menghindarkan diri dari jebakan dosa itu. Kita memang masih hidup di dunia yang penuh dosa, namun kita harus memilih untuk hidup sesuai kehedank Tuhan setiap hari, karena pertobatan tidak dapat dilakukan hanya sekali seumur hidup, melainkan suatu proses terus-menerus dalam hidup kita.

Jika tidak sungguh-sungguh bertobat, kita akan binasa