HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Tuesday, April 30, 2013

MEMPERSEMBAHKAN TUBUH UNTUK TUHAN

  Roma 12:1-8

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  Roma 12:2

Tiada terasa waktu berlalu begitu cepatnya, kita sudah sampai di hari pertama bulan Oktober 2012.  Sudahkah kita menjadi seorang Kristen yang 'berbeda' dari dunia ini dan menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita?  Berbeda dari dunia bukan berarti harus mengasingkan diri atau memusuhi orang-orang dunia.  Justru sebaliknya kita harus berbaur dengan mereka tetapi dengan kehidupan (perilaku) yang berbeda, sehingga hidup kita menjadi buah bibir yang positif.

     Yang dikehendaki Tuhan atas kita sebagai orang percaya adalah tidak menjadi serupa dengan dunia ini.  Tidak serupa dalam hal apa?  Kalau orang-orang dunia menyerahkan tubuhnya untuk memuaskan hawa nafsu atau keinginan dagingnya, maka kita tidak diperkenan melakukan hal yang serupa, karena tubuh kita adalah milik Tuhan, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  (1 Korintus 6:19-20), "Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu."  (1 Korintus 3:17).  Jadi kita harus mempersembahkan tubuh kita untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk kesenangan daging kita;  itulah yang disebut dengan ibadah yang sejati.

     Ibadah yang sejati tidak berbicara tentang 'jam terbang' kita dalam pelayanan, keaktivan kita dalam ibadah atau besarnya jumlah persembahan yang kita bawa ke rumah Tuhan, tapi berbicara tentang mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan.  Mempersembahkan tubuh kepada Tuhan berarti memisahkan atau mengkhususkan tubuh kita ini hanya untuk Tuhan semata, bukan untuk perkara-perkara duniawi.

Karena itu Alkitab menegaskan,  "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).


 Roma 6:1-14

"Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya."  Roma 6:12

Dalam suratnya, Petrus menyatakan,  "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Oleh karena kita telah ditebus oleh darah Kristus, maka kita harus menyerahkan keinginan tubuh kita kepada pimpinan Roh Tuhan.

     Mempersembahkan tubuh untuk Tuhan juga berarti menaklukkan pikiran kita kepada pikiran Kristus  (baca 2 Korintus 10:5b).  Kita tahu bahwa pikiran adalah medan peperangan bagi semua orang, dan Iblis selalu menyerang pikiran kita dengan hal-hal yang negatif agar kita terjatuh dalam dosa.  Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dengan apa yang kita pikirkan karena akan sangat menentukan sikap dan tindakan kita.  Bila kita berpikiran positif, secara otomatis sikap dan tindakan kita pun akan menjadi positif.  Itulah sebabnya Tuhan menghendaki hal ini:  "...berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Pola pikir kita juga harus berubah:  dari yang negatif kepada pola pikir yang positif (benar).  Perubahan pola pikir inilah yang dalam bahasa Yunani disebut 'metanoia'.  Dalam hal ini Rasul Paulus juga menegaskan agar pikiran kita senantiasa dipenuhi oleh hal-hal yang positif dan benar, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  (Filipi 4:8).

     Jika pola pikir kita sudah dibaharui oleh firman Tuhan kita akan semakin mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup kita.  Dan hal ini akan terefleksi melalui perbuatan/tindakan kita sehari-hari, karena itu kita sudah tahu mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Bangun terus keintiman dengan Tuhan setiap hari sehingga kita akan memiliki kehidupan yang semakin selaras dengan kehendakNya! 

ORANG MERDEKA

 Galatia 5:1-15

"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."  Galatia 5:13

Sebagai orang Kristen atau pengikut Kristus kita dituntut memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang di luar Tuhan, karena status kita adalah orang-orang percaya.  Sedangkan orang-orang di luar Tuhan tidak disebut sebagai orang percaya.  Apakah orang percaya hidup setali tiga uang dengan orang tidak percaya?  Tentu tidak.  Karena itu kita harus mempertanggungjawabkan 'status' istimewa ini.  Akankah kita menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja dan menjalani hidup ala kadarnya tanpa menyadari untuk apa kita dipanggil sebagai orang percaya?

     Rasul Paulus menegaskan bahwa kita ini adalah orang-orang yang merdeka, karena "...Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan."  (Galatia 5:1).  Tuhan Yesus telah mengorbankan nyawaNya di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita.  Melalui pengorbanNya kita diselamatkan, dilepaskan dari segala kutuk dosa dan bukan lagi menjadi hamba dosa, "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."  (Roma 6:18).  Jadi ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa kita dipanggil untuk merdeka.

     Apa arti merdeka?  Merdeka berarti bebas dari perhambaan, penjajahan;  terbebas dari tuntutan;  tidak terikat atau tidak bergantung kepada orang atau pihak lain.  Berarti tidak terbelenggu oleh segala sesuatu yang menghamba atau memperbudak.  Dalam kata merdeka terkandung dua pengertian, yaitu merdeka secara de jure (hukum) dan merdeka secara de facto (nyata).  Contohnya adalah keberadaan negara kita ini yang secara de jure telah merdeka pada 17 Agustus 1945, tetapi secara de facto(kenyataannya) masyarakat Indonesia belum benar-benar merdeka, masih terjajah secara ekonomi sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin kian dalam, ketidakadilan di bidang hukum juga masih terjadi.  Pada saat seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, secara de jure ia sudah dimerdekakan dari dosa.  Tapi secara de facto masih banyak orang percaya yang belum merdeka, masih saja terikat oleh berbagai macam keinginan daging.


1 Petrus 2:11-17

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah."  1 Petrus 2:16

Sebagai orang yang telah dimerdekakan dari dosa, kita benar-benar dituntut hidup benar sebagai manusia baru sebab  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Artinya kita tidak lagi hidup menurut keinginan daging tetapi tunduk kepada pimpinan Roh Kudus.  Itulah sebabnya paulus menasihati agar kita tidak menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan yang ada (ayat nas).

     Karena kita telah dimerdekakan dalam Kristus, secara otomatis tubuh kita bukan lagi menjadi milik kita sendiri, melainkan milik Kristus sepenuhnya.  "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20).  Inilah pernyataan Rasul Paulus, "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;  namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (Galatia 2:19b-20a).  Oleh karena itu kita harus meresponsnya dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan (baca Roma 12:1).  Sudahkah kita mempersembahkan hidup kita untuk Tuhan?

     Dalam Matius 20:28 dikatakan,  "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa melalui pelayananNya, maka sudah seharusnya kita pun meneladani Dia yaitu melayani Tuhan dan juga sesama.  Rasul Paulus berpesan,  "...hiduplah sebagai hamba Allah."  Tuhan Yesus adalah Tuan kita, sedangkan kita adalah hambaNya dan tugas seorang hamba adalah melayani, bukan minta dilayani.

Selagi ada kesempatan mari melayani Tuhan dengan penuh kesetiaan dan dedikasi karena kita telah dimerdekakanNya!

Sunday, April 28, 2013

JADIKAN DIRI RUMAH PUJIAN!


Mazmur 66:1-20

"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!"  Mazmur 66:1-2

Saudara suka memuji Tuhan?  "Ya, ketika di gereja."  Kalau di rumah?  "Tergantungsikon.  Kalau lagi senang ya saya memuji Tuhan."  Saudaraku, kekristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian, sehingga sudah sewajarnya setiap orang Kristen tidak hanya memuji Tuhan saat mereka berada di gereja saja.  Memuji Tuhan juga tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang ada, melainkan setiap waktu dan keadaan.  Mengapa harus memuji Tuhan setiap waktu?  Sebab Tuhan menciptakan kita dengan tujuan memuji dan menyembah Dia;  Tuhan rindu agar setiap aspek kehidupan umatNya dipenuhi dengan pujian akan kebesaranNya.  Jadi setiap orang percaya diperintahkan untuk memuji Tuhan.  "Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!..."  (Mazmur 150:6).

     Pujian adalah suatu luapan kekaguman, pengagungan dan ucapan syukur akan apa yang telah dilakukan Tuhan dengan cara yang aktif dan demonstratif.  Pujian adalah syarat untuk memasuki hadirat Tuhan.  Karena itu marilah kita melatih diri untuk menjadikan diri kita sebagai rumah pujian bagi Tuhan, sebab Tuhan sendiri yang menetapkan bahwa bila seseorang ingin memasuki hadirat Tuhan, haruslah melalui pujian dan penyembahan.  Jadi jika kita ingin merasakan hadirat Tuhan, kita harus mulai dengan menaikkan pujian bagi Dia.  "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!"  (Mazmur 100:4).  Pemazmur juga memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan  "...bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).

     Di mana ada puji-pujian di situ Tuhan hadir dan menyatakan kuasaNya.  Bait Suci Salomo dipenuhi oleh awan kemuliaan Tuhan karena ada puji-pujian dan penyembahan di dalamnya  (baca  2 Tawarikh 5:12-14).  Sudahkah kita menjadikan diri sebagai rumah pujian, Tuhan akan melawat kita, semakin menyempurnakan kita dan memulihkan keadaan kita;  perkara besar dan ajaib akan dinyatakan!

Jika kita sudah menjadi rumah pujian bagi Tuhan, tidaklah sukar memuji Tuhan di segala keadaan.

PERSEMBAHAN BAGI TUHAN

2 Tawarikh 5:1-14

"Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya."  2 Tawarikh 5:6

Adalah mudah bagi seseorang untuk mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan.  Tapi berkata-kata saja tidak cukup, perlu ada bukti yang konkret yaitu melalui tindakan atau perbuatan.  Salah satu bukti seseorang mengasihi Tuhan adalah selalu ingin memberi yang terbaik kepadaNya.  Seluruh keberadaan hidupnya akan dipersembahkan kepada Tuhan:  waktu, tenaga, pikiran, talenta bahkan materi.  Inilah yang dilakukan oleh Salomo.  Kesungguhan dalam berbakti kepada Tuhan dibuktikan dengan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, bahkan bukan hanya sesuatu, melainkan segala sesuatu.  Begitu banyaknya persembahan yang Salomo persembahkan kepada Tuhan sehingga Alkitab mencatat bahwa jumlahnya tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya  (ayat nas).

     Tuhan sangat menghargai setiap persembahan dari umatNya yang diberikan dengan sukacita dan hati yang rela seperti tertulis:  "...Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.  Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:6-7).  Melihat korban yang dipersembahkan raja Salomo kita tahu bahwa jumlahnya begitu besar dan Tuhan sangat berkenan kepada persembahannya. "Kemudian Tuhan menampakkan diri kepada Salomo pada malam hari dan berfirman kepadanya: 'Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan.'"  (2 Tawarikh 7:12).

     Apakah itu berarti jumlah persembahanlah yang menentukan?  Tidak.  Tuhan melihat motivasi dan hati kita dalam memberi, bukan pada jumlah atau apa yang kelihatan oleh kasat mata.  Tapi perlu diingat pula bahwa seseorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan pasti akan memberikan persembahan yang terbaik dari dirinya.  Inilah yang terjadi pada diri Salomo, rela memberikan segalanya untuk Tuhan, bukan untuk pamer atau agar dianggap 'wah'.

Jadi, seseorang yang mengasihi Tuhan pasti suka memberi!

PERCAYA KEPADA YESUS: Beroleh Hidup Kekal!

Yohanes 14:1-14

"...Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  Yohanes 14:6

Banyak orang menganggap bahwa kehidupan manusia hanya terjadi pada saat kita hidup di dunia ini.  Setelah kita mati semuanya akan berakhir.  Makanya mumpung masih bernafas mari bersenang-senang dan menikmati hidup ini.  Begitu pendapat orang banyak.  Ini salah besar!  Alkitab menegaskan bahwa masih ada kehidupan setelah kematian, yaitu kehidupan kekal di dalam kerajaan sorga dan kebinasaan kekal di neraka.

     Ketahuilah bahwa untuk masuk ke dalam kerajaan sorga atau neraka kelak sangat ditentukan selagi kita masih hidup, bukan setelah kita mati,  "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,..."  (Efesus 5:15).  Mungkin kita berkata,  "Aku pasti masuk sorga karena selama hidup di dunia ini aku selalu berbuat baik dan beramal."  Perhatikan ayat ini,  "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman."  (2 Timotius 1:9).  Jadi perbuatan baik tidak menjamin keselamatan atau masuk sorga.  Lalu apa?  Dalam Yohanes 3:16 dikatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  Jelas dinyatakan bahwa untuk beroleh kehidupan kekal  (sorga)  tidak ada jalan lain selain harus percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya jalan  (ayat nas), dan keselamatan hanya ada di dalam Dia  (baca  Kisah 4:12).  Itulah kuncinya!  Namun masih banyak orang  'alergi'  mendengar nama Yesus.  Mereka bukan hanya menolak, tidak sedikit yang merendahkan, meremehkan dan melecehkan namaNya.  Lebih menyedihkan lagi jika orang Kristen malah meninggalkan Kristus dan rela menjual imannya demi jabatan, kekayaan atau pasangan hidup.

     Selagi pintu anugerah masih terbuka jangan keraskan hati.  Gunakan kesempatan yang ada dengan baik, jangan tunda-tunda waktu sebelum nasi menjadi bubur!

Percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka jaminan keselamatan kekal akan kita dapatkan!

Sunday, April 21, 2013

PERKATAAN KITA BERKUASA!

Amsal 12:1-28

"Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh karena buah perkataan, dan orang mendapat balasan dari pada yang dikerjakan tangannya."  Amsal 12:14

Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya dengan kata-katanya yang diucapkan melalui mulutNya.  "Jadilah terang."  (Kejadian 1:3), maka terang itu jadi.  "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air."  (Kejadian 1:6), maka terjadilah apa yang diperkatakan Allah itu.  Perkataan adalah unsur yang penting dalam proses penciptaan alam semesta ini.  Jadi semua kata yang ke luar dari mulut Allah berkuasa.  Juga ketika Yesus berada di bumi, semua perkataanNya penuh kuasa.  Dengan berkata-kata Dia sanggup menyembuhkan sakit-penyakit, membangkitkan Lazarus yang sudah mati empat hari  (baca Yohanes 11:43-44), angin ribut diredakan  (baca Markus 4:39).

     Karena kita ini diciptakan menurut gambar dan rupaNya, maka setiap perkataan yang ke luar dari mulut kita pun mengandung kuasa.  Apa pun yang kita perkatakan akan berdampak terhadap masa depan kita.  Maka marilah kita bersedia tak henti-hentinya diingatkan agar berhati-hati dengan perkataan kita.  Perhatikan kata Yakobus,  "Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.  Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar"  (Yakobus 3:4-5a).

     Masihkah kita semborono dengan perkataan kita?  Dengan perkataan, kita daat membangun masa depan yang baik, tapi dapat pula menghancurkan masa depan kita sendiri.  Dengan perkataan, kita dapat menguatkan, menghibur, melemahkan dan juga menyakiti orang lain.  Janganlah jemu-jemu memperkatakan yang positif, karena apa yang kita percayai, bila kita ucapkan dengan iman, cepat atau lambat akan terwujud dalam alam nyata.  Ucapkan janji firman Tuhan setiap hari dan berhentilah memperkatan yang negatif!  Karena perkataan kita besar kuasanya, maka apa pun yang kita ucapkan harus selalu dalam pimpinan Roh Kudus dan sesuai dengan firman Tuhan.

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  Filipi 4:8

Saturday, April 20, 2013

TUHAN SANGGUP itu Mengubah Pahit Menjadi Manis

 Keluaran 15:22-27

"Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara."  Keluaran 15:23

Perjalanan kekristenan kita tidak selamanya berjalan mulus tanpa pencobaan, masalah, ujian dan tantangan.  Adakalanya kita harus melewati jalan yang penuh kerikil, berbatu, terjal, curam, berliku.  Pengalaman hidup yang manis dan pahit pun harus kita rasakan.

     Ketahuilah satu hal ini:  "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13).  Pengalaman ini juga dialami oleh bangsa Israel, "...tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.  Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya."  (Keluaran 15:22b-23a).  Kita bisa bayangkan rasa pahit itu bagaimana, suatu rasa yang tidak enak seperti rasa empedu, suatu gambaran dari kesukaran dan kesesakan.  Tentunya itu berbeda dari rasa manis seperti gula dan madu yang menggambarkan suatu kehidupan yang menyenangkan dan indah.

     Bagaimana sikap hati kita tatkala dihadapkan pada yang 'pahit' ini?  Tetapkah kita bisa mengucap syukur atau berlaku seperti bangsa Israel yang tak berhenti untuk bersungut-sungut dengan berkata,  "Apakah yang akan kami minum?"  (Keluaran 15:24).  Bangsa Israel lupa begitu saja dengan pertolongan-pertolongan Tuhan di waktu-waktu sebelumnya.  Mengeluh, mengomel dan bersungut-sungut adalah tanda ketidakpercayaan mereka terhadap kuasa Tuhan.  Tetapi Musa sama sekali tidak terpengaruh oleh persungutan mereka dan tetap berharap kepada Tuhan.  Ketika ia berseru-seru kepada Tuhan, Tuhan memberikan jalan ke luar dengan menunjukkan kepadanya sepotong kayu, lalu  "...Musa melemparkan kayu itu ke dalam air;  lalu air itu menjadi manis."  (Keluaran 15:25a).  Oleh pertolongan Tuhan air yang pahit itu berubah menjadi manis dan mereka pun dapat meminum air itu.

Asal kita percaya kepada Tuhan tidak ada perkara yang mustahil, dan perkara besar pasti terjadi karena Dia Mahakuasa!


Keluaran 15:22-27

"Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu."  Keluaran 15:27

Berapa banyak dari kita yang tidak sabar menantikan pertolongan Tuhan sehingga yang keluar dari mulut kita hanyalah omelan dan persungutan,  "Mengapa Tuhan membiarkan aku dalam kesulitan?  Mengapa Tuhan tidak segera menolongku?"  Kita tidak tahan dan gampang putus asa ketika situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan atau menyesakkan terjadi.  Sebagai orang percaya tidak seharusnya kita bersikap demikian.  Mari belajar seperti Musa yang bertindak dengan benar dan tetap bisa menjaga hati saat masalah datang.

     Musa tidak menyalahkan Tuhan atau lari dari masalah tapi ia datang kepada Tuhan, berdoa dengan sepenuh hati dan berharap kepadaNya saja karena ia percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan perbuatan-perbuatan yang dahsyat dan ajaib.  Tatkala menyeberangi laut Teberau Musa diperintahkan Tuhan mengulurkan tangannya ke atas laut, maka terkuaklah  "...air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.  Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka."  (Keluaran 14:21-22).  Musa pun percaya bahwa tidaklah terlalu sulit bagi Tuhan untuk mengubah air yang pahit menjadi manis.

     Sepahit apa pun masalah yang kita alami:  sakit-penyakit, masalah keuangan, masalah keluarga dan sebagainya, berhentilah bersungut-sungut.  Sebaliknya, tetaplah bertahan dan bersabar menantikan pertolongan dari Tuhan, karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11a) dan milikilah keyakinan seperti rasul Paulus yang sanggup berkata,  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Ketika Musa percaya kepada Tuhan, apa yang disediakan Tuhan jauh melebihi apa yang terpikirkan;  saat tiba di Elim, di sana terdapat dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma!

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui."  Yeremia 33:3

Memperoleh Berkat Yang Luar Biasa Melalui Penderitaan


“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” Ayub 42:2

Kata-kata di atas keluar dari mulut Ayub setelah dia mengalami penderitaan yang begitu beratnya yaitu anak-anaknya meninggal, istrinya meninggalkan dia, teman-temannya mengucilkan dia dan penyakit kulit yang parah sekali serta kehilangan seluruh harta kekayaannya. Ayub sempat tidak menerima apa yang terjadi atas dirinya, karena dia mengetahui bahwa dia adalah orang yang benar-benar taat dan setia kepada Tuhan (Ayub 1:1).

Tetapi melalui penderitaan ini Tuhan mengajarkan hal yang sangat penting kepada Ayub. Kita akan melihat apa yang Ayub dapatkan melalui penderitaan yang dia alami:

1. Mengenal Tuhan secara pribadi

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Ayub 42:5
Ayub mengakui bahwa selama ini dia belum sepenuhnya mengenal Tuhan secara pribadi. Penderitaan yang dia alami membuat matanya terbuka dan melihat kebesaran kuasa Tuhan.
Penderitaan seberat apapun yang kita alami sekarang juga merupakan seijin Tuhan supaya kita dapat mengenal Tuhan lebih dekat lagi. Mungkin kita telah jauh daripada Tuhan sehingga Tuhan mengijinkan masalah datang agar kita dapat berseru kepada namaNya dan mendekatkan diri kita kepada Dia.
Ataupun kalau kita merasa sudah dekat dengan Dia, Tuhan ingin agar kita lebih lagi memperdalam hubungan kita dengan Dia. Tuhan ingin membawa kita kepada tingkat berikutnya dalam kehidupan rohani kita.
Melalui penderitaan inilah iman kita diuji. Dan ketika kita dapat melalui ujian ini, maka Tuhan akan menyediakan upah bagi kita.
.

2. Mengetahui rencana Tuhan tidak ada yang gagal

Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” Ayub 42:2
Masalah yang begitu berat yang dialami oleh Ayub tidak menghentikan rencana Tuhan atas dirinya, yaitu mencurahkan berkat atas dirinya dan menjadikan dirinya kesaksian kepada semua orang.
Apa yang telah Tuhan firmankan bagi kita tidak akan keluar dengan sia-sia, tetapi Tuhan akan menggenapi rencanaNya bagi hidup kita.
Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. ” Yesaya 55:11
Penderitaan akan membuat iman kita semakin kuat sehingga kita dapat melihat bahwa tidak ada rencanaNya yang gagal. Kita akan melihat bahwa semua masalah maupun pencobaan yang kita alami merupakan jalan menuju tingkat yang lebih tinggi lagi dalam hubungan kita bersama Tuhan.
Sama dengan Ayub yang diberkati Tuhan dua kali lebih dari harta kekayaannya sebelumnya, demikian juga Tuhan akan memberikan kita jalan keluar dan memberkati kita semua dengan berlimpah-limpah. Tidak hanya secara materi, tetapi berkat rohani yang belum pernah kita lihat sebelumnya akan kita dapatkan oleh karena FirmanNya ya dan amin.
.
.
Mengenal Tuhan secara pribadi dan mengetahui dengan pasti bahwa rencana Tuhan yang tidak pernah gagal merupakan pengalaman yang bisa kita peroleh melalui penderitaan yan gkita alami. Ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi hidup kita. Inilah berkat yang luar biasa yang akan kita peroleh.
Tetap percaya kepadaNya apapun yang sedang kita alami saat ini. Kuasa Tuhan terlalu besar dan tidak ada sesuatupun yang mustahil di muka bumi ini. Tetap pegang kepada FirmanNya dan berserah kepadaNya, maka Dia akan memberikan kita kekuatan dan memulihkan keadaan kita pada waktuNya. Haleluya!

Friday, April 19, 2013

GEREJA BERTUMBUH: Melalui Firman Tuhan!

2 Timotius 3:10-17

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  2 Timotius 3:16

Rasul Paulus melanjutkan,  "Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara."  (1 Tesalonika 5:27).

     Kunci berikutnya adalah firman Tuhan.  Gereja lahir karena pemberitaan firman Tuhan, jemaat dapat bertumbuh dalam iman dan makin dewasa rohaninya juga karena firman Tuhan, sebab  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Ayat nas menyatakan bahwa segala tulisan yang ada di dalam Injil bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran.  Itulah sebabnya firman Tuhan harus menempati di tempat utama dalam pelayanan gereja.  Gereja mula-mula bertumbuh karena jemaatnya "...bertekun dalam pengajaran rasul-rasul..."  (Kisah 2:42a).  Gereja akan menjadi lemah dan jemaat akan mudah terombang-ambing oleh angin pengajaran lain bila pemberitaan firman sangat lemah di dalam gereja.  Jika kita memperhatikan kekristenan di zaman para rasul, yang menjadi daya tarik utama orang-orang untuk percaya kepada Tuhan yesus bukan karena mereka menerima tip yang berupa uang, barang, hadiah atau sembako, tapi murni karena pemberitaan Injil yang disampaikan oleh para rasul.  Contoh:  melalui kotbah yang disampaikan Rasul Paulus untuk Barnabas  "...datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah."  (Kisah 13:44).  Karena begitu pentingnya pengajaran firman Tuhan bagi jemaat, tak henti-hentinya Rasul Paulus mengingatkan Timotius,  "Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar."  (1 Timotius 4:13).

     Di akhir zaman ini banyak sekali penyesat-penyesat yang berusaha memutarbalikkan Injil dan tidak sedikit orang Kristen yang terpengaruh dan terseret di dalamnya.  Jika jemaat tidak dibekali dengan pendalaman firman Tuhan yang kuat akan sangat berbahaya.

Karena itu para hamba Tuhan harus benar-benar menyampaikan firman sesuai tuntunan Roh Kudus, bukan ditafsir menurut akal dan kepintaran manusia.

GEREJA BERTUMBUH: Melalui Persekutuan!

 Efesus 2:11-22

"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"  Efesus 2:19

Kepada jemaat Tesalonika paulus berkata,  "Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus."  (1 Tesalonika 5:26).  Cium kudus adalah ucapan lazim gereja mula-mula untuk menyatakan kasih dan persekutuan yang erat di antara jemaat Tuhan.

     Kunci kedua adalah persekutuan.  Jemaat bukan sekedar perkumpulan organisasi saja, tapi lebih dari pada itu;  setiap anggota jemaat menyadari bahwa mereka adalah 'satu tubuh' di dalam Kristus.  Kesatuan dan kebersamaan orang-orang percaya di dalam Kristus inilah yang disebut persekutuan.  Karena orang-orang percaya merupakan satu tubuh di mana setiap orang percaya adalah anggota tubuh itu, maka orang-orang Kristen dituntut untuk hidup sesuai dengan panggilan mereka.  Dikatakan,   "Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh."  (1 Korintus 12:20).  Jadi tubuh Kristus tidaklah terdiri dari satu anggota saja, melainkan banyak anggota yang telah dipersatukan dalam Kristus sebagai Kepala jemaat.

     Gereja yang bertumbuh dikenal melalui persekutuan jemaatnya yang saling mengasihi.  Mengasihi bukan hanya sekedar simpati atau dalam perkataan saja, tapi kasih itu dinyatakan dalam perbuatan nyata  (baca 1 Yohanes 3:18).  Dalam sebuah persekutuan masing-masing anggota harus saling melayani.  Tuhan Yesus telah memberikan teladan kepada kita di mana ia rela membasuh kaki murid-muridNya dan berkata,  "...Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."  (Yohanes 13:15).  Sebagai sesama anggota tubuh Kristus kita juga harus saling menanggung beban.  "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."  (Galatia 6:2).  Jadi  "...jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita."  (1 Korintus 12:26).  Karena itu, jangan sampai ada kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah di antara jemaat Tuhan (baca Efesus 4:31), sebaliknya kita harus selalu ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.

Mustahil gereja bertumbuh jadi kesaksian bagi dunia jika jemaatnya tidak bersatu atau berjalan sendiri-sendiri!

GEREJA BERTUMBUH: Melalui Doa!

 1 Tesalonika 5:23-28

"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita."  1 Tesalonika 5:23

Setiap hamba Tuhan pasti hatinya sangat sedih jika melihat gereja yang dilayaninya tampak lengang, jemaatnya sangat sedikit dan hanya bangku kosong di jam-jam ibadah.  Yah dirindukan dan diharapkan setiap hamba Tuhan, khususnya gembala sidang, adalah gerejanya terus mengalami pertumbuhan, bukan hanya kuantitas tapi juga kualitas jemaatnya.  Kita pun selaku jemaat pasti sangat berharap gereja tempat kita beribadah berkembang pesat, bukan adem ayem saja dan stagnan.  Apalagi Tuhan Yesus yang adalah Kepala Gereja pasti sangat menginginkan gerejaNya makin hari makin bertumbuh sehingga banyak jiwa-jiwa diselamatkan dan dimenangkan untuk Kerajaan Allah.

     Bagaimana supaya gereja dapat bertumbuh?  Ada beberapa hal yang penting yang harus kita perhatikan supaya gereja kita bertumbuh yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika,  "Saudara-saudara, doakanlah kami."  (1 Tesalonika 5:25). Kunci pertama adalah doa.  Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang berdoa.  Doa adalah nafas hidup orang percaya, artinya tanpa doa kita akan mengalami kematian rohani.  Gereja yang meremehkan kuasa doa lambat laun akan mati.  Hanya melalui doa, gereja beroleh kuasa dan kekuatan menghadapi setiap tantangan.  Sehebat apa pun program tanpa disertai doa pasti tidak akan berdampak.  Gereja mula-mula bertumbuh begitu cepat karena senantiasa bertekun di dalam doa.  "Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa."  (Kisah 2:42b), sehingga  "...tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan."  (Kisah 2:47b).

     Karena itu Rasul Paulus menasihatkan,  "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus."  (Efesus 6:18b), dan Yakobus menegaskan, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16b).

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa  "Rumah-Ku akan disebut rumah doa."  (Matius 21:13a).

ORANG KRISTEN: Harus Bisa Menjaga Perkataan!

 Kolose 4:1-6

"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."  Kolose 4:6

Topik hari ini adalah mengingatkan kita agar berhati-hati dengan mulut/ucapan kita, karena kekuatan dari perkataan adalah sangat luar biasa.  Apalagi kita sebagai anak-anak Tuhan harus bisa menjadi teladan/kesaksian bagi orang-orang di luar Tuhan, salah satunya melalui ucapan mulut kita.  "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12b).

     Banyak orang Kristen yang ketika berada di luar 'area suci' (gereja) tidak bisa menguasai mulutnya:  masih suka mengumpat, berkata-kata kasar, jorok, membicarakan kelemahan/kekurangan pendeta (gosip) dan sebagainya.  Dalam amsal 20:19 dikatakan, "Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut."  Mulut kita bisa menjadi sangat powerful (berkuasa).  Ada banyak orang yang beroleh kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan dari orang lain.  Sebaliknya ada pula yang menjadi terluka, hancur, frustasi dan putus asa oleh karena terbunuh oleh perkataan yang disampaikan oleh orang lain.

     Lalu, bagaimana seharusnya perkataan orang Kristen itu?  1.  Perkataan penuh kasih.  Artinya suatu perkataan yang penuh dengan keramahan dan didasari oleh kasih setelah terlebih dahulu dipertimbangkan dengan matang, sehingga orang lain yang mendengarnya dibangun, dikuatkan, dihibur serta didorong ke arah yang baik.  Karena itu "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."  (Efesus 4:29).  2.  Perkataan yang menyampaikan firman.  Tertulis:  "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;"  (1 Petrus 4:11a).  Ini bukan berarti kita menggurui atau sok pintar, tetapi perkataan kita hendaknya sesuai dengan firman Tuhan, bermuatan kesaksian dan nasihat sehingga orang yang mendengarnya diberkati.

Bagaimana dengan perkataan Saudara selama ini?

Thursday, April 18, 2013

IMAN: Kunci Mengalahkan Ketakutan!

Mazmur 27:1-14

"Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?"  Mazmur 27:1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi takut adalah merasa gemetar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana;  tidak berani.  Ketakutan adalah salah satu masalah terbesar dalam kehidupan manusia.  Rasa takut yang berlebihan bisa dikategorikan sebagai suatu kelainan yang disebut fobia, yaitu kecemasan yang luar biasa, terus-menerus, tidak realistis sebagai respons terhadap keadaan eksternal tertentu.

     Penyebab rasa takut dalam diri tiap-tiap orang tentunya berbeda-beda:  takut terkena bencana alam, takut ketinggian, takut ditinggalkan pacar, takut terhadap anjing yang galak, takut serangga, takut gemuk, takut tidak bisa menyenangkan suami/isteri, takut tidak bisa membayar uang sewa rumah (kontrakan), takut gagal dalam ujian, takut terhadap masa depan anak, takut sakitnya tidak bisa sembuh, takut mati dan sebagainya.

     Ayub berkata,  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).  Karena itu sebagai orang percaya tidak seharusnya kita mengalami ketakutan.  Ketakutan membuat seseorang kehilangan damai sejahtera.  Ketakutan juga salah satu penghalang untuk mengalami berkat-berkat Tuhan, karena rasa takut dalam diri orang percaya membuktikan bahwa ia meragukan kuasa Tuhan alias tidak percaya penuh kepadaNya.  Banyak sekali ayat dalam Alkitab yang menasihatkan agar kita tidak  takut dalam menjalani hidup ini, tidak takut terhadap masalah/pergumulan yang sedang terjadi.  Salah satunya dalam Yesaya 41:10,  "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat rindu melepaskan anak-anakNya dari ketakutan, bahkan ia sendiri yang berjanji untuk menyertai, meneguhkan, menolong, memegang tangan kita dan memberikan kemenangan.

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  2 Timotius 1:7


 Markus 4:35-41

"Lalu Ia berkata kepada mereka: 'Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?'"  Markus 4:40

Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menegaskan bahwa Tuhan tidak memberikan kepada kita roh ketakutan.  Artinya bahwa roh ketakutan itu bukan berasal dari Tuhan melainkan dari iblis yang berusaha untuk melemahkan dan menghancurkan kehidupan orang percaya.

     Jika seseorang terus dikuasai oleh rasa takut, ia tidak akan dapat melangkah maju menggapai berkat Tuhan karena yang tertanam di hatinya hanyalah:  "Tidak mungkin, terlalu sukar, aku pasti tidak mampu" seperti yang dialami oleh 10 pengintai yang diutus Musa.  Mereka dan orang-orang yang terpengaruh laporannya akhirnya tidak bisa menikmati janji Tuhan.  Sebaliknya Kaleb dan Yosua dapat mencapai tanah Perjanjian karena keduanya dapat mengalahkan roh ketakutan itu.  Ketakutan yang terus dipelihara hanya akan membawa kita kepada kegagalan, dan menghalangi kita untuk melihat perkara-perkara besar yang dikerjakan Tuhan.  Tidak seharusnya anak-anak Tuhan menjalani hari-harinya dengan penuh ketakutan sebab Tuhan Yesus sudah memberikan kepada kita seorang Penolong yaitu Roh Kudus, di mana  "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4b).  Ada dasar yang sangat kuat bagi kita untuk tidak takut menghadapi apa pun, yaitu Roh Kudus yang ada di dalam kita, dimana Ia lebih besar daripada roh apa pun yang ada di dunia ini; itulah sumber kekuatan kita.

     Begitu banyak peristiwa yang sedang terjadi di dunia ini;  krisis, bencana alam, huru-hara, ataupun yang diprediksi akan terjadi di waktu-waktu mendatang.  Jangan takut dan gemetar!  Teetap kuatkan iman dan percayakan hidup kita kepada Tuhan.  Para murid menjadi sangat ketakutan ketika ada  "...taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu,"  (Markus 4:37).  Bukankah hidup kita ini ibarat perahu yang sedang berlayar di tengah lautan luas, yang kadangkala dihantam ombak dan gelombang besar?  Ketakutan datang ketika kita mengandalkan kekuatan sendiri.

Bila kita memiliki iman dan percaya penuh kebenaran firmanNya, kita dapat melewati badai apa pun dengan penuh kemenangan, karena Tuhan di pihak kita!

TUHAN: Sumber Kemenangan Kita!

 Mazmur 44:1-27

"Sebab bukan kepada panahku aku percaya, dan pedangkupun tidak memberi aku kemenangan, tetapi Engkaulah yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami, dan orang-orang yang membenci kami Kauberi malu."  Mazmur 44:7-8

Siapa dan apa yang menjadi andalan Saudara dalam menjalani hidup ini, terlebih ketika menghadapi masalah dan pergumulan?  Orangtua, suami, isteri, bos, jabatan atau harta kekayaan?  Simak ayat ini:  "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan."  (Yesaya 31:1).

     Bangsa Israel memiliki pengalaman yang luar biasa di sepanjang perjalanannya menuju Tanah Perjanjian.  Kemenangan selalu mereka raih ketika berperang melawan bangsa mana pun selama mereka senantiasa mengandalkan Tuhan.  Jadi hanya karena campur tangan Tuhanlah bangsa Israel tampil sebagai pemenang di setiap peperangan.  Tanpa Tuhan, itu mustahil!  Prajurit, panah, pedang dan kereta berkuda tak menjamin kemenangan,  "...tetapi Engkaulah (Tuhan) yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami,"  Benar sekali!  Ketika kita mengandalkan Tuhan dan menaruh pengharapan penuh kepadaNya saat dalam masalah/pergumulan, kita tidak akan pernah dikecewakan.  Sebaliknya, kekecewaan acapkali menjadi jawaban ketika kita mengandalkan manusia dan apa yang ada pada kita (harta kekayaan).  Siapa yang kebal terhadap masalah?  Tak ada!  Justru seringkali masalah begitu mempengaruhi hidup kita sehingga kita pun tak berdaya dan makin tenggelam di dalamnya.

     Mari belajar dari Daud, orang yang diurapi oleh Tuhan.  Tidak jauh berbeda dengan kita, kehidupan Daud pun tak luput dari masalah/pergumulan.  Suatu ketika Daud harus menghadapi pergumulan yang sangat berat, yang secara manusia tidak akan mungkin mampu diatasinya.  Kalau kita baca dalam 1 Samuel 17 ada peristiwa heroik terjadi:  Daud seorang muda yang sangat sederhana harus berhadapan dengan Goliat, pahlawan kebanggaan bangsa Filistin.  Ditinjau dari sudut mana pun Goliat memiliki kelebihan segala-galanya jika dibandingkan dengan Daud. 

1 Samuel 17:40-58

"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu."  1 Samuel 17:45

Goliat memiliki perawakan seperti raksasa:  "Tingginya enam hasta sejengkal.  Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga.  Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga.  Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya."  (1 Samuel 17:4b-7a).  Melihat Goliat lengkap dengan perlengkapan perangnya, wajar jika Saul menyuruh Daud mengenakan baju perang layaknya prajurit siap berperang.  Tapi usulan itu ditolak Daud,  "'Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya.' Kemudian ia menanggalkannya."  (1 Samuel 17:39b).  Akhirnya hanya berbekal tongkat di tangan, lima batu licin dan umban, Daud dengan penuh keberanian maju berperang.

     Mengapa Daud begitu yakin?  Tindakan Daud ini bukanlah tindakan nekat atau untung-untungan, tapi ini adalah tindakan iman karena ia percaya bahwa ada Tuhan yang menyertainya.  Jika kita mengandalkan Tuhan dan mempercayai Dia sebagai pihak yang memberikan kemenangan, kuasaNya akan bekerja melampaui logika manusia sehingga kemenangan pun menjadi milik kita, karena  "...Tuhan menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing."  (1 Samuel 17:47a).  Tuhan memiliki 1001 cara untuk menolong kita, dan caraNya itu selalu heran dan ajaib.  Ada tertulis,  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).

     Goliat merupakan gambaran dari masalah dan ujian yang seringkali kita hadapi.  Besarnya masalah yang kita alami laksana  'Goliat'  yang rasa-rasanya tidak mungkin kita kalahkan.  Belum lagi kata-kata negatif yang selalu dibisikkan Iblis ke telinga kita semakin membuat kita pesimis, kuatir, takut dan akhirnya putus asa...

Kita pun menjadi lupa bahwa kita memiliki Tuhan yang Mahadahsyat dan tak terbatas kuasaNya.