HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Sunday, March 31, 2013

Kebangkitan Yesus adalah secara fisik


Kebangkitan Yesus adalah suatu doktrin yang fundamental dan esensial dalam Kekristenan.  Kebangkitan Yesus adalah begitu pentingnya sehingga tanpa kebangkitan Yesus maka Kekristenan adalah kepalsuan/ omong kosong belaka.  Paulus menuliskan dalam 1 Korintus 15:14 "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14) Tiga ayat kemudian, dalam ayat ke-17, kembali ia menegaskan, "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (1 Korintus 15:17). Meskipun ada banyak pokok-pokok di mana sesama orang Kristen bisa saling berbeda pendapat, tetapi masalah kebangkitan ini bukanlah hal yang mereka ragukan. Menolak kebangkitan Yesus adalah sama dengan menolak Kekristenan itu sendiri.
Problem yang sering diperdebatkan mengenai kebangkitan Yesus bukanlah pada kenyataan bahwa Yesus memang bangkit, tetapi pada bagaimana Ia bangkit.  Sayangnya, kaum kultus menyerang kebangkitan Yesus dan menafsirkannya dengan cara yang berlainan dari  yang diyakini oleh orang Kristen, yaitu menolak kebangkitan-Nya secara fisik.  Kita harus bertanya apakah Yesus bangkit dari kematian dalam tubuh yang sama dengan tubuh ketika Ia mati atau dalam tubuh spiritual yang tidak terbuat dari darah dan daging? Jawaban atas pertanyaan ini sangatlah vital. Jawaban atas pertanyaan inilah yang membedakan Kekristenan sejati dari sistem-sistem kepercayaa palsu lainnya.  Karenanya, inilah doktrin yang benar mengenai kebangkitan Kristus. Saya menganggap hal ini sangat penting, sehingga saya harus mengkhususkan dan menegaskan pernyataan mengenai kebangkitan Kristus ini sebagai suatu pernyataan kebenaran.
Yesus bangkit dari kematian dalam tubuh yang sama dengan tubuh yang dibawa-Nya mati. Tubuh yang telah dibangkitkan ini adalah suatu tubuh yang telah dipermuliakan.
Pernyataan di atas adalah pernyataan yang benar sesuai doktrin yang Alkitabiah.  Dengan demikian, pernyataan ini berlawanan dengan pendapat kaum Saksi Yehovah dan kaum Shepherd's Chapel yang menyatakan bahwa Yesus tidak bangkit dalam bentuk tubuh, tetapi secara spiritual.  Kedua grup ini tidak berupaya menolak pernyataan Alkitab mengenai kebangkitan Yesus, tetapi mereka merubah makna dari kebangkitan itu sehingga menjadi sama sekali tidak pernah terjadi.  Apakah Yesus bangkit dari kematian dalam tubuh yang sama dengan yang dibawa-Nya mati? Ya!
Setelah kebangkitan-Nya Yesus mampu untuk makan (Lukas 24:42-43). Ia menunjukkan kepada orang-orang tangan dan kaki-Nya yang memiliki bekas luka paku (Lukas 24:51; Yohanes 20:27), dan orang-orang bahkan bisa merangkul kaki-Nya untuk menyembah Dia (Matius 28:9)  Setelah laporan mengenai kebangkitan Yesus menyebar luas, Tomas, yang meragukan kebangkitan Kristus, berkata,"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." (Yohanes 20:25).  Kemudian, Yesus muncul di hadapan Tomas dan berkata kepadanya,"Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yohanes 20:27).
Jika tubuh Yesus tidak pernah bangkit, maka Ia tidak mungkin memiliki kaki dan tangan yang memiliki lubang-lubang bekas paku dari penyaliban-Nya. Pertimbangkanlah ayat-ayat berikut ini sebagai bukti lebih jauh mengenai Kebangkitannya dalam tubuh kematian-Nya:
  • "Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" 20Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. (Yohanes 20:19-20).
  • "Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 39Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." (Lukas 24:38-39).
Jelas sekali bahwa Yesus bangkit dalam tubuh yang sama dengan tubuh yang dibawa-Nya mati, dengan lubang-lubang yang sama pada tangan dan kaki-Nya.  Kita juga melihat bahwa Yesus mengumumkan bahwa diri-Nya masih memiliki daging dan tulang.  Apakah "tubuh roh" terdiri dari daging dan tulang?  Sama sekali tidak.
Saya pernah mendengar ada orang yang mengatakan bahwa tubuh jasmani Yesus telah mati dan tubuh rohani-Nya yang dibangkitkan. Jika memang demikian, apakah tubuh spiritual itu memiliki daging dan tulang sebagaiman tubuh jasmani?  Rasanya pernyataan itu tidak masuk akal.  Lagi pula, jika Yesus tidak bangkit secara fisik, lalu apakah yang terjadi dengan tubuh fisik-Nya? teruraikah? dipindahkan ke tempat lainkah? Tidak ada catatan apapun mengenai apa yang terjadi kemudian terhadap tubuh Yesus yang telah mati selain daripada bahwa tubuh itu telah dibangkitkan.  Karena itulah, tubuh-Nya telah bangkit dari kematian.
Yohanes 2:19-21
"Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." 20Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" 21Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (Yohanes 2:19-21).
Frase "Aku akan mendirikan" diterjemahkan dari satu kata tunggal dalam bahasa Yunani yaitu "egeiro."  "Egeiro" berkala (tense) masa depan, aktif, indikatif, orang pertama tunggal (future, active, indicative, 1st person singular).  Bentuk aktif dalam bahasa Yunani menentukan siapakah yang akan melakukan suatu perbuatan. Dalam hal ini, karena merupakan bentuk orang pertama tunggal ("Aku"), maka Yesus sedang mengatakan bahwa Ia sendiri yang akan melakukan perbuatan kebangkitan itu. Seperti itulah makna kalimat tersebut dalam bahasa Yunaninya.
Tetapi, beberapa pihak masih juga menolak bahwa Yesus secara fisik telah bangkit dari kematian -- bahkan ketika mereka mempelajari Yohanes 2:19-21.  Kita dapat melihat dengan jelas bahwa Yesus telah menubuatkan bahwa Ia akan mendirikan kembali Bait Allah yang adalah tubuh-Nya sendiri sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat 21 oleh Rasul Yohanes yang menyatakan bahwa yang dimaksud Yesus dengan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri. Karenanya, ini seharusnya menjadi bukti yang tidak dapat disangkal lagi bahwa Yesus memang bangkit dari kematian-Nya dalam tubuh yang sama dengan tubuh yang dibawa-Nya mati.  Jelas-jelas, Yohanes 2:19-21 menunjukkan kepada kita bahwa Yesus telah meramalkan kebangkitan-Nya sendiri secara fisik dalam tubuh yang sama dengan yang dibawa-Nya mati (dirombak oleh orang Israel) -- dan Ia melakukan-Nya.  Apakah bukti ini cukup untuk menghentikan debat yang tidak perlu?  Anda mungkin bisa memahaminya, tetapi ternyata pertentangan terus muncul.
1 Korintus 15:35, 39, 42-44
35Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?"
39Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan.
42Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. 43Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. 44Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah.
Ayat 44 di atas telah dipakai oleh berbagai pihak untuk meneguhkan ide mereka bahwa Yesus tidak bangkit secara fisik, tetapi secara spiritual.  Tentu saja, saya telah menunjukkan di atas bahwa Yesus telah dibangkitkan dalam tubuh yang sama dengan tubuh yang dibawa-Nya mati, dengan lubang yang sama pada tangan dan kaki-Nya.  Kita juga melihat bahwa Yesus telah memproklamasikan bahwa Ia memiliki daging dan tulang (Lukas 24:39).  Lagi pula, apakah "tubuh rohaniah" terdiri dari daging dan tulang? Alkitab tidak pernah memuat tentang hal seperti itu.
Paulus tidak menyatakan bahwa ada dua jenis tubuh yang berbeda pada diri seseorang, yaitu tubuh alamiah dan tubuh rohaniah, di mana setelah kematian tubuh alamiah, tubuh kedua yang berbeda yaitu tubuh rohaniah akan mengambil alih tugas tubuh alamiah.  Melainkan, ketika mengacu kepada satu tubuh yang sama ia menyatakan bahwa , "Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah," (ayat 44).  Kata "yang" mengacu pada tubuh yang sama dalam kedua klausa kalimat tersebut, bukan dua tubuh yang berbeda.  Tubuh yang sama ini menjadi tubuh yang dibangkitkan -- yaitu tubuh rohaniah seperti yang diacu olehnya.  Dengan kata lain, tubuh rohaniah adalah tubuh yang sama dengan tubuh alamiah sebelum kematian, tetapi telah diubah menjadi yang bersifat spiritual.
"Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan." (1 Korintus 15:53-54).
Tubuh kita yang fana dan dapat hancur ini mengenakan aspek yang tidak dapat binasa dan kekekalan dari tubuh rohaniah yang merupakan tubuh fisik orang percaya yang telah diubahkan dan secara fisik dibangkitkan.   Yesus merupakan yang sulung dari kebangkitan ini (1 Korintus 15:20). Karenanya, kita dapat melihat bahwa tubuh kebangkitan kita di masa yang akan datang adalah tubuh rohaniah. Tetapi, tubuh rohaniah itu secara faktual adalah tubuh alamiah/ fisik, yang sama dengan tubuh kita sekarang, hanya telah dimuliakan. Sebab, jika sebaliknya yang terjadi, maka tidak ada kebangkitan itu.

Friday, March 29, 2013

KEMATIAN YESUS-MENGHAPUSKAN HUKUMAN KITA


Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? – Roma 8:34.

Kesimpulan yang agung  dari penderitaan dan kematian Yesus adalah: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” - Roma 8:1.  Berada “di dalam Kristus Yesus” berarti berada dalam hubungan dengan Yesus oleh iman.  Iman kepada Yesus menyatukan kita dengan Yesus sehingga kematianNya menjadi kematian kita dan kesempurnaanNya menjadi kesempurnaan kita.  Yesus menanggung hukuman kita (sehingga kita tidak lagi harus mengalaminya) dan menyempurnakan kita (yang tidak mungkin dapat kita capai sendiri). 

Iman bukan dasar bagi penerimaan Allah terhadap kita.  Hanya Yesus yang merupakan dasarnya.  Iman menyatukan kita dengan Yesus sehingga kebenaranNya dianggap sebagai milik kita.  Perhatikan ayat-ayat berikut:
“Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat” – Galatia 2:16. 

“Dibenarkan oleh karena iman” dan “dibenarkan di dalam Kristus” – Galatia 2:17 – merupakan istilah yang parallel.  Kita berada di dalam Kristus oleh iman, dan karena itu, kita dibenarkan.

Ketika pertanyaan “Siapa yang dihukum?” dikemukakan, jawabannya sudah ada. TIDAK SEORANG PUN!  Kemudian dasarnya dinyatakan: “Yesus yang mati!”  Kematian Yesus telah menjamin kebebasan kita dari hukuman.  Sudah pasti bahwa kita tidak akan dihukum, sepasti fakta bahwa Yesus telah mati.  Tidak ada penghukuman dua kali untuk kasus yang sama dalam pengadilan Allah, maka kita pun tidak akan dihukum dua kali untuk kesalahan yang sama.  Yesus telah mati sekali bagi seluruh dosa kita.  Kita tidak akan dihukum lagi atas dosa-dosa kita.  Penghukuman dihapuskan bukan karena tidak ada, tapi karena penghukuman itu telah dijalankan.

Tetapi bagaimana dengan penghukuman oleh dunia? Apakah ini bukan jawaban bagi pertanyaan, “Siapa yang dihukum?”  Bukankah orang Kristen dihukum oleh dunia?  Ada begitu banyak martir.  Jawabannya, tidak ada yang dapat menghukum kita SECARA TUNTAS.

Tuduhan dapat diajukan, tapi tidak ada yang bertahan sampai akhir.  “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka?  Siapakah yang akan menghukum mereka?” – Roma 8:33.  Hal ini sama dengan pertanyaan Alkitab,  “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” – Roma 8:35.   Jawabannya bukanlah karena semuanya tidak terjadi terhadap orang-orang Kristen.  Jawabannya adalah: “Dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” – Roma 8:37. 

Dunia akan menjatuhkan penghukumannya sendiri.  Mereka bahkan mungkin menggunakan pedangnya.  Tetapi kita tahu, bahwa pengadilan tertinggi telah memenangkan kita.  “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” – Roma 8:31.  TIDAK ADA.  Jika mereka menolak kita, Dia menerima kita.  Jika mereka membenci kita, Dia mengasihi kita.  Jika mereka memenjarakan kita, Dia membebaskan jiwa kita. Jika mereka menindas kita, Dia memurnikan kita melalui api.  Jika mereka membunuh kita, Dia menjadikan hal tersebut sebagai jalan menuju sorga.  MEREKA TIDAK DAPAT MENGALAHKAN KITA.

Yesus telah mati.  Yesus telah bangkit.  Kita hidup di dalam Dia.  Di dalam Dia tidak ada penghukuman.  Kita diampuni, dan kita dibenarkan.  Seperti firman TUHAN berkata, “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, Tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda” – Amsal 28:1.

TAK BISA MENGEKANG LIDAH!

  Yakobus 1:19-27 

"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."  Yakobus 1:26

Penulis pernah mendapat curhat seorang teman yang bukan seorang percaya (di luar Tuhan) yang bekerja di sebuah perusahaan.  Dia mengungkapkan keluhannya bahwa selama bekerja di situ ia sering menangis dan ingin segera keluar dari pekerjaan karena sudah tidak betah lagi.  Penulis bertanya,  "Mengapa?"  Jawabannya sangat mengangetkan dan sekaligus menyedihkan hati.  Ia tidak tahan dengan omelan dan umpatan dari pimpinannya;  bila ada karyawan yang melakukan kesalahan, si pimpinan itu marah-marah, membentak-bentak, kata-katanya kasar, bahkan 'nama-nama binatang' selalu ia perkatakan, padahal pimpinannya itu seorang Kristen dan terlibat aktif dalam pelayanan di gereja.  Kok bisa ya? Saat berada di gereja atau pelayanan ia bak seorang malaikat atau orang yang suci dan kudus.  Tetapi di luar gereja topeng itu ditanggalkan dan begitu cepatnya berubah.  Karakternya tidak lagi seperti Kristus, tidak bisa menahan lidah atau ucapannya, tidak bisa menjadi berkat, malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.

     Ayat nas di atas menyatakan bahwa ibadah kita akan menjadi sia-sia jika kita tidak bisa mengekang lidah atau ucapan kita.  Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita mengungkapkan sifat yang yang sesungguhnya,  "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati."  (Matius 12:34a).  Kita kembali diingatkan agar berhati-hati menggunakan lidah kita.  Adalah pekerjaan yang tidak mudah mendisiplinkan, mengontrol dan menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita.  Bila kita dapat menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita, yaitu mempunyai kemampuan untuk menentukan seluruh arah hidup kita.  Bila kita dapat menundukkan bagian tubuh kita yang satu ini dan menyerahkannya di bawah kendali Roh kudus, kita akan mampu mendisiplinkan seluruh tubuh kita.

     Lidah atau perkataan yang kita ucapkan menentukan apakah kita akan hidup dalam kemenangan, kekalahan, berkat atau kutuk.  Karena itu kita harus berhati-hati menggunakan lidah kita, karena  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21).

Jangan semborono menggunakan lidah kita karena dampaknya akan kembali ke kita!

Wednesday, March 27, 2013

DIPANGGIL UNTUK MELAYANI


“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.” Roma 12:6-8

Kira-kira 2000 tahun yang lalu Tuhan Yesus turun ke dunia ini dengan satu tujuan: supaya manusia dapat beroleh kehidupan yang kekal. Banyak pelayanan yang Ia lakukan pada waktu itu. Yesus memberi teladan yang luar biasa bagi kita umatNya. “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikannyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Mrk 10:45.

Kalau Yesus saja datang untuk melayani, terlebih lagi kita sebagai muridNya, tentu juga harus ikut melayani.
Merupakan hal yang baik jikalau kita bisa terlibat untuk melayani di gereja. Tetapi pelayanan yang dapat kita lakukan tidak terbatas hanya di gereja saja. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk dapat melayani dalam kehidupan sehari-hari kita. Kita dapat melayani dalam keluarga kita, terhadap orang tua, pasangan suami/istri, anak-anak, dan lain-lain. Kita dapat juga melayani dalam bidang pekerjaan kita, dalam lingkungan sosial kita, dan masih banyak lagi tempat yang terbuka untuk pelayanan.

Ketika kita mencoba melihat segala sesuatu yang orang lain butuhkan dan kita ada untuk menjadi berkat bagi orang itu, baik menjadi berkat secara rohani, materi maupun moril, maka itu merupakan pelayanan. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Kol 3:17

Tuhan melihat hati kita. Lakukan sesuai dengan karunia maupun talenta yang telah Tuhan percayakan kepada kita dengan hati yang tulus.
Bagaimana mengetahui karunia pelayanan yang telah Tuhan percayakan?

1. Berdoa
Jika Anda belum mengetahui pelayanan apa yang Tuhan inginkan dalam diri Anda, ambillah waktu untuk berdoa dan bertanya kepada Tuhan. Dia akan menuntun kita kepada jalanNya. Dia akan memberikan hikmat bagi kita sehingga kita mengerti apa yang harus kita lakukan. Tentunya Dia juga akan memperlengkapi kita dengan kemampuan untuk dapat melayani.

2. Peka akan Lingkungan
Perhatikan dan pelajari keadaan sekitar kita. Ketika kita belajar untuk melihat hal-hal yang biasanya kita acuhkan, kita akan menyadari bahwa sebenarnya banyak hal yang dapat kita perbuat untuk dapat mengisi kekosongan yang ada. Banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita, baik itu keluarga kita, teman, rekan, saudara seiman atau bahkan orang yang tidak kita kenal sebelumnya.

3. Belajar memberi
Mulai belajar untuk dapat memberikan sesuatu (nasehat, solusi, tenaga, pemikiran, bahkan materi) kepada orang yang membutuhkan.

“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Luk 6:38


Dengan memulai langkah-langkah di atas, kita akan semakin mengerti karunia pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Semakin kita masuk lebih dalam ke pelayanan, maka Tuhan akan memakai kehidupan kita lebih indah lagi. Semuanya bagi kemuliaan nama Tuhan.
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Rom 12:11


MENJADI SEPERTI ANAK KECIL


Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”  ” Matius 18:2-3
Ada beberapa kisah yang menceritakan mengenai Tuhan Yesus dan anak kecil. Tuhan mengajarkan umatNya sesuatu hal yang luar biasa yang dapat ditemui dari seorang anak kecil.
Mari kita lihat hal positif apa yang dapat ditemui dari seorang anak kecil:
  • Polos; belum tercemar oleh pikiran-pikiran negatif
  • Pemaaf; cepat memaafkan jika habis berkelahi dengan anak lainnya
  • Berani; tidak memikirkan bahaya yang akan terjadi oleh karena dia tahu ada orang tuanya
  • Percaya penuh kepada orang tuanya
  • Selalu berharap  kepada orang tuanya
  • Bergantung penuh kepada orang tuanya
  • Tidak pernah berhenti meminta sesuatu kepada orang tuanya
  • Tidak pernah kuatir akan masa depan
  • Senang berada di dekat orang tuanya
  • Terus terang; mengatakan segala sesuatu apa adanya kepada orang tuanya
Dan masih banyak lagi yang bisa kita pelajari dari seorang anak kecil.

Untuk dapat mengerti kehendak Tuhan, kita harus belajar untuk menjadi seperti anak kecil . Memang tidak mudah untuk dapat mentaati setiap perintah Tuhan. Kecenderungan orang dewasa adalah lebih mementingkan logikanya sendiri, pengetahuannya atau bahkan  ego pribadinya. Bukan suatu hal yang mudah bagi kita untuk dapat cepat memaafkan orang lain apabila kita habis bertengkar. Tetapi jika kita melihat anak kecil, mereka dapat dengan cepat memaafkan temannya dan kemudian bermain kembali, seakan-akan tidak pernah berkelahi sebelumnya.

Menjadi seperti anak kecil bukan berarti kita menjadi kekanak-kanakan, tetapi kita belajar akan sikap positif yang mereka miliki. Sikap yang seperti itulah merupakan sikap yang Tuhan inginkan ketika kita berjalan bersama dengan Dia. Tuhan menginginkan kepolosan kita, tidak ada hal yang perlu ditutup-tutupi. Tuhan ingin agar kita melihat Dia seperti anak kecil kepada orang tuanya. Percaya dan menggantungkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Ketika kita memilih untuk belajar menjadi seperti anak kecil, maka hidup kita akan diubahkan. Dengan mudah kita akan mengerti apa yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan dalam diri kita. Dan bagian dalam Kerajaan Sorga telah disiapkan bagi kita yang taat dan setia kepadaNya.

DOA UNTUK KESEJAHTERAAN


Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Yeremia 29:7
Oleh karena kekerasan hati bangsa Israel, Tuhan mengijinkan suatu kejadian dimana Raja Nebukadnezar membawa mereka ke pembuangan, yaitu di Babel. Ini bukan suatu hal yang mudah bagi bangsa Israel untuk hidup di dalam pembuangan. Masa-masa kejayaan mereka hilang, harga diri mereka direnggut, kekayaan mereka hilang, dan masih banyak lagi penderitaan yang mereka alami dalam masa pembuangan tersebut.
Tetapi Firman Tuhan datang kepada mereka dan berkata supaya mereka mengusahakan kesejahteraan kota tempat mereka dibuang (Yer 29:7). Tuhan menyuruh bangsa Israel untuk berdoa bagi kota tersebut. Dan Tuhan menyampaikan bahwa jika kota tempat mereka dibuang tersebut sejahtera, maka mereka juga akan ikut sejahtera.

Ada banyak kondisi di mana kita tidak menyukainya jika kita di dalamnya, di antaranya:
  • Ketika kita ditempatkan di suatu kota oleh karena pekerjaan, tugas, usaha ataupun studi, di mana keadaan kota tersebut tidak seperti yang kita harapkan;
  • Ketika kita mendapat pekerjaan yang menurut kita tidak sesuai dengan minat atau kemampuan kita;
    Ketika pendapatan yang kita peroleh tidak sesuai dengan yang kita inginkan;
  • Ketika kita menjalani studi di bidang atau institusi pendidikan yang tidak sesuai dengan minat kita;
  • Ketika orang lain tidak memberikan respon yang sesuai dengan harapan kita;
    Ketika kita mengalami penyakit yang tak kunjung sembuh-sembuh;
  • Ketika kondisi keuangan kita yang tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun;
  • Ketika pergumulan kita tak kunjung mendapat jalan keluar ataupun jawaban doa;
    Ketika pemimpin/atasan kita senantiasa menekan keadaan kita;
Dan masih banyak lagi.
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” 1 Tes 5:18.
Tuhan menginginkan agar kita tetap mengucap syukur kepadaNya dalam segala hal yang kita alami. Segala masalah yang kita hadapi dapat menjadi alat untuk membuat kita semakin dekat lagi padaNya. Masalah adalah bagian dari proses kehidupan kita. Demikian juga dengan kondisi yang kita alami, itu adalah proses bagi hidup kita. Dan kita semua akan menjalani proses tersebut untuk dapat menjadi sesuai dengan kehendakNya.

Berdoalah untuk kondisi apapun yang kita hadapi/jalani. Dan yakin bahwa Tuhan sanggup mengubahkan apa yang tidak ada menjadi ada. Oleh karena itu, “berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer 29:7b)

MENINGGALKAN KASIH MULA-MULA

Wahyu 2:1-7

"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."  Wahyu 2:4

Apakah saat ini kita sedang bangga dengan kerohanian kita?  Kita sudah melayani Tuhan dan terlibat aktif di gereja lokal yang terkenal?  Melalui renungan ini kita diingatkan untuk tidak terlalu membanggakan diri karena yang berhak menilai 'kualitas' pekerjaan kita bukanlah manusia, melainkan Tuhan.  Secara kasat mata mungkin kita melihat dan menilai bahwa gereja kita adalah gereja yang aktif dengan jemaat yang 'dewasa' rohani pula.  Hal ini bisa terlihat dari jadwal pelayanan yang tak pernah kosong, mulai hari Minggu hingga Sabtu, gereja penuh dengan kegiatan:  kebaktian umum, ibadah kelompok (sel), ibadah pria-wanita, ibadah doa puasa, ibadah pemuda dan sebagainya yang selalu dipenuhi dengan jiwa-jiwa.

     Keadaan ini tak jauh beda dengan jemaat di Efesus.  Kepada jemaat di Efesus Tuhan berkata,  "Aku tahu segala pekerjaanmu:  baik jerih payahmu maupun ketekunanmu."  (Wahyu 2:2a).  Jika kita perhatikan, jemaat di Efesus adalah jemaat yang dewasa rohaninya karena mereka setia, tekun, mampu membedakan guru-guru palsu (ayat 2), bahkan dikatakan:  "...engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku;  dan engkau tidak mengenal lelah." (ayat 3).  Bukankah ini sudah cukup membuktikan bahwa jemaat Efesus setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan?  Kurang apa lagi?  Secara manusia, kekristenan mereka pasti dikenan Tuhan.  Tetapi mengapa Tuhan masih mencela mreka?  Mata Tuhan sanggup melihat jauh melampaui pikiran dan juga penampilan luar kita karena  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia,..."  (Ibrani 4:13).

     Jadi, Tuhan tahu keberadaan setiap jemaat dan individu yang ada di dalam gereja secara mendalam.  Saat ini mungkin yang menjadi fokus kita adalah hal-hal yang tampak dari luar:  jemaat yang banyak, organisasi gereja yang solid, aktivitas rohani (pelayanan yang padat), pula gedung gereja yang tampak megah dan besar dan sebagainya.  Tetapi ada hal penting yang malah terabaikan, dan itulah yang sedang Tuhan ungkap terhadaap jemaat di Efesus ini.  Ternyata banyak dari kita telah meninggalkan kasih mula-mula (ayat nas).  Kita telah menggantikan kasih kita kepada Tuhan dengan pekerjaan atau aktivitas rohani yang ada. 


1 Korintus 13:13

"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."  1 Korintus 13:13

Apa itu kasih mula-mula?  Kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus;  hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh cinta kepada Tuhan dan sesama; hati yang tulus iklhas tanpa pamrih untuk Tuhan.

     Mengapa kasih yang mula-mula ini penting?  Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan.  Kita tahu bahwa kota Efesus adalah kota yang besar dan sangat terkenal pada waktu itu, yang tentunya orang-orang di Efesus punya pilihan untuk hidup dalam duniawi.  Tetapi ternyata jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan; mereka masih mengutamakan perkara-perkara rohani sekali pun banyak sekali tantangan dan cobaan.  Secara fisik mereka tetap melakukan pelayanan untuk Tuhan, tetapi pelayanan mereka tidak lagi digerakkan dan dibakar oleh kasih mereka kepada Kristus.  Mereka terjerumus ke pekerjaan atau pelayanan rutinitas belaka.  Hal inilah yang seringkali tidak kita sadari.  Tanpa kasih yang menyala-nyala bagi Kristus, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan tidak ada artinya.  Tanpa kasih, semua tidak ada faedahnya bagi Tuhan.  Karena itu kita harus ingat saat pertama kita percaya kepada Tuhan:  saat kita bertobat dan berkomitmen untuk mengikuti Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa.  Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah meninggalkan kasih mula-mulanya kepada Tuhan:  1. Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama dalam hidup kita.  Mungkin kita masih aktif melayani Tuhan, tapi pelayanan itu tidak lagi timbul dari hati yang haus dan lapar akan Dia, melainkan hanya karena tugas dan rutinitas semata.  2. Timbul rasa malas untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.  Waktu untuk berdoa, menyembah Tuhan dan merenungkan firmanNya berkurang.  3. Kita lebih disibukkan dengan urusan-urusan pribadi: keluarga, pekerjaan, hobi dan sebagainya.  Oleh karena itu Tuhan mengingatkan,  "...ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!  Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan."  (Wahyu 2:5a, b).

Mari kita berkomitmen lagi untuk mengasihi Tuhan, lebih dari segalanya.

BERTOBAT DULU BARU MELAYANI TUHAN


Baca:  Markus 6:6b-13

"Lalu pergilah mereka (murid-murid Yesus) memberitakan bahwa orang harus bertobat,"  Markus 6:12

Menjadi saksi Kristus adalah tugas setiap orang Kristen.  "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Matius 28:19-20a).  Namun sebelum kita pergi ke luar memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus, kita secara pribadi harus mengalami pertobatan sejati terlebih dahulu.  Kalau kita sendiri masih hidup dalam dosa, mengenakan 'manusia lama' dan tidak mengalami pertobatan secara pribadi, kita pasti tidak akan memiliki kuasa untuk mengajak orang lain percaya kepada Kristus.  Justru kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain dan mempermalukan nama Tuhan di hadapan mereka.  Jangan sampai hal ini terjadi!  Kita pasti akan gagal.  Oleh sebab itu sebelum kita pergi melayani orang lain dan memberitakan Injil, dosa-dosa kita harus dibereskan terlebih dahulu di hadapan Tuhan.  Kita harus benar-benar bertobat!

     Kata 'bertobat' dalam Perjanjian Baru disebut dengan 'Metanoia' yang berarti perubahan pikiran disertai dengan penyesalan dan perubahan perilaku.  Seseorang yang sungguh-sungguh bertobat pasti mengalami perubahan dalam hidupnya, tahu dan sadar akan dosa-dosa yang diperbuatnya, mengalami kesedihan dan penyesalan terhadap dosanya di hadapan Tuhan.  Tidak ada dosa yang ditutup-tutupi lagi!  Mari kita belajar seperti Daud yang berani berkata,  "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: 'Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mazmur 32:5).  Inilah bukti orang yang mau benar-benar bertobat!  Alkitab mencatat,  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).

     Jadi, seseorang dikatakan mengalami pertobatan sejati apabila ia sadar akan segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya, lalu mau kembali kepada Tuhan.

Dengan demikian, tidak lagi menjadi 'senjata makan tuan', tetapi kita akan memiliki keberanian untuk pergi memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus, karena Roh Kudus yang akan menuntun, membimbing dan memampukan kita untuk menjangkau jiwa-jiwa!


  2 Timotius 4:1-8

"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!"  2 Timotius 4:5

Hidup dalam pertobatan sejati adalah awal bagi setiap orang percaya untuk bisa melangkah ke luar sebagi pemberita Injil atau terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.  Banyak orang mengira bahwa perbuatan dosa dapat diselesaikan dengan kita berbuat baik, sehingga berbagai cara kita tempuh untuk menutupi dosa-dosa yang kita perbuat.  Salah satunya adalah dengan kedok melalui kegiatan-kegiatan keagamaan atau istilah rohaninya adalah pelayanan.  Ingat! Tuhan tidak dapat kita manipulasi.  Tuhan mengetahui in detail apa yang ada di pikiran dan motivasi kita,  "...sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9a).  Pergi ke gereja setiap minggu bahkan setiap hari dan melakukan berbagai macam kegiatan pelayanan menjadi suatu hal yang sia-sia dan tidak berarti di hadapan Tuhan, jika tidak ada pertobatan dalam diri kita.  Kita bisa saja mengelabui orang lain dengan tampilan luar yang wah, dengan dasi yang licin dan sebagainya, tapi tidak di hadapan Tuhan!

     Perhatikan!  "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:22-23).  Yang Tuhan kehendaki adalah kita menjadi pelaku firman dan hidup dalam ketaatan.  Seharusnya semua kegiatan pelayanan yang kita lakukan menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan, bukan hanya aktivitas rutin saja.  Kekristenan sejati adalah hidup yang mau taat kepada Tuhan.  Kalau dulu sebelum bertobat kita selalu hidup dalam dosa dan melawan kebenaran, sekarang setelah bertobat kita harus mempunyai tekat untuk hidup taat dan menjadi semakin serupa dengan Kristus.

     Inilah pernyataan Paulus,  "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia."  (Kisah 5:29).  Ketaatan dan kerelaan hati untuk melayani Tuhan adalah buah dari pertobatan seseorang.  Jadi sebelum kita benar-benar hidup dalam pertobatan sejati jangan main-main dengan pelayanan.

Sebagai pemberita Injil, hidup kita harus benar di hadapan Tuhan dan juga manusia!

ISHAK: Ketaatan Seorang Anak Perjanjian!

Kejadian 22:1-19

"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran..."  Kejadian 22:2

Tuhan berjanji kepada Abraham,  "'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.'  Maka firmanNya kepadanya:  'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'"  (Kejadian 15:5).  Ternyata Tuhan baru menggenapi janji tersebut 25 tahun kemudian saat Ishak lahir.  Suatu penantian yang panjang!

     Tidak mudah bagi seseorang meneguhkan hati untuk menantikan janji Tuhan seperti Abraham ini.  Ketika berdoa selama seminggu, dua minggu, sebulan atau setahun, dan belum beroleh jawaban, biasanya seseorang akan mudah kecewa, mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan.  Pemazmur menasihati,  "Nantikanlah Tuhan!  Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!  Ya, nantikanlah Tuhan!"  (Mazmur 27:14), karena "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).  Yang harus kita pahami, cara Tuhan bekerja seringkali di luar bahkan melampaui pikiran kita.  Pastinya, pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya dan caraNya selalu ajaib!  Seringkali jawaban Tuhan datang pada detik-detik terakhir ketika kita hampir menyerah dan kuatir.  Akibat ketidaksabaran ini banyak dari kita yang akhirnya mem-by pass rencana Tuhan.

     Ishak adalah anak perjanjian yang dinanti-nantikan selama 25 tahun.  Darinyalah akan lahir bangsa yang besar dan diberkati;  ia lahir di masa tua Abraham, maka wajarlah jika Ishak menjadi 'harta berharga' bagi orang tuanya.  Namun Tuhan meminta agar Ishak dipersembahkan sebagai korban.  Tidak bisa dibayangkan betapa berat pergumulan Abraham!  Terlebih lagi ketika Ishak bertanya tentang korban bakaran itu,  "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kejadian 22:7).  Meski dalam hatinya penuh tanya, Ishak tetap taat melakukan perintah bapanya.  Ketika menuju ke gunung Moria, Ishak rela diminta membawa sendiri kayu untuk korban bakaran itu di pundaknya, dan tanpa melakukan perlawanan ia rela diikat dan diletakkan di atas mezbah sebagai korban.  Dan di detik-detik terakhir, Tuhan membawa Abraham melihat ada seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut.

Ternyata Ishak tidak perlu dikorbankan karena domba telah disediakan Tuhan untuk dipersembahkan sebagai korban menggantikan posisi Ishak!

Tuesday, March 26, 2013

KESETIAAN DAN PERLINDUNGAN TUHAN ITU SEMPURNA

Mazmur 121:1-8

"Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu."  Mazmur 121:5

Tak seorang pun anak Tuhan yang tidak pernah mengecap kebaikan dan pertolongannya, bukan?  Tuhan itu setia dan tidak pernah ingkar janji.  Pemazmur berkata,  "Tuhan setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya." (Mazmur 145:13b).  Dan kepada jemaat di Tesalonika, rasul Paulus juga menegaskan bahwa  "...Tuhan adalah setia.  Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat."  (2 Tesalonika 3:3).

     Sudah berapa kali kita diluputkan Tuhan dari hal-hal jahat?  Sungguh tak terhitung banyaknya.  Itulah kesetiaan Tuhan!  Bagaimana dengan kesetiaan manusia?  Kesetiaan manusia itu rapuh dan ada batasnya.  Dikatakan rapuh, sebab kesetiaan manusia mudah berubah, sangat bergantung pada situasi dan kondisi yang ada.  Apabila situasi dan kondisi sangat menguntungkan bagi dirinya, mereka akan setia.  Sebaliknya ketika kondisi tidak menguntungan, kesetiaan itu akan sirna sama sekali sampai-sampai dikatakan, "...orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang setia dari antara anak-anak manusia."  (Mazmur 12:2).

     Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena memiliki Tuhan yang setia.  Kesetiaan Tuhan itu juga mencakup pemeliharaan terhadap ancaman dari segala sesuatu yang jahat, baik itu kuasa jahat yang berasal dari Iblis atau kejahatan yang dilakukan oleh manusia.  Sebenernya kejahatan yang dilakukan manusia itu juga bersumber dari roh Iblis.  Namun Alkitab menegaskan,  "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?"  (Roma 8:31b).  Kita sering mendengar kesaksian dari hamba-hamba Tuhan yang mengalami tantangna atau perbuatan jahat yang ditujukan terhadap hidupnya.  ketika memberitakan injil ke daerah pedalaman mereka diserang oleh kuasa-kuasa jahat yang berusaha untuk membunuhnya, baik itu dengan ilmu-ilmu gaib atau sihir, mantera-mantera atau pun racun untuk membunuh mereka.  Tetapi tangan Tuhan menopang dan melindungi para hamba Tuhan itu terhadap yang jahat, sehingga kuasa maut tak mampu membunuhnya.  Ketika orang-orang jahat itu tak mampu membunuh para hamba Tuhan, mereka pun menjadi takut dan banyak dari mereka yang akhirnya bertobat dan menerima Injil.

Di sinilah kuasa Tuhan dinyatakan, karena itu jangan takut karena perlindungan Tuhan itu sempurna!

YESUS KRISTUS SUDAH MENYELESAIKAN!

Yohanes 19:28-42

"Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya."  Yohanes 19:30

Pernyataan Yesus sudah selesai menunjukkan bahwa bagi Yesus salib bukan hanya sekedar penderitaan atau aniaya bagiNya, tetapi salib adalah sebuah tugas dan misi yang harus Ia emban dari Bapa.  Karena salib itu merupakan tugas yang tidak mudah, Yesus pun sujud dan berdoa,  "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39).

     Ungkapan sudah selesai juga ungkapan bahwa Yesus telah menyelesaikannya dan taat sampai akhir seperti yang juga disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).  Ketika Yesus disalibkan, Ia ditinggalkan oleh murid-muridNya.  Mereka kecewa karena Yesus tidak menyatakan diri sebagai raja, malah disalibkan.  Itulah sebabnya orang-orang Yahudi sampai hari ini tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.

     Karena dosa, seharusnya kita yang menanggung hukuman, tapi kini telah diselesaikan oleh Kristus;  dan segala harga yang seharusnya kita bayar telah dilunasi olehNya.  Alkitab menyatakan,  "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:  Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu."  (1 Korintus 6:20).  Kita tahu harga dosa adalah maut dan penghukuman kekal.  Tetapi dalam Yesus Kristus telah diubah segala kutuk menjadi berkat;  dimerdekakan dari dosa menjadi hamba kebenaran!

     Bagaimana respons kita terhadap pengorbanan Kristus ini?  Dikatakan,  "Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu."  Keselamatan adalah anugerah terbesar dalam hidup kita, karena itu jangan pernah sia-siakan.  Jangan lagi kita hidup dalam dosa, melainkan mari kita hidup sebagai  'manusia baru'.  Dan selagi masih ada kesempatan mari kita gunakan untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan memberi yang terbaik bagi Dia!

Ingatlah bahwa tidak ada satu pun orang yang tidak di dalam Yesus Kristus yang bisa lolos dari kebinasaan kekal, karena itu jangan sia-siakan keselamatan yang sudah kita terima ini;  mari kita kerjakan keselamatan ini dengan takut dan gentar pula!

TANPA PENGUASAAN DIRI, KITA AKAN JATUH

Amsal 16:1-33

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."  Amsal 16:32

Seseorang yang kuat secara fisik, mungkin badannya besar dan berotot, belum tentu juga kuat secara roh dan mampu menguasai dirinya sendiri.  Kita bisa belajar dari kehidupan Simson, di mana Alkitab mencatat bahwa ia sangat kuat, bahkan mampu mengalahkan ribuan orang Filistin dan menguasai sebuah kota.  Tapi Simson tidak berdaya di hadapan Delilah.  Ia tak mampu mengendalikan nafsu kedagingannya sehingga dengan mudahnya ia diperdaya oleh seorang wanita sehingga ia menceritakan rahasia kekuatannya.  Maka akibat tidak dapat menguasai diri Simson harus mengalami nasib yang tragis.  Simson tak dapat disebut sebagai orang yang kuat dalam roh.  Jadi penguasaan diri seseorang itu lebih utama daripada kekuatan fisik karena ini berhubungan dengan karakter.

     Arti penguasaan diri adalah:  dapat mengendalikan diri;  mampu mengontrol diri;  suatu kekuatan dalam diri seseorang untuk menjauhkan diri dari dosa dan tidak menuruti keinginan daging.  Begitu pentingkah penguasaan diri bagi orang percaya?  Ya, sangat penting.  Kita harus dapat menguasai diri dalam hal apa?  1.  Pikiran.  Jika kita tidak dapat menguasai pikiran kita akan berakibat pada tindakan-tindakan yang tidak dapat dikuasai pula.  Jika kita tidak bisa menguasai pikiran kita, pikiran kita pun akan dipenuhi oleh hal-hal yang negatif, yang pastinya akan berdampak pada perbuatan negatif pula.  Oleh karena itu Rasul Paulus berkata,  "...Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,"  (2 Korintus 10:5b).  Kita harus memiliki pikiran Kristus, artinya pikiran yang dipenuhi oleh firman Tuhan.  Jika pikiran kita terus diisi oleh firman Tuhan, segala tindakan dan perbuatan kita akan terarah dan terkontrol.  Daud berkata,  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Memiliki pikiran Kristus berarti juga mencari dan memikirkan  "...perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah."  (Kolose 3:1).

     2.  Lidah atau ucapan.  Dalam Amsal 21:23 dikatakan,  "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran."  Maka dari itu kita harus dapat menguasai lidah atau ucapan kita.  Yakobus mengibaratkan lidah kita itu seperti api, "...betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."  (Yakobus 3:5b). 


2 Petrus 1:3-15

"dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,"  2 Petrus 1:6

Setiap orang percaya dituntut untuk bisa menguasai lidah atau ucapannya, karena banyak sekali pelanggaran dan kesalahan dibuat lidah atau ucapan kita.  Bisa dikatakan bahwa salah satu pergumulan terbesar dalam kehidupan orang percaya adalah bagaimana mengekang lidah.  Ini menunjukkan bahwa menguasai lidah bukanlah pekerjaan gampang.

     Seseorang yang dapat menguasai lidahnya bisa diumpamakan seperti kekang pada mulut kuda, dan kemudi pada kapal yang berlayar di tengah angin keras.  Seringkali kita tidak dapat menguasai lidah kita saat kita sedang marah atau tersinggung oleh perkataan orang lain, atau seringkali perkataan yang keluar dari mulut kita adalah perkataan kotor, kasar dan melukai orang lain.  Tidak sedikit masalah yang terjadi dalam hidup kita bersumber dari ketidakmampuan kita menguasai lidah atau ucapan yang keluar dari mulut kita.

     Melanjutkan poin kemarin, yang tak kalah penting untuk kita perhatikan adalah:  3.  Mata.  Ada tertulis:  "Mata adalah pelita tubuh.  Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;  jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.  Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu."  (Matius 6:22-23).  Jika kita tidak bisa menguasai penglihatan kita, kita akan mudah terperosok ke dalam berbagai hawa nafsu kedagingan.  Banyak kasus pemerkosaan terjadi sebagai akibat dari seseorang yang tidak bisa menguasai matanya yang melihat hal-hal yang berbau pornografi.  Juga karena matanya 'silau' melihat kemewahan dunia ini tidak sedikit orang berusaha untuk menimbun kekayaan meski dengan cara yang tidak halal:  curang, korupsi, manipulasi dan sebagainya.  Benar apa yang dikatakan Yakobus bahwa  "...tiap-tiap orang yang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."  (Yakobus 1:1-14).  Sejauh mana kita dapat menguasai diri?

     Perlu kita perhatikan bahwa penguasaan diri merupakan aspek yang perlu dilatih terus-menerus dan membutuhkan proses, tidak turun dari langit dalam sekejap.  Itula sebabnya kita harus melatih roh kita supaya kuat sehingga kita dapat menaklukkan kedagingan kita dan bisa menguasai diri.

Tidak ada jalan lain selain harus makin mendekatkan diri kepada Tuhan setiap waktu.