HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Wednesday, October 31, 2012

HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA


Baca: Yesaya 26:1-21

"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia percaya."  Yesaya 26:3

Iblis tidak dapat mengambil atau merampas berkat Tuhan dari kita jika kita berada dalam otoritas Kristus dan taat pada firman Tuhan.  Iblis hanya dapat mencuri damai sejahtera itu jika kita membiarkannya menyerang atau jika kita tidak taat melakukan apa yang firman Tuhan perintahkan untuk dilakukan di tengah-tengah badai hidup yang melanda.  Apabila kita taat kepada Tuhan, Tuhan akan memelihara kita.  "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,"  (Yesaya 48:18).

     Ketaatan kita kepada Tuhan akan menghasilkan kedamaian seperti sungai yang terus mengalir dengan derasnya.  Jika kita membiarkan damai sejahtera Tuhan memerintah dalam hati kita dengan cara tidak memberi kesempatan pada kekuatiran untuk masuk, maka roh ketakutan pun akan terusir.  Seringkali problema dan kesukaran yang menindas hati serta pikiran kita hanyalah imajinasi kita belaka.  Sesungguhnya Tuhan akan memelihara kita dalam damai sejahteraNya yang sempurna jika pikiran kita terus tertuju pada Tuhan.  Jadi, dalam keadaan apa pun kita harus memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan dan merenungkan firmanNya siang dan malam, sehingga jika tiba-tiba kita diperhadapkan pada keadaan yang sulit kita akan mampu menanggapinya dengan tenang.  Maka dalam menghadapi segala sesuatu Rasul Paulus menasihati, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  (Filipi 2:5).

     Jika kita selalu mengijinkan pikiran untuk terus tinggal dalam masalah dan kita tidak menyerahkan ketakutan itu kepada Tuhan, maka masalah yang sebenarnya hanya merupakan lekukan kecil itu akan menjadi gunung yang tinggi dan akan sukar sekali untuk disingkirkan.  Kita harus menghapus imajinasi itu dan mengarahkan pikiran kita kepada firman Tuhan, atau jika tidak, kecemasan akan merampas damai sejahtera yang menjadi hak kita sebagai anak-anak Tuhan, sebab damai sejahtera itu pemberian Tuhan dan tidak mungkin kita dapat dari dunia ini.

Hidup dalam damai sejahtera sangat ditentukan oleh ketaatan kita terhadap firman Tuhan.

TAK LAGI KUATIR DAN TETAP BERSYUKUR

Baca: Filipi 4:4-9

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  Filipi 4:6

Firman Tuhan mengajarkan kita untuk menyatakan permohonan kepada Allah dalam segala hal.  Segala hal berarti seluruhnya, tanpa ada perkecualian.  Jadi dalam segala hal, dengan doa dan permohonan dengan ucapan syukur, kita menyampaikan permohonan kepada Allah.  Banyak orang datang kepada Tuhan dengan doa dan permohonan tetapi masih saja kuatir, mengeluh serta menggerutu.  Jika kita terus menggerutu tentang permasalahan yang ada dan berusaha menyelesaikannya dengan kekuatan sendiri, maka berarti kita tidak perlu lagi berdoa dan datang kepada Tuhan, bukan?  Selama kita terpaku dan memegang erat-erat masalah kita tidak ada gunanya untuk berdoa, karena berarti kita belum mau melepaskan dan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.

     Mari perhatikan apa yang Alkitab ajarkan tentang masalah yang kita alami: "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Jika kita menyerahkan masalah kita kepada Tuhan, kita tidak perlu memikirkan masalah itu lagi karena masalah itu sudah ada di tangan Tuhan.  Dia mau menanggung kekuatiran kita sehingga kita pun tidak perlu menanggungnya lagi.  Amin?  Tuhan memerintahkan kita untuk tidak kuatir dengan menyerahkan kekuatiran itu kepadaNya dalam doa dan permohonan serta ucapan syukur.

     Kunci utama untuk lepas dari kekuatiran adalah memuji Tuhan.  Tuhan akan membebaskan kita dari semua permasalahan yang ada jika kita mau belajar memuji dan bersyukur kepadaNya.  Mengucap syukur dalam segala perkara kepada Tuhan adalah penting.  Ada banyak ayat dalam Perjanjian Lama yang berbicara mengenai ucapan syukur kepada Tuhan.  Salah satunya adalah:  "Masuklah melalui pintu gerbangNya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepadaNya dan pujilah namaNya!  Sebab Tuhan iu baik, kasih setiaNya untuk selama-lamanya, dan kesetiaanNya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:4-5).  Memasuki gerbang Allah dan pelataranNya dengan pujian adalah menunjuk kepada hal berdoa.

"Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah...Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku."  Mazmur 50:14-15

HIDUP KITA ADALAH MISI

Baca: 2 Korintus 5:11-21

"Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami."  2 Korintus 5:18

Ciri orang Kristen yang sejati adalah adanya perubahan hidup dalam dirinya dan juga berbuah, salah satunya adalah buah pelayanan, karena orang yang sudah diselamatkan dan bertumbuh sebagai anak Tuhan pasti memiliki hati yang rindu untuk melayani Tuhan.

     Perlu kita ketahui bahwa hidup melayani itu merupakan rancangan Tuhan sejak mula pertama Dia menciptakan manusia.  Dia menjadikan manusia dengan tujuan agar manusia bisa memberikan suatu kontribusi lewat hidupnya, bukan sekedar menggunakan apalagi menghabiskan sumber daya di bumi.  Inilah yang disebut misi.  Jadi, kita ini diciptakan untuk sebuah misi.  Kata misi berasal dari bahasa Latin yang artinya diutus.  Menjadi seorang Kristen berarti diutus ke dunia sebagai wakil Tuhan Yesus, seperti yang Yesus katakana:  "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."  (Yohanes 20:21b).  Dan Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan:  datang ke dunia untuk melayani dan memberikan hidupNya.

     Apa yang menjadi misi Yesus ketika di dunia kini menjadi misi kita, yang adalah anggota tubuh Kristus.  Apa yang sudah dilakukan Tuhan Yesus dalam tubuh jasmaniNya di dunia harus kita lanjutkan karena kita ini adalah 'tubuh rohani' Kristus.  Perlu diingatkan di sini bahwa tugas atau misi ini bukanlah hak istimewa para hamba Tuhan atau fulltimer saja.  Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya adalah hamba yang harus melayani.  Jadi, semua orang Kristen harus terlibat dalam misi ini.  Bagaimana saya bisa?  Bisa!  Karena kepada setiap orang percaya Tuhan mengaruniakan karunia rohani untuk memperlengkapinya dalam melayani bersama dengan anggota tubuh Kristus lainnya.  Karunia rohani tersebut merupakan anugerah Tuhan, suatu kekuatan adikodrati dari Tuhan yang hanya diberikan kepada orang percaya, yaitu mereka yang sudah lahir baru.  Dan dunia rohani ini diberikan kepada kita bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan bersama, seperti tertulis:  "...kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama."  (1 Korintus 12:7).

Tugas melayani ini bukanlah pilihan, himbauan, atau saran.  Ini adalah Amanat Agung.  Apabila kita mengabaikannya, berarti kita tidak taat kepada Tuhan.

KERAJAAN ALLAH DI BUMI

Baca: Lukas 17:20-37

"juga orang tidak dapat mengatakan:  Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana!  Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."  Lukas 17:21

Suatu hari orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus, bilamana Kerajaan Allah akan datang.  Yesus menjawab, "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan:  Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana!  Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."  (ayat 20-21)

     Apakah maksud Yesus ketika Ia mengatakan ini kepada orang-orang Farisi?  Maksudnya adalah Ia ingin berkata: "Aku di sini".  Kita semua tahu bahwa Kerajaan Allah tidak dapat berada di antara orang-orang Farisi, tetapi hari itu Kerajaan telah berada di antara mereka karena seorang Raja ada di tengah-tengah mereka.  Kehadiran Yesus menunjukkan bahwa hukum Allah tidak terbelenggu, artinya "Di mana Yesus berada, di situlah KerajaanNya."  Alkitab menyatakan:  "Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya - dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.  Amin."  (Wahyu 1:5b-6).

     Penebusan Kristus menegaskan bahwa kita telah dijadikanNya sebagai kerajaan.  Artinya, tidak hanya di mana Yesus berada kerajaanNya ada, tetapi di mana gerejaNya berada di situlah Kerajaan Allah ditegakkan.  Ini merupakan tempat di mana Dia bebas menunjukkan otoritasNya, karena Dia harus memiliki ruang gerak agar kerajaanNya, kuasaNya dan kemuliaanNya dapat bekerja dengan bebas.  Yang penting bukanlah imbalan yang akan kita peroleh atau kedudukan dalam kerajaan Allah, seperti yang disampaikan Yakobus dan Yohanes kepada Yesus: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaanMu kelak, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu."  (Markus 10:37), tetapi yang terutama adalah melakukan peranan gereja untuk menghadirkan KerajaanNya di bumi ini.

     Nah, sudahkah kita menjalankan tugas menghadirkan 'KerajaanNya'?  Orang dunia akan melihat 'KerajaanNya' ketika ada buah roh dalam kehidupan kita, yang menunjukkan bahwa hidup kita bukan kita lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam kita.

Dengan melakukan kehendak Tuhan kita menghadirkan KerajaanNya di antara manusia di bumi.

KARENA CAMPUR TANGAN TUHAN

Baca: Ester 6:1-14

"Lalu Haman mengambil pakaian dan kuda itu, dan dikenakannya pakaian itu kepada Mordekhai, kemudian diaraknya Mordekhai melalui lapangan kota itu, sedang ia menyerukan di depannya:  'Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya.' "  Ester 6:11

Sebelum malam ketika raja Ahasyweros tidak dapat tidur, ada suatu peristiwa yang sangat gawat terjadi.  Orang-orang Yahudi yang berada di wilayah kekuasaan raja Persia sedang berada dalam bahaya, karena Haman yang keji sedang mengadakan rancangan yang jahat terhadap orang-orang Yahudi.  Tetapi Allah Israel tidak pernah tinggal diam, Dia sangat memperhatikan kesengsaran umatNya.  Sungguh benar apa yang dikatakan pemazmur:  "Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.  Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel."  (Mazmur 121:3-4).  Lalu, di dalam Ester pasal 6 ini, semua peristiwa mulai berubah dan berbalik, justru menuju kepada kejatuhan dan kematian Haman.  Mordekhai yang rencananya hendak digantung oleh Haman (baca Ester 5:14) malah beroleh peninggian dari raja Ahasyweros.  Mordekhai diangkat kepada posisi tertinggi kedua di kerajaan.

     Peristiwa-peristiwa dalam pasal ini tidak terjadi secara kebetulan tetapi karena ada kuasa Tuhan yang bekerja.  Pada suatu malam Raja Ahasyweros tak dapat tidur, maka ia memerintahkan agar buku catatan sejarah dibacakan baginya.  Tertulis di dalamnya bahwa sesungguhnya Mordekhai telah berjasa besar bagi kerajaan.  Ia"...pernah memberitahukan bahwa Bigtan dan Teresy, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, telah berikhtiar membunuh raja Ahasyweros."  (Ester 6:2).  Raja benar-benar telah berhutang nyawa kepadanya.  Raja pun menanyakan penghargaan apa yang telah diberikan kepada Mordekhai yang berjasa itu, tapi tidak satu pun penghargaan yang didapat Mordekhai.  Maka raja langsung mengangkat Mordekhai ke posisi yang tinggi dan dia dibebaskan dari tiang gantungan.  Sebaliknya, Hamanlah yang digantung sebagai pengganti Mordekhai.

     Demikianlah untuk menyelamatkan Mordekhai, Tuhan turut bekerja, dibuatnya raja tak dapat tidur; dibuatnya raja teringat pada catatan sejarah kerajaan.  Dan mengapa ia tepat membuka halaman di mana tercatat sejarah tentang jasa Mordekhai?

Semuanya itu bukan suatu kebetulan, "...bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan..."  (Roma 8:28).

PERSEPULUHAN DAN MOTIVASI

Baca: Maleakhi 3:6-12

"Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman Tuhan semesta alam."  Maleakhi 3:11

Banyak orang tidak mengerti bahwa dengan tidak memberikan persembahan persepuluhan berarti kita telah menipu Tuhan.  Kok bisa?  Tertulis:  "Bolehkah manusia menipu Allah?  Namun kamu menipu Aku.  Tetapi kamu berkata:  'Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?'  Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!"  (ayat 8).  Ada pula orang yang memberikan persembahan persepuluhan tapi motivasinya tidak benar.  Mereka memberikannya hanya dengan tujuan ingin memperoleh berkat seperti yang dijanjikan Tuhan, walaupun memang Ia menjanjikan berkat berlimpah bagi yang memberikan persembahan persepuluhan.

     Adalah sangat sulit untuk membedakan pemberian dengan tujuan menerima kembali dan pemberian dengan motivasi yang benar.  Tak seorang pun dapat menggali isi hati orang lain, hanya Roh Kuduslah yang tahu in detail tentang isi hati kita.  Jika kita memberi persembahan dengan motivasi yang tidak benar, maka janji berkat itu tidak ada fungsinya.  Kita memberi pertama-tama haruslah karena kita mengasihi Tuhan.  Kita memberi atau mempersembahkan uang juga karena kita mengasihi jiwa-jiwa lain agar diselamatkan, mencintai Kerajaan Allah dan pekerjaanNya di bumi.  Katakan:  "Saya akan memberi walaupun tak mendapat imbalan.  Saya melakukan ini karena saya mengasihi Tuhan dan taat terhadap firmanNya."  Tuhan pasti akan mengindahkan persembahan kita dan akan membuka tingkap-tingkap langit untuk mencurahkan berkatNya.  Alkitab menyatakan:  "apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka."  (Wahyu 3:7b).

      Sesungguhnya dengan memberikan persembahan persepuluhan kita belum bisa dikatakan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan secara penuh, karena sepersepuluh dari penghasilan kita itu adalah milik Tuhan dan memang harus kita kembalikan kepadaNya.

Jadi, persembahkan pula persembahan khusus, maka "...kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar dan dicurahkan ke dalam ribaanmu.  Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).

Thursday, October 11, 2012

BELUM MELIHAT KEMULIAAN KRISTUS


Baca: 1 Korintus 2:6-16

"Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani."  1 Korintus 2:14

Seseorang mungkin sangat cerdas mengenai beberapa hal, tapi dapat ragu-ragu atau sama sekali tidak mengerti mengenai realitas kerohanian.  Kata Paulus, "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah."  (2 Korintus 4:3-4).  Dalam 'mata' mereka seolah-olah terdapat suatu selubung sehingga mereka tak dapat melihat hal-hal spiritual.  Tetapi,  "...apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya."  (2 Korintus 3:16).  Sebelum selubung mata seseorang disingkapkan tak mungkin ia dapat datang kepada Kristus dan bertobat.  Pengangkatan atau penyingkapan selubung ini hanya dapat dikerjakan oleh kuasa Ilahi yaitu Roh Kudus.

     Injil Kristus tidak antiintelektual.  Untuk mengerti kebenaran Injil Kristus diperlukan pikiran, tetapi sayang pikiran manusia sudah tercemari dosa.  Pikiran manusia telah dikendalikan oleh kemauannya sendiri yang cenderung memberontak kepada kebenaran Kristus dan lebih mengandalkan akal.  Alkitab menyatakan;"...oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah."  (Roma 10:3).  Namun setelah mengalami kebuntuan banyak orang baru tersadar dan mulai mencari 'Penolong sejati' yaitu Yesus Kristus.  Raja Daud berkata,  "Sebelum aku terntindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janjiMu."  (Mazmur 119:67).

     Orang-orang yang diperbudak oleh dosa pada saatnya ingin melepaskan diri dari cengkeraman ini.  Tetapi meski ada kemauan seringkali mereka gagal dan kembali jatuh dalam dosa lagi.  Namun apabila selubung mata rohani itu tersingkap barulah mereka akan mengenal kebenaran Injil,  "...dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."  (Yohanes 8:32).  Hamba dosa ini dapat merdeka apabila ada 'seseorang' yang membebaskannya.

"Jadi apabila Anak itu (Yesus Kristus) memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."  Yohanes 8:36

FIRMAN TUHAN HARUS BERAKAR KUAT

Baca: Mazmur 78:1-31

"supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintahNya;"   Mazmur 78:7

Kondisi dan situasi yang seringkali mengombang-ambingkan stabilitas iman orang Kristen.  Apa yang dirasa dan dilihat dapat menjatuhbangunkan kerohanian mereka, apalagi bagi yang masih dikuasai emosi dan suasana, belum dikuasai oleh firman Tuhan, sehingga firman itu belum seberapa dalam berakar dalam hidupnya.

     Keadaan ini tidak beda jauh dengan kehidupan bangsa Israel di masa lampau.  Kerohanian mereka belum stabil.  Terbukti jika suasana enak dan menyenangkan, mereka bisa memuji-muji Tuhan.  Namun saat keadaan tidak menyenangkan dan ada tantangan atau ujian hati mereka secepat kilat berubah, langsung menggerutu, bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan seperti tertulis:  "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun?  Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai-sungai;  tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umatNya?"  (ayat 19:20).  Namun, bukankah mata mereka sudah menyaksikan betapa Tuhan membelah Laut Teberau (Laut Merah) sehingga mereka dapat berjalan di tengah-tengahnya seperti di tanah kering?  Saat itu mereka memuji Tuhan dan bersyukur dengan sorak-sorai, tapi pada kesempatan lain menghina Tuhan dengan perkataan yang sungguh menyakitkan hatiNya.  "Sebab itu, ketika mendengar hal itu, Tuhan gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari padaNya."  (ayat 21-22).

     Bila firman Tuhan berakar kuat di dalam hati, kita tidak akan bersikap seperti bangsa Israel itu meski berada di situasi yang tidak baik:  ada penderitaan, sakit, kesesakan atau pun kegagalan.  Kita akan memiliki hati seperti rasul Paulus yang berkata,  "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  (2 Korintus 5:7).  Jika kita terpaku pada masalah yang ada kita akan mudah lemah dan kecewa;  sebaliknya bila kita menjalani hidup ini dengan 'mata iman', kita akan mampu bertahan melewati masalah karena kita percaya bahwa janji firmanNya tidak ada yang tidak ditepatiNya. 

Sudahkah firmanNya itu berakar kuat di dalam kita?  Sehebat apa pun badai menerpa, kita takkan goyah!

Wednesday, October 10, 2012

SYARAT YANG HARUS DIPENUHI

Baca: Yohanes 15:1-8

"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."   Yohanes 15:7

     Tetapi sekalipun kita memakai ayat itu sebagai senjata menggugah hati Tuhan agar janji firmanNya dipenuhi, tidak akan berguna sama sekali jika 'syarat' yang diminta Tuhan tidak kita penuhi.  Syarat pertama adalah kita tinggal di dalam Tuhan Yesus Kristus.  Artinya:  kehidupan kita seluruhnya disalut oleh pribadi Tuhan.  Seluruh kehendak pribadi kita harus dimatikan dan ditaklukkan untuk Kristus.  Tuhan Yesus harus menjadi teladan di segala aspek kehidupan kita.  Rasul Paulus berkata,  "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah.  Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup di dalam aku.  Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihiku dan menyerahkan diriNya untuk aku."  (Galatia 2:19-20).  Kalau kita tinggal di dalam Kristus hidup kita akan mencerminkan sifat-sifat Kristus.

     Ada pun syarat berikutnya:  firmanNya tinggal di dalam kita.  Jika firman Tuhan tinggal di dalam kita maka kita dapat menggunakannya untuk melepaskan kuasa cipta untuk memenuhi janji-janji firmanNya, karena setiap firman yang tertulis dalam Alkitab adalah perkataan Tuhan sendiri.  FirmanNya tinggal di dalam kita berarti kita merenungkannya siang malam dan berpegang teguh kepada segala perintahNya, taat melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Salomo menasihati,  "Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu.  Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu."  (Amsal 7:1-2).

     Sudahkah kita hidup dalam ketaatan?  Jangan menuntut Tuhan memberkati kita apabila kita tidak melakukan bagian kita!

Asal kita taat melakukan firmanNya dan meneladani Kristus dalam segala hal, apa pun yang kita perlukan pasti Dia sediakan!

JANGAN RAGUKAN KUASA TUHAN!


Baca: Keluaran 15:1-21

"Karena nafas hidungMu segala air naik bertimbun-timbun; segala aliran berdiri tegak seperti bendungan; air bah membeku di tengah-tengah laut."   Keluaran 15:8

Dengan kuasaNya yang dahsyat Allah membuat air laut mampu berdiri tegak pada kedua sisi seperti tembok.  Di tanganNya air laut seperti membeku sehingga orang Israel berjalan melintasi lautan itu seperti berjalan di tanah kering.  Puji Tuhan!  Firman Allah berkuasa!  Ketika firman diucapkan air kembali lagi memenuhi lautan!  Dia Allah yang Mahakuasa sanggup melakukan segal perkara, sehingga"Ketika kuda Firaun dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk ke laut, maka Tuhan membuat air laut berbalik meliputi mereka, tetapi orang Israel berjalan di tempat kering di tengah-tengah laut."  (Ayat 19).
  
     Ini bukti kasih setiaNya;  tidak ada janji yang tidak Dia penuhi.  Jika Allah berjanji menyertai, Dia akan melakukannya.  Dia tak pernah meninggalkan kita.  "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.  Sebab Akulah Tuhan Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu."  (Yesaya 43:2-3a).  'Air dan api' berbicara mengenai pencobaan dan penderitaan.  Dia selalu menyertai kita sehingga tak satu pun perkara dapat menghancurkan kita jika kita selalu taat pada firmanNya;  "...Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:20b).

     Setelah Musa meninggal, Yosua dipilih Tuhan menadi pemimpin orang Israel.  Tuhan berkata, "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."  (Yosua 1:5).  Ketika bangsa Israel tiba di Kanaan mereka menghadapi banyak musuh, di antaranya pertempuran melawan orang Amori.  Bangsa Israel menang pada siang hari, tetapi malam hari kalah.  Yosua pun berdoa agar matahari dan bulan tetap di tempatnya, "Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu (Israel) membalaskan dendamnya kepada musuhnya."  (Yosua 10:13a).

Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan karena Dia Mahakuasa!

MEMILIKI HATI YANG MURNI DAN BERSIH


Baca: Ibrani 10:19-25

"Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus iklas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni."  Ibrani 10:22

Kepada jemaat di Efesus Paulus menegaskan bahwa hidup kekristenan adalah perjuangan melawan kuasa-kuasa gelap dan tipu muslihat Iblis.  Maka  "...berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan."  (Efesus 6:14).

     Apakah maksud berbaju zirah itu?  Baju zirah adalah baju yang dipakai untuk melindungi dada prajurit dari serangan musuh.  Hati dan Tuhan agar kita tak mudah tertembus peluru si Iblis.  Seseorang yang mengenakan baju zirah keadilan dan kebenaran akan terjaga dari hal-hal cemar dan jahat, sehingga ia pun dapat menghadap Tuhan ranpa rintangan atau ganjalan dalam hati.  Alkitab berkata: "...karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni."  Agar dapat memperoleh kemenangan atas musuh kita (Iblis), hati kita harus bersih dari segala kejahatan.  Terlebih lagi bila kita rindu dipakai menjadi alat kemuliaanNya kita harus memiliki hati yang benar dan bersih di hadapan Tuhan seperti kata rasul Paulus, "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.  Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni."  (2 Timotius 2:21-22).

     Hati merupakan sumber segala sesuatu, berkat atau kutuk.  Ia dapat memancarkan kehidupan atau kematian,  "karena dari hati timbul pikiran jahat,..."  (Matius 15:19).  Jika hati tercemar dan memancarkan air berpolusi dan keruh, sanggupkah ia menyegarkan jiwa yang dahaga?  Maka untuk dapat memberi kesegaran jiwa-jiwa, perlulah hati kita dibersihkan setiap saat oleh darah Kristus yang kudus sehingga segala noda hilang!  Dan melalui firmanNya hati kita akan diperbaharui setiap saat.

"...Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya."  Mazmur 73:1

JANJI PENYERTAAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA

Baca: Roma 15:1-13

"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  Matius 28:20b

Janji penyertaan Yesus kepada murid-muridNya berlaku juga bagi semua orang Kristen, karena kita adalah pengikutNya juga.  Tetapi banyak yang masih ragu-ragu, tak mempercayai janji Tuhan.  Murid-murid Yesus pun yang waktu itu bersama-sama dengan Dia banyak yang ragu-ragu.  Maka Yesus kembali meyakinkan mereka:  "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,"  (Ayat 18:19).

     Kita seringkali takut dan kuatir karena merasa tidak mampu berbuat apa-apa.  Tuhan ingatkan bahwa Dia adalah Imanuel:  senantiasa menyertai kita.  Segala kuasa di sorga dan di bumi di tanganNya, tidak perlu diragukan lagi!  Bila namaYesus kita sebut, kuasaNya bekerja atas kita.  Kebutuhan materi pun diperhatikan dan dicukupkanNya:  "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padmu.  Karena Allah telah berfirman:  'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.' "  (Ibrani 13:5).

     Awalnya ketika Musa diutus Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari negeri perbudakan (Mesir), ia diliputi keraguan dan kegentaran.  Tetapi Tuhan berkata, "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."  (Keluaran 4:12).  Janji penyertaan Tuhan pun terbukti;  ketika bangsa Israel berdiri di depan laut Teberau karena dikejar tentara Firaun, Tuhan ada di sana dan menolong mereka.  Saat itu pula Dia menguatkan Musa sehingga Musa dapat membangkitkan semangat orang Israel:  "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikanNya hari ini kepadamu;  sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya."  (Keluaran 14:13).  Mujizat pun terjadi, laut Teberau terbelah!  Dalam menghadapi badai apa pun tetaplah tenang, Tuhan tak akan membiarkan kita tenggelam dalam lautan penderitaan.

"Tuhan adalah Penolongku.  Aku tidak akan takut.  Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?  "Ibrani 13:6

HAL MUSA: Tidak Ada yang Mustahil

Baca: Keluaran 6:1-12

"Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!"   Keluaran 6:11

Puncak perasaan ketidaksanggupan Musa tersirat dari pernyataan berikut:  "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."  (Keluaran 4:13).  Meskipun demikian Ia tetap berperkara terhadap Musa.  Sekali Dia memilih dan menetapkan seseorang, Ia tidak akan pernah mengingkarinya atau mencabut kembali rencanaNya.  Kita pun tidak bisa lari dari panggilanNya, seperti kata Daud, "Ke mana aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu?  Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun engkau.  Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tanganMu akan menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku."  (Mazmur 139:7-10).  

     Jika Musa terus merasa tidak ada lagi dalam dirinya yang bisa dipakai membawa umat Tuhan keluar dari perbudakan Mesir, ia tidak akan pernah mengalami hal-hal besar yang sudah direncanakan Tuhan bagi dirinya.  Namun akhirnya Musa bersedia patuh terhadap panggilan Tuhan.  Musa tidak fasih bicara tapi dia memiliki tongkat, tangan, mulut dan saudara yaitu Harun yang diutus Tuhan mendampinginya.  Sekalipun Merasa tidak mampu, Tuhan sanggup menjadikan yang tak mungkin menjadi mungkin.  Tongkat yang pada awalnya hanya dipakai menggembalakan domba, oleh Tuhan sanggup dipakai untuk menyatakan mujizatNya.  Mujizat pertama adalah tongkat itu berubah menjadi ular.  Memang para ahli sihir Mesir juga melakukan hal yang sama, tetapi tongkat mereka ditelan oleh tongkat Musa (baca Keluaran 7:8-12).  Ketika Musa memukulkan tongkatnya ke air sungai Nil, air itu pun menjadi darah (baca Keluaran 7:14-25).  Laut Terberau terbelah menjadi dua ketika Musa mengangkat tongkatnya sehingga orang Israel dapat berjalan di tengah-tengah laut yang kering itu (baca Keluaran 14:15-31).  Mulut Musa yang sebelumnya berat lidah, oleh urapan Tuhan dijadikannya berkuasa.

     Andai Musa sudah menyerah dari awal dan tidak merespons panggilan Tuhan, ia tetap orang yang gagal.

Sekalipun kita terbatas kita memiliki Tuhan yang kuasanya tak terbatas!  Sungguh, "...bagi Allah tidak ada yang mustahil!"  Lukas 1:37.

HAL MUSA: Merasa Tidak Mampu

Baca: Keluaran 4:1-17

"Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan?"   Keluaran 4:11

Tuhan memiliki rencana luar biasa dalam kehidupan Musa, hendak mengangkatnya menjadi pemimpin besar yang kelak memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.  Tuhan berkata, "Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatKu, orang Israel, keluar dari Mesir."  (Keluaran 3:10)

     Dalam Keluaran 4:1-7 terlihat bagaimana reaksi awal Musa menanggapi panggilan Tuhan:  "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata:  Tuhan tidak menampakkan diri kepadamu?"  (Keluaran 4:1).  Mulanya Musa menolak panggilan Tuhan karena merasa tidak mampu dan tidak layak dipilih.  Ia tidak yakin bangsa Israel mau mendengarkan dan percaya yang dikatakannya, apalagi Firaun adalah pemimpin bangsa Mesir waktu itu.  Musa menambahkan, "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."  (Keluaran 4:10).  Musa merasa ada yang banyak hal dalam hidupnya yang sama sekali tidak memenuhi kriteria pemimpin bangsa yang besar. 

     Pengalaman hidup Musa ini juga terjadi dalam kehidupan kita.  Sesungguhnya Tuhan sudah menetapkan rencana besar bagi kita, bahkan sebelum kita dilahirkan.  Namun terkadang kita merasa tidak mampu dan tidak layak, sehingga kita pun menolak masuk dalam rencana Tuhan itu.  Ketahuilah bahwa ketika Tuhan memanggil kita, Dia sudah tau persis bahwa kita memiliki kapasitas yang dibutuhkan untuk mengerjakan rencana besarNya.  Hanya saja kita sering tidak menyadari potensi yang ada pada kita.  Yang kita sadari hanyalah kelemahan dan kekurangan kita.  Akibatnya kita merasa tidak layak.  Kalau hal ini terus berlarut, Iblis yang akan memetik keuntungan dan bersukacita atas kita, karena Iblis tidak menghendaki rencana Tuhan itu terjadi dalam hidup kita.  Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan Iblis untuk merusak citra diri kita.  Inilah awal di mana Musa merasa tidak mampu menjawab panggilan Tuhan, sehingga ia pun tidak menyadari ada kelebihan dalam dirinya yang membuat Tuhan memilihnya.

Monday, October 8, 2012

BERKAT DI TENGAH KRISIS: Hal Menabur

Baca: Kejadian 26:12-25

"Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga Ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati Tuhan."   Kejadian 26:12

Ketika terjadi kekeringan dan kelaparan hebat Ishak bergumul; ia berusaha mencari jalan keluar dan berencana pergi ke Mesir karena menurutnya Mesir adalah negara yang besar.  Namun Tuhan tahu persis apa yang ada di pikiran Ishak.,  "...sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9a).  Itulah sebabnya Tuhan meminta Ishak agar tidak pergi ke Mesir tetapi ke Gerar karena di tempat itu Tuhan akan memberkatinya, sama seperti yang Dia janjikan kepada Abraham.  Dikatakan,  "...Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu."  (Kejadian 26:3).  Ishak taat melakukan perintah Tuhan sehingga mengalami mujizat dan kuasa Tuhan.  Andaikan ia tidak taat dan tetap pergi ke Mesir dia tidak akan mengalami mujizat.  Apabila Tuhan memerintahkan sesuatu pasti memiliki rencana dan semuanya pasti mendatangkan kebaikan.

     2.  Ishak menabur di saat krisis.  "Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati Tuhan.  Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya."  (Kejadian 26:12-13).  Meskipun di tengah krisis hebat Ishak berani menabur dan akhirnya mengalami tuaian, bahkan menuai hingga seratus kali ganda.  Mungkinkah menabur di tengah penderitaan atau kekurangan? Secara logika hal itu mustahil!  Namun bagi Tuhan, lima roti dan dua ikan bisa memberi makan 5000 orang lebih; janda Sarfat, hanya dengan segenggam tepung dan sedikit minyak, tetapi ia berani menabur, tepung dan minyak di rumahnya tidak habis di sepanjang musim kering.  Pemazmur berkata, "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  (Mazmur 126:5).  Firman Tuhan selalu mengajarkan kita untuk menabur supaya kita bisa menuai.  Jika Ishak takut menabur dia tidak akan pernah menuai dan tidak akan pernah mengalami berkat berkelimpahan.

Milikilah ketaatan, jangan berhenti menabur, niscaya berkatNya dicurahkan atas kehidupan kita.

BERKAT DI TENGAH KRISIS: Hal Ketaatan

Baca: Kejadian 26:1-11

"Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu."  Kejadian 26:2

Tahun 1998 krisis ekonomi melanda negeri kita dan berdampak buruk di segala bidang kehidupan.  Rakyat kecil menjerit menahan penderitaan.  Semua orang diserang rasa takut dan kuatir, tak terkecuali anak-anak Tuhan yang juga tak luput dari dampak krisis itu.

     Bila arah pandang kita terpaku pada keadaan atau krisis yang terjadi, secara manusia kita menjadi tawar hati.  Sebaliknya bila kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kita tidak akan dibiarkan tergeletak karena Dia sanggup menopang kita.  Tuhan adalah pengendali seluruh keadaan, tidak ada keadaan yang tak dapat diubahkanNya.  "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a).  Ishak pun mengalami keadaan yang sangat menyesakkan.  Krisis hebat disertai bencana kelaparan melanda negerinya: "Maka timbullah kelaparan di negeri itu. - Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham..."  (Kejadian 26:1).  Kondisi ini memaksa Ishak untuk segera pergi meninggalkan negerinya dan mencari tempat baru agar ia dan keluarganya dapat bertahan hidup.  Ini menunjukkan bahwa perjalanan hidup orang percaya tidak selalu mulus tanpa masalah.  Adakalanya Tuhan ijinkan krisis terjadi dalam kehidupan orang percaya bukan tanpa maksud, selalu ada rencanaNya di balik itu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..."  (Pengkotbah 3:11).  Di tengah kesulitan yang luar biasa Ishak tetap tampil sebagai pemenang; krisis diubah Tuhan menjadi berkat.

     Apa yang dilakukan Ishak sehingga ia mengalami kelimpahan meski di tengah kelaparan hebat?  1.  Ishak taat pada firman Tuhan.  Ketaatan adalah kunci utama mengalami berkat-berkatNya.  Tuhan berkata, "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu.  Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu."  (Kejadian 26:2-3).  Ishak pun taat, tidak berangkat ke Mesir, tapi "...tingallah Ishak di Gerar."  (Kejadian 26:6).  Ishak tunduk kepada kehendak Tuhan!  Bagaimana kita?

SEPERTI PENYAKIT BERBAHAYA

Baca: Amsal 12:1-28

"Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya."   Amsal 12:4

Melangsungkan pernikahan besar-besaran di gedung mewah dengan biaya ratusan juta bukanlah perkara sulit bagi orang berduit.  Namun ini tidak menjamin kelanggengan pernikahan karena untuk mempertahankan kebahagiaan rumah tangga tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Apalagi bila tidak dilandaskan pada pondasi yang kuat yaitu Batu Karang Yesus, akan mudah terombang-ambing dan lambat laun akan roboh.

     Maka dari itu suami dan isteri harus memiliki Yesus dalam hidupnya; bila tidak, rumah tangga akan cepat berubah menjadi neraka-neraka kecil karena kasih sudah mulai luntur.  Banyak suami terlibat dalam berbagai kejahatan gara-gara istri selalu merajuk dan menekan suami untuk memperoleh kekayaan dengan cepat.  Isteri yang demikian adalah isteri yang tidak takut akan Tuhan.  Jika keinginannya tidak tercapai, tak segan-segan ia akan meruntuhkan rumah tangganya:  "Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri."  (Amsal 14:1).  Isteri semacam ini seperti penyakit, yang secara perlahan tapi pasti dapat menggerogoti tubuh.  Sebelum kerusakan terjadi, suami harus bisa membimbing isterinya untuk takut akan Tuhan.  Suami yang benar tidak akan takut pada isteri untuk memberi bimbingan yang benar sesuai firman Tuhan, terkecuali jika isteri sudah memegang rahasia suami yang suka menyeleweng, bisa dipastikan suami tidak akan berkutik!

     Adalah penting bagi isteri mempercantik manusia batiniahnya, "...yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lebut dan tenteran, yang sangat berharga di mata Allah.  Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,"  (1 Petrus 3:4-5).  Inilah yang harus dimiliki isteri yang melebihi kecantikan lahiriah.  Kecantikan batiniah dibangun melalui persekutuan karib dengan Tuhan dan ketaatannya melakukan firman Tuhan.  Jika hati penuh firman, kecantikan batiniah akan mendukung kemolekan lahiriah.

Jadilah isteri yang takut akan Tuhan, jangan jadi 'sumber penyakit' bagi suami!

BERHENTILAH MENYALAHKAN TUHAN!

Baca: Ayub 10:1-22

"TanganMulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku?"  Ayub 10:8

Penderitaan dan kesengasaraan yang terjadi di dunia ini tak memandang bulu dan dapat terjadi dalam berbagai bentuk: ekonomi, sakit penyakit atau hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah keluarga.  Penderitaan ini terjadi karena beberapa hal, antara lain akibat kesalahan atau dosa yang kita perbuat, dan yang lain adalah karena kehendak Tuhan, di mana Ia punya rencana yang indah di balik penderitaan itu.

     Umumnya bila penderitaan sudah mencapai puncaknya seringkali tidak tahan.  Keluhan demi keluhan akhirnya keluar dari mulut kita, seperti Ayub pun berkata dalam keputusasaannya,  "Aku telah bosan hidup,aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.  Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan?  Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!"  (ayat 1, 18).  Ayub pun menyesal, mengapa ia dilahirkan ke dunia bila hanya menanggung penderitaan.  Ia pun menganggap bahwa Tuhanlah yang menindasnya, bahkan menuduhNya telah berkompromi serta mendukung orang fasik.  Perhatikan perkataannya:  "Apakah untungnya bagiMu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tanganMu, sedangkan Engkau mendukung rencana orang fasik?"  (Ayub 10:3).

     Kita juga sering berbuat seperti ayub dengan mengatakan:  "Tuhan mengapa Kauijinkan hal ini terjadi?  Mengapa orang fasik itu malah Engkau berkati?"  Itulah tuduhan tidak langsung yang kita lontarkan kepada Tuhan.  Banyak contoh dalam Alkitab yang mengisahkan kesuksesan atau kesengsaraan.  Tidak hanya Ayub, bukankah Yusuf sebelum menjadi penguasa di Mesir dan penolong bagi keluarga dan bangsanya harus mengalami penderitaan berat?  Seringkali untuk menggenapi rencana indah Tuhan terjadilah pemrosesan dan persiapan terlebih dahulu.  Jadi berhentilah menyalahkan Tuhan dan jangan sekali-kali menuduhNya jahat sebab"...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,..."  (Roma 8:28).

Akhirnya Ayub mencabut semua perkataannya dan menyesal (baca Ayub 42:6).

DISALIBKAN DENGAN KRISTUS

Baca: Galatia 2:15-21

"Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah.  Aku telah disalibkan dengan Kristus; "   Galatia 2:19

Kehidupan Paulus telah diubahkan!  Ia tidak lagi sama seperti dulu ketika masih bernama Saulus, Paulus berkata bahwa hidup yang ia jalani sekarang, "...bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.  Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku."  (ayat 20).

     Hidup Paulus telah disalibkan bersama Kristus!  Apakah ini berarti Paulus benar-benar disalibkan secara jasmani bersamaNya.  Bukan tubuh jasmani yang disalibkan, tetapi manusia lamanya yang telah disalib.  Akan lebih jelas lagi jika kita membaca dalam Roma 6:6-8:  "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.  Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.  Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia."

     Sebagai umat yang telah diselamatkan kita telah disalibkan dengan Kristus, dan tidak boleh lagi berhubungan dengan dosa.  Pembebasan dari dosa dan segala konsekuensinya dalah fakta yang telah digenapi.  Manusia tidak dituntut melakukan sesuatu agar mendapatkan pembebasan dosa, karena memang manusia tidak dapat melakukannya.  Kita hanya dituntut menerima dengan iman kegenapan pekerjaan Kristus di kayu salib.  Ia berkata, "...setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut aku."  (Lukas 9:23).  Penyangkalan diri inilah yang harus kita lakukan terus menerus.  Mengapa?  Allah berurusan dengan dosa-dosa dan diri kita melalui 2 cara yang sangat berbeda.  Menaklukkan dosa memerlukan beberapa saat saja, namun menyangkal diri membutuhkan waktu sepanjang hidup kita.  Sekali saja di atas kayu salib Yesus menanggung dosa-dosa kita, sedangkan sepanjang hidupNya Dia harus menyangkal diriNya.  Kita harus meneladani dan mengikuti jejakNya sebab penyangkalan diri adalah pengalaman bersama Kristus.

"Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  Galatia 5:24