HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Wednesday, July 24, 2013

KASIH KRISTUS: Dasar Hidup Suami Isteri


"Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya."  Efesus 5:33

Membangun mahligai rumah tangga ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan oleh para muda-mudi, sebab situasi dan kondisi berumah tangga sangat berbeda jauh dengan masa pacaran.  Dibutuhkan kesiapan mental dan juga materi supaya perkawinan yang dibangun dapat membuahkan kebahagiaan dan langgeng, apalagi menurut penelitian angka perceraian di Indonesia tergolong cukup tinggi.  Bukankah ini sangat memprihatinkan?

     Ada beberapa hal yang seringkali menjadi penyebab retaknya sebuah rumah tangga:  ketidakharmonisan antarpasangan, beda prinsip, perselingkuhan dan juga faktor ekonomi.  Kalau kita perhatikan, perceraian dalam rumah tangga tak lepas dari persoalan yang mendasar dalam kehidupan pasangan suami isteri, dan tidak menutup kemungkinan terjadi dan melanda keluarga-keluarga Kristen pula.  Apabila keluarga Kristen tidak lagi berpusatkan pada Kristus dan tidak menjadikan kasih Kristus sebagai dasar dalam membina hubungan rumah tangga, maka akan sangat berbahaya!  Karena itu marilah kita senantiasa berpegang teguh pada firman Tuhan supaya rumah tangga kita dapat terbangun sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan.

     Kita dapat memahami dasar-dasar perintah Tuhan dalam membangun rumah tangga yang berpusatkan pada Kristus dengan mengingat beberapa hal:  pertama, perihal tanggung jawab pada suami.  Tertulis:  "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya,"  (Efesus 5:25).  Jadi seorang suami harus mengasihi isterinya di segala keadaan.  Itulah yang menjadi kehendak Tuhan bagi para suami.  Alkitab juga mengingatkan bahwa doa-doa suami akan menjadi terhalang apabila ia tidak mengasihi isterinya dengan sungguh. "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."  (1 Petrus 3:7).

Doa-doa Saudara ingin dijawab Tuhan?  Kasihilah isteri dengan tulus, sebagaimana Kristus mengasihi Saudara!

 

"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  Kolose 3:23

Ada banyak kasus kekerasan rumah tangga terjadi di mana suami suka bertindak kasar, memukul dan menganiaya isterinya sampai babak belur hingga kasus KDRT ini sampai ke ranah hukum.  Apakah ini bisa dikatakan suami mengasihi isterinya?  Ada lagi kasus isteri menggugat cerai suaminya karena telah menelantarkan keluarganya.  Uang hasil kerja keras yang seharusnya untuk membiayai kebutuhan keluarga disalahgunakan suami untuk berfoya-foya, selingkuh, mabuk-mabukan, berjudi, sampai narkoba.  Memprihatinkan sekali!  Perhatikan ayat ini baik-baik!  "...jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman."  (1 Timotius 5:8).  Jadi, jika ada suami yang tidak bertanggung jawab terhadap isteri dan anak-anaknya, apalagi sampai menelantarkannya, Alkitab menegaskan bahwa ia disebut murtad dan dinilai lebih buruk dari orang yang tidak beriman.

     Kedua, bagaimana dengan tanggung jawab isteri?  "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat."  (Efesus 5:22-23a).  Perintah ini mutlak ditaati oleh isteri, sekalipun mungkin suaminya adalah orang yang berkarakter buruk.  Isteri harus tetap menunjukkan kasih dan dengan rendah hati tunduk pada suami.  Jika isteri melakukan tugasnya dengan benar sesuai dengan firman Tuhan, ia telah menyenangkan hati Tuhan dan bisa menjadi kesaksian bagi suaminya, supaya  "...jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu."  (1 Petrus 3:1-2).  Kadangkala ada pula isteri yang bekerja yang punya jabatan lebih tinggi dari suami, kurang menghargai dan tidak mau tunduk pada suaminya karena merasa dirinya punya penghasilan lebih besar dibandingkan suaminya.

     Maka setiap keluarga Kristen harus mengetahui apa yang harus dilakukan untuk bertumbuh dalam firman dan menghormati Tuhan.

Suami isteri yang menghormati Kristus dan firmanNya akan mewariskan nilai-nilai rohani kepada anak-anaknya dan menjadi berkat bagi banyak orang!

Saturday, July 20, 2013

MENGAPA HARUS ADA PENDERITAAN?


"Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung."  1 Petrus 2:19

Kita perlu menyadari bahwa dalam kehidupan ini sering kita dihadapkan pada masalah, penderitaan, kesusahan.  Itu adalah bagian dari kehidupan manusia yang tak terelakkan.  Sukacita, dukacita, kesenangan, kesusahan silih berganti datang dan pergi di dalam kehidupan kita.  Yesus juga mengingatkan,  "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."  (Yohanes 16:33b).

     Orang-orang dunia tidak bisa menerima masalah, sebab bagi mereka masalah adalah bencana bagi kehidupannya.  Namun sebagai orang percaya masalah dan penderitaan seharusnya tidak membuat kita putus asa dan kian terpuruk dengan merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, karena hal itu hanya akan melipatgandakan rasa sakit yang kita rasakan, bahkan membuat penderitaan terasa lebih berat untuk ditanggung dari yang seharusnya.  Kita harus selalu memiliki pengertian bahwa setiap masalah yang datang bisa bermakna positif dan mendatangkan kebaikan bagi kita.  Ada penderitaan yang membawa maut, tapi ada juga penderitaan yang memberi faedah atau manfaat.

     Penderitaan karena pelanggaran dan dosa itulah yang membawa maut,  "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah."  (1 Petrus 2:20).  Tetapi penderitaan karena melakukan kehendak Tuhan akan membawa kita kepada kedewasaan rohani.  Jika dalam hidup ini tidak ada masalah atau penderitaan, manusia pasti memilih hidup untuk tidak bergantung kepada Tuhan sepenuhnya:  menjadi sombong dan lebih bergantung pada kekayaan, kepintaran dan kekuatannya sendiri.  Jadi, masalah dan penderitaan yang ada bukan hanya untuk melindungi dan menjauhkan kita dari kecenderungan hidup tidak bergantung kepada Tuhan, tapi juga untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging kita,  "...karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa."  (1 Petrus 4:1), sehingga kita makin mengerti kehendak Tuhan.

"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."  Mazmur 119:71

 

"Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia."  Yohanes 9:3

Bermuara pada apa pun keadaan kita, biarlah kita memiliki pengertian yang berbeda dan memandang semua masalah dan penderitaan yang kita alami dari sudut pandang rohani.

     Ayat nas menegaskan bahwa penderitaan adakalanya diijinkan terjadi supaya pekerjaan-pekerjaan Tuhan dinyatakan seperti yang dialami oleh orang yang buta sejak lahir, yang disembuhkan Tuhan dengan caraNya yang ajaib.  "...Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta,"  (Yohanes 9:6).  Secara manusia orang yang buta sejak lahir tidak mungkin disembuhkan, tapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.  Penderitaan yang dialami oleh orang buta itu adalah kesempatan baginya untuk mengalami kuasa dan kebesaran Tuhan.

     Maria dan Marta dalam peristiwa lain sebenarnya punya alasan untuk kecewa dan marah kepada Tuhan, karena ketika kabar tentang adiknya (Lazarus) yang sedang sakit sampai kepada Tuhan, Tuhan justru dengan  "...sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada;"  (Yohanes 11:6), sampai pada akhirnya Lazarus meninggal.  Pasti semua orang akan berkata,  "Nasi sudah menjadi bubur."  Namun dalam setiap perkara tidak ada satu pun yang kebetulan, Tuhan tetaplah Pribadi yang memegang kendali hidup kita.  Manusia seringkali berkata bahwa semuanya sudah terlambat, tapi tidak bagi Tuhan!  Karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11).  Maksud dari semuanya itu adalah supaya kuasa dan kemuliaan Tuhan dinyatakan dengan menyadari bahwa kekuatan manusia itu sangat terbatas, karena itu jangan pernah membatasi kuasa Tuhan yang tak terbatas itu dengan keterbatasan kita.

     Penderitaan adalah juga cara Tuhan untuk menegur dan mengingatkan kita agar karakter kita makin dilebur dan dimurnikan.  Ayub yang sempat pahit hati karena penderitaan akhirnya menyadari dan hatinya pun diubahkan, sehingga ia dapat berkata, "Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2).

Melalui penderitaan, Tuhan hendak memurnikan iman dan ketaatan kita supaya kita bisa menjadi alatNya untuk menyaksikan perbuatanNya yang heran dan ajaib!

 

 

Wednesday, July 10, 2013

ROH KUDUS BERDUKA


"Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,"  Efesus 4:30


Sadar atau tidak sadar banyak orang Kristen yang kurang menghargai dan menghormati keberadaan Roh Kudus di dalam hidupnya.  Padahal Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Roh kudus adalah Roh Kebenaran yang diberikan oleh Allah, yang akan menolong dan menyertai setiap orang percaya,  "Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."  (Yohanes 14:26) dan "...akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang."  (Yohanes 16:13).  Jadi Roh Kudus itu bukan sekedar suatu kuasa, tapi Dia adalah satu Pribadi, yaitu Pribadi dari Allah Tritunggal.  Karena itu Ia juga layak untuk dihormati dan dihargai sama seperti kita menghormati Allah Bapa dan juga Tuhan Yesus.


     Melalui perbuatan dan tindakan yang bagaimana kita tidak menghormati dan tidak menghargai Roh Kudus?  Ketika kita tidak percaya, ragu dan bimbang terhadap janji Tuhan, saat itu kita sedang membuat Roh kudus sedih dan berduka.  Bukankah kita sering berkata,  "Sakitku mana mungkin sembuh?  Apakah Tuhan sanggup memulihkan keluargaku?  Aku sudah berdoa sekian lama tapi tidak ada pertolongan dari Tuhan dsb."  Yang dikehendakiNya ialah kita percaya akan kuasa Tuhan.  Saat kita mengutamakan perkara-perkara yang ada di dunia ini dan mengasihinya jauh melebihi kasih kita kepada Tuhan, kita telah membuat Roh Kudus juga berduka, sebab  "...persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).  Roh Kudus memandang itu dengan kasih yang cemburu, sebab Ia tidak ingin kita menduakanNya.


     Adakah Saudara menyediakan waktu untuk Tuhan secara pribadi (berdoa dan membaca Alkitab) setiap hari?  Jika tidak, berarti kita sedang mendukakan Dia.  Begitu pula bila di dalam hati kita masih ada kepahitan, kebencian dan segala hal yang jahat, berarti kita belum menyenangkan Roh Kudus, sebaliknya, kita mendukakanNya!


Ketidaktaatan kita adalah bukti nyata bahwa kita telah mendukakan Roh Kudus!

PEMULIHAN CITRA DIRI


"Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil."  Kejadian 3:23

Citra diri manusia telah menjadi rusak akibat pelanggaran yang dilakukan Adam dan Hawa.  Mereka terpedaya tipu muslihat Iblis sehingga memakan buah yang dilarang Allah untuk dimakan.  "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya."  (ayat 6).

     Ketidaktaatannya kepada firman Allah membuat manusia jatuh dalam dosa.  Sebagai akibatnya, manusia (Adam dan Hawa) bukan hanya telah kehilangan persekutuan yang karib dengan Allah, tapi juga harus hidup dalam kondisi-kondisi akibat dosa yang telah diperbuatnya:  mengalami sakit waktu bersalin, bersusah payah dalam mencari rejeki (ayat 16-19).  Ada pun manusia yang citra dirinya telah rusak ini disebut sebagai manusia berdosa yang hidup tanpa persekutuan dengan Allah, padahal tujuan Allah menciptakan manusia adalah supaya manusia dapat bersekutu denganNya dan untuk menyatakan kemuliaanNya.  Tapi sayang, dosa telah menjadi penghalang persekutuan tersebut.  Namun karena begitu besar kasih Allah kepada manusia, Ia merencanakan pemulihan bagi manusia;  dan rencana itu digenapiNya melalui Yesus Kristus.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  (baca  
Yohanes 3:16).

     Melalui Yesus Kristus dosa kita ditebus.  Dialah yang membuka jalan baru yang merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan dengan Allah karena dosa dan menyediakan pendamaian melalui penderitaan dan kematianNya di atas kayu salib.  Yesus Kristus menjadi terkutuk supaya manusia percaya kepadaNya bebas dari kutuk.  Kita telah bersekutu kembali dengan Allah;  jurang pemisah itu telah ditutup dan diratakan oleh Yesus Kristus  (baca  
Kolose 1:20).

"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  Roma 6:23

 

 

ORANG BIJAK MENDENGARKAN NASIHAT


"Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak."  Amsal 12:15

Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan mementingkan dan membenarkan diri sendiri atau menganggap diri paling benar sehingga kita sulit sekali menjadi pendengar yang baik bagi orang lain.  Mendengarkan orang lain berarti punya rasa penghargaan terhadap orang lain dan tanda bahwa kita mampu memahami mereka;  mau mendengarkan orang lain berarti pula rela menerima teguran, masukan, kritik, saran ataupun nasihat dari orang lain.  Jadi kita harus menyikapi secara positif semua itu yang ditujukan kepada kita.  "...mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat. (Amsal 13:10).

     Sebagai pemimpin bangsa Israel Musa memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, jauh melebihi kemampuannya.  "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah. Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah."  (Keluaran 18:15-16).  Musa memikul tugas berkenaan dengan wewenang membuat undang-undang serta mengadili perkara yang terjadi di antara orang Israel.  Mustahil bagi Musa untuk mengerjakan tugas itu seorang diri, karena itu dia sangat membutuh rekan kerja untuk membantunya.

     Yitro, sang mertua, yang juga adalah seorang imam dari Midian, selalu memperhatikan dan mengamati kesibukan Musa sehari-hari dalam  "...mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang."  (Keluaran 18:13).  Mulai dari pagi sampai petang Musa harus menjalankan tugasnya dan itu sangat menguras energi dan membuat stress.  Karena itu ia menasihati Musa,  "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja."  (Keluaran 18:17-18).  Yitro pun mengajukan usul kepada Musa untuk melakukan pendelegasian tugas kepada orang-orang yang dinilainya tepat dan qualified sehingga Musa tidak harus 'turun gunung' langsung.  Dibutuhkan kerendahan hati untuk menerima nasihat dan saran dari orang lain!

"Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya."  Keluaran 18:24

Kata mutiara mengatakan:  "Pemimpin terbaik adalah pendengar."  Biasanya seorang pemimpin atau pemegang otoritas memiliki kecenderungan tidak mau mendengarkan orang lain karena ego dan gengsinya tinggi.

     Musa pun punya alasan untuk itu, tapi ayat nas menyatakan bahwa ia mendengarkan nasihat Yitro dan melakukannya.  Memang, nasihat Yitro itu juga demi kebaikan Musa sendiri.  Dengan mendelegasikan tugas-tugasnya kepada orang lain, beban Musa akan lebih ringan.  Selain itu juga membuka kesempatan bagi orang lain untuk mengembangkan potensinya.  Dengan adanya orang-orang yang turut membantu, masalah yang dihadapi oleh bangsa Israel akan cepat tertangani;  ada efisiensi waktu, sehingga  "... seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya."  (Keluaran 18:23).  Nasihat Yitro kepada Musa,  "...kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang."  (Keluaran 18:21).

     Di bidang pekerjaan apa pun:  di kantor, perusahaan, gereja atau pelayanan, pembagian atau pendelegasian tugas sangatlah penting, sehingga seorang pemimpin tidak harus menangani semua pekerjaan sendiri.  Tetapi ia harus memilih orang-orang yang mumpuni, yang dapat menjalankan perannya dengan baik.  Pendelegasian tugas berkaitan erat dengan sebuah kepercayaan dan integritas.  Tidak mungkin kita mempercayakan suatu tugas penting kepada sembarangan orang.  Musa harus memilih orang-orang yang memang sudah teruji kualitas hidupnya.  Mereka yang dipilih adalah orang-orang yang cakap, takut akan Tuhan, bisa dipercaya dan benci kepada suap.  Di zaman sekarang ini mungkin banyak sekali orang yang cakap di bidangnya masing-masing, tapi sulit sekali untuk menemukan orang-orang yang bisa dipercaya, takut akan Tuhan dan benci kepada suap.

Musa berhasil menjalankan tugas kepemimpinannya karena didukung orang-orang yang berkualitas!

Tuesday, July 9, 2013

MENYADARI STATUS KITA

"Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris,"  Roma 8:17

Sebagai seorang Kristen alias pengikut Kristus keberadaan dan status kita pun kini telah berubah yaitu sebagai anak-anak Allah.  Dikatakan,   "...kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus."  (Galatia 3:26).  Karena status kita adalah anak Allah, kehidupan kita pun (perilaku, tabiat, karakter) harus mencerminkan Dia sebab keberadaan seorang anak itu erat kaitannya dengan keberadaan bapaknya.  Karena kita adalah anak Allah maka tidak seharusnya kita hidup dalam ketakutan lagi,  "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi,"  (ayat 15).

     Kepada Timotius rasul Paulus kembali menegaskan bahwa  "Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).  Punya rasa takut, kuatir, cemas dan sebagainya adalah manusiawi sekali, tapi jika perasaan itu secara terus-menerus meliputi hidup kita setiap hari membuktikan bahwa kita masih 'kanak-kanak' rohani dan memiliki iman yang dangkal, tanda ketidakpercayaan kita akan penyertaan Tuhan dalam hidup kita.  Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita ini 'berbeda', tidak sama dengan mereka yang bukan anak-anak Tuhan.  Alkitab menegaskan bahwa sebagai anak Tuhan  "...kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,"  (Roma 8:17).  Sebagai anak-anak Tuhan kita berhak atas penyertaanNya, pemeliharaanNya, perlindunganNya dan juga berkat-berkatNya.  "...segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu."  (Lukas 15:31).  Firman Tuhan selalu mengingatkan kita untuk tidak takut sebab Ia tahu benar akan kelemahan kita.  "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  (Yesaya 41:10).  Berstatus sebagai anak Tuhan selain punyak hak, kita pun juga punya kewajiban (tanggung jawab).

     Janji Tuhan pasti akan digenapi dalam hidup kita asalkan kita juga memenuhi kewajiban kita.  Seringkali kita hanya menuntut hak-hak kita kepada Tuhan, sedangkan tanggung jawab kita abaikan.  Bukankah ini tidak fair?

Jadilah anak-anak Tuhan yang taat, janji Tuhan akan digenapi dalam hidup kita!

Monday, July 8, 2013

MENGIKUT KRISTUS: Perihal Motivasi



Matius 8:18-22


"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."  Matius 8:20

Banyak orang berpikir bahwa mengikut Kristus adalah pekerjaan yang mudah.  Benarkah?  Sebagai pengikut Kristus kita dituntut untuk memiliki komitmen dan juga motivasi yang benar.  Kalau hanya sekedar ikut-ikutan, apalah artinya.  Jangan hanya bangga dengan label 'kristen' jika tidak diiringi dengan sikap dan perbuatan yang mencerminkan Kristus, sebab menjadi Kristen berarti memproklamirkan diri sebagai pengikut Yesus Kristus.  Alkitab dengan tegas menyatakan,  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).

     Apa yang menjadi motivasi Saudara dalam mengikut Tuhan?  Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus ketika melihat banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia, "...sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang."  (Yohanes 6:26).  'Roti' berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan jasmani.  Bila orientasi kita dalam mengikut Kristus hanya sebatas itu, suatu saat nanti kita pasti akan kecewa.  Banyak orang pada mulanya begitu menggebu-gebu mengikut Tuhan, tapi di tengah perjalanan mereka mundur dan meninggalkan Tuhan setelah apa yang mereka harapkan belum terwujud.  Begitu ada tawaran lain yang lebih menggiurkan tidak segan-segan mereka akan berpaling dari Kristus.  Atau kita mengikut Tuhan, bahkan terlibat dalam pelayanan, tapi di dalam hati kita terselip ambisi dan motivasi tidak benar.

     Dalam perjalananNya menuju kota Yerusalem ada seorang ahli Taurat yang datang kepada Yesus dan berkeinginan mengikut Dia.  "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."  (Matius 8:19).  Mengapa Tuhan Yesus tidak langsung meluluskan keinginan ahli Taurat itu?  Apa yang membuat Dia tidak berkenan?  Yang menjadi pokok permasalahan bukan terletak pada keseriusan dari ahli Taurat itu tapi pada motivasi atau sikap hatinya dalam mengikut Tuhan, sebab  "...TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9).  Ahli Taurat dikenal suka menerima pujian dan hormat dari manusia,  "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;"  (Matius 23:5). 

"Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku."  Lukas 9:59

Tuhan Yesus tidak ingin orang yang mengikutiNya memiliki motivasi yang salah.  Dia tahu persis apa yang ada di dalam hati ahli Taurat itu.  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).

     Mungkin kita merasa bangga dengan apa yang telah kita lakukan saat ini:  sudah melayani Tuhan sepenuh waktu (fulltimer), menjadi pembicara, menjadi donatur gereja dan lain-lain.  Namun kita perlu berhati-hati!  Bila di dalam hati kita masih terbersit motivasi atau tendensi yang tidak benar, maka semuanya itu tidak akan berkenan kepada Tuhan.  Mari kita meneladani Paulus:  "...Karena kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi--juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus."  (1 Tesalonika 2:5-6).

     Hal lain yang harus kita perhatikan sebagai pengikut Kristus adalah perihal prioritas dan komitmen.  Ketika kita memutuskan untuk mengikut Tuhan Yesus kita pun harus menempatkan Dia sebagai yang terutama dalam hidup ini.  Ada banyak orang Kristen yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai alternatif atau pilihan nomor sekian dalam hidupnya.  Hal-hal ini menggeser posisi Tuhan sehingga Ia bukan lagi menjadi prioritas.  Waktu-waktu mereka dihabiskan mengejar materi atau kepentingan duniawi semata.  Ayat nas di atas menunjukkan bahwa seseorang menomorduakan ajakan Tuhan, dan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus (ayat 60) bukan berarti bila kita mengikuti Dia maka kita harus menelantarkan keluarga kita, tetapi Tuhan Yesus haruslah menjadi yang terutama, lebih dari segala-galanya.  Dan bila kita mengutamakan Tuhan Dia akan bertindak menyatakan kuasaNya.

     Bisa saja ceritanya akan lain ketika orang yang diajak oleh Tuhan Yesus itu mau mengutamakan Dia, mungkin saja Tuhan akan membangkitkan kembali ayahnya yang sudah mati itu.  Di segala keadaan dan sampai kapan pun Yesus haruslah yang terutama di dalam hidup kita dan tidak boleh kita nomor duakan!

Memprioritaskan Tuhan berarti kita taat melakukan segala yang difirmankanNya!

CINTA UANG: Akar Segala Kejahatan

1 Timotius 6:2b-10

"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  1 Timotius 6:10

Uang, uang dan uang, selalu menjadi topik utama dalam kehidupan manusia di dunia.  Tak seorang pun yang tidak membutuhkan uang.  Itulah sebabnya kita berkali-kali diingatkan agar berhati-hati dengan uang ini.  Begitu pentingkah ini?  Sangat penting!  Alkitab dengan keras menyatakan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan.  Perlu digarisbawahi di sini, Alkitab tidak mengatakan akar dari segala kejahatan itu uang, melainkan cinta terhadap uang.  Uang memiliki sifat netral, bisa berguna untuk hal-hal yang positif atau negatif bergantung di tangan siapa uang itu berada.  Uang itu tidak jahat, tetapi cinta terhadap uang bisa saja membawa seseorang kepada segala jenis kejahatan.

     Dalam hidup ini ada hal-hal yang bersifat materi yang tidak bisa tidak harus kita penuhi seperti makanan, pakaian dan juga tempat tinggal.  Belum lagi kebutuhan-kebutuhan lain seperti biaya pendidikan, listrik, air, semuanya memerlukan uang!  Karena itu kita harus bekerja.  Dengan bekerja kita mendapatkan upah (uang).  Namun inilah yang menjadi pokok permasalahannya.  Jika kita tidak waspada hari-hari kita akan terus disibukkan dengan kegiatan memburu uang ini.  Ada tertulis:  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang,"  (Pengkotbah 5:9).  Karena memburu uang tidak sedikit orang menjadi lupa diri, lupa waktu, lupa ibadah, bahkan lupa keluarga.  Ada banyak kasus terjadi:  anak memberontak dan akhirnya terlibat narkoba karena kurangnya perhatian dari orangtua yang terus disibukkan dengan pekerjaan (memburu uang), isteri punya PIL karena suami jarang pulang dengan alasan lembur dan tugas di luar kota.  Jika anak atau isteri komplain, jawabnya ayah sibuk bekerja juga demi keluarga.  Bekerja, bekerja dan terus bekerja sampai-sampai kita mengabaikan jam-jam peribadatan.  Tanpa disadari sampai kita telah kehilangan kasih mula-mula.

     Karena memburu uanglah banyak dari kita yang tidak lagi mencintai Tuhan dengan segenap hati, padahal berkat-berkat materi yang kita miliki itu datangnya dari Tuhan dan Dialah yang memberikan kekuatan kepada kita untuk memperoleh kekayaan itu  (baca Ulangan 8:18).

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  Lukas 12:15

Dikatakan bahwa,  "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan."  (1 Timotius 6:9).  Kata  'ingin kaya' dan 'jerat' menunjukkan bahwa orang itu sudah dikuasai dan dijerat oleh uang.  Akibatnya mereka melakukan perbuatan-perbuatan jahat dan menyimpang dari kebenaran karena uang.  Karena uang Ananias dan Safira berlaku tidak jujur, akhirnya keduanya mati secara tragis (baca  Kisah 5:1-11).  Orang nekat merampok, mencuri, menjambret karena matanya dibutakan oleh uang.  Para pejabat yang sudah kaya masih saja merasa tidak cukup dengan uang dan kekayaannya sehingga mereka pun melakukan kejahatan dengan melakukan korupsi, menerima suap.  "...siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya."  (Pengkotbah 5:9).  Jadi kesemuanya itu berakar dari rasa cinta uang.

     Orang yang tidak pernah merasa cukup dengan harta yang dimilikinya, walau telah memiliki segudang kekayaan, pada dasarnya adalah orang yang miskin karena mereka masih saja merasa kurang dan selalu kurang.  Sebaliknya orang yang senantiasa bisa bersyukur atas apa yang dimiliki dan di segala keadaan adalah orang yang kaya, sebab kekayaan sejati itu bukan diukur dari banyaknya uang atau melimpahnya harta, tapi bersumber pada kepuasan batiniah.  Rasul paulus berkata,  "...ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah."  (1 Timotius 6:7-8).  

     Berhati-hatilah!  seseorang yang cinta akan uang, cepat atau lambat akan terjatuh dalam berbagai dosa karena mereka berpotensi untuk tidak bersyukur kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang menyimpang dari kebenaran, namun  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).

Jangan sampai kita diperhamba uang dan mencintai uang lebih dari segalanya!

Thursday, July 4, 2013

RAJA UZIA: Yang Muda yang Berkarya!

"Segenap bangsa Yehuda mengambil Uzia, yang masih berumur enam belas tahun dan menobatkan dia menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia."  2 Tawarikh 26:1

Muda, berprestasi dan penuh karya, mungkin inilah sebutan yang sangat cocok bagi Uzia, karena di usianya yang masih sangat belia, yaitu 16 tahun, ia sudah menjabat sebagai raja Yehuda menggantikan ayahnya, Amazia.  Meski belum mengenyam 'asam garam' kehidupan (minim pengalaman) Uzia mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga  "Namanya termasyhur sampai ke Mesir, karena kekuatannya yang besar."  (ayat 8b).

     Alkitab menyatakan bahwa Uzia bukan hanya berhasil dalam hal memimpin bangsanya tapi ia juga mampu mengalahkan bangsa-bangsa lain.  Uzia juga bukanlah seorang raja yang "kebetulan" (menjabat karena garis keturunan), tapi ia adalah seorang raja yang mumpuni di segala bidang kehidupan.  Bukan hanya bidang pemerintahan yang ia kuasai tapi juga bidang-bidang lainnya.  Ia mampu mendirikan kota-kota, menara-menara di padang gurun dan menggali banyak sumur.  Di bidang peternakan ia memiliki banyak ternak.  Lalu di bidang pertanian  "...ia mempunyai petani-petani dan penjaga-penjaga kebun anggur, di gunung-gunung dan di tanah yang subur,"  (ayat 10b).  Di bidang militer Uzia sangat ahli dalam strategi perang.  Itula sebabnya ia mempunyai tentara dalam jumlah besar dan pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa, lengkap dengan perlengkapan perang yang ia rancang dan ciptakan sendiri.  Luar biasaa!  Alkitab pun mencatat bahwa  "Nama raja itu termasyhur sampai ke negeri-negeri yang jauh, karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat."  (ayat 15b).

     Apa yang menjadi kunci utama keberhasilan raja Uzia?  Apakah karena ia hebat, pintar, kuat, gagah dan kaya?  Bukan itu.  Raja Uzia menjadi seorang raja yang berhasil dan terkenal oleh karena  "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil."  (2 Tawarikh 26:4-5).  Tanpa campur tangan Tuhan raja Uzia tidak akan pernah mampu menjalankan tugas pemerintahannya dengan baik.

Oleh karena tekun mencari Tuhan dan senantiasa hidup dalam ketaatan, Uzia menjadi raja yang berhasil dan diberkati Tuhan.

ORANG YANG MENANTIKAN TUHAN

Yesaya 40:12-31

"...orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."  Yesaya 40:31

Kita melihat dan mendengar betapa dunia dipenuhi dengan goncangan demi goncangan.  Beberapa waktu yang lalu ibukota negara kita (Jakarta) dilanda banjir hebat.  Ribuan orang, baik itu kaya, miskin, berpendidikan atau tidak, harus meninggalkan rumahnya dan tinggal di pengungsian.  Jalan-jalan protokol di ibukota menjadi kolam raksasa sehingga aktivitas warga menjadi terganggu, banyak kantor yang tidak bisa beroperasi, dan ini pasti berimbas pada sektor perekonomian, perdagangan dan juga industri.  Bukan hanya Jakarta, di daerah-daerah lain di seluruh pelosok tanah air juga mengalami hal yang sama.  Karena hujan dan banjir (cuaca ekstrem) para petani harus mengalami kerugian besar, gagal panen dan sawah ladang mereka rusak.  Hari-hari ini segala sesuatu yang dahulunya tidak digoncang sekarang mulai digoncangkan.  Adalah wajar jika banyak orang menjadi takut, kuatir dan cemas menghadapi hari esok.  Itulah sebabnya Alkitab menasihati,  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).

     Namun bagi anak-anak Tuhan, kuatkan iman percaya kita kepadaNya, sebab di dalam Dia  "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut."  (Ibrani 12:28).  Tuhan akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang menanti-nantikan Dia.  Dikatakan bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru, ia tidak menjadi lesu dan tidak menjadi lelah (ayat nas).  Siapa orang yang menanti-nantikan Tuhan?  Dia adalah orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal.  Artinya dalam menjalani hidup ini ia tidak mengandalkan diri sendiri, kekuatan, kepintaran dan kegagahannya.  Terhadap orang-orang yang demikian Tuhan akan memberikan kekuatan dan pertolongan saat menghadapi badai dan goncangan yang ada, sehingga ia akan tetap kuat dan akan tampil sebagai pemenang.  Dalam Yeremia 17:7 tertulis:  "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."  (Yeremia 17:17-18).

     Sebaliknya orang yang tidak menanti-nantikan Tuhan adalah orang yang mengandalkan manusia, tidak menaruh harap kepada Tuhan tapi lebih mengandalkan diri sendiri, uang, kekayaan, kekuatan dan kegagahannya.  FirmanNya mengatakan, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5)  Karena mereka mengatasi permasalahannya dengan kekuatan sendiri, Tuhan pun angkat tangan.  Itulah sebabnya mereka akan mudah lemah, frustasi, kecewa dan putus asa.

Tuhan berkata,  "...diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  Yohanes 15:5b.  Masihkah kita mengandalkan kekuatan sendiri?


"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  Yeremia 29:11

Mengapa kita harus senantiasa menanti-nantikan Tuhan dalam hidup ini?  1. Karena Tuhan memiliki rancangan yang baik bagi kita.  Rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan.  Luar biasa!  Oleh karena itu kita harus tetap sabar menanti-nantikan Tuhan sampai apa yang telah dijanjikanNya itu tergenapi.  Pemazmur berkata, "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."  (Mazmur 12:7).  Dalam Bilangan 23:19 ditegaskan, "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Jika manusia berjanji akan mudah sekali ingkar dan mengecewakan.  Tapi Tuhan adalah setia, tidak ada janji yang tidak ditepatiNya.  Bahkan "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  (Ratapan 3:22-23).  Kesetiaan Tuhan inilah menjadi pengharapan kita.

     Ketika dunia bergoncang banyak orang berkata bahwa tidak ada harapan dan masa depan kita suram.  Itulah sebabnya tidak sedikit dari mereka yang berusaha untuk mencari jawaban akan masa depannya dengan bertanya kepada dukun, peramal atau paranormal yang begitu gencar menawarkan jasanya untuk memberitahukan kehidupan seseorang di masa depan.  Padahal mereka (dukun, peramal atau paranormal) sendiri tidak tau seperti apa masa depannya.  Inilah tipu muslihat Iblis!  Tapi bagi orang percaya "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  (Amsal 23:18).  Kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus menulis:  "...di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya,"  (Efesus 1:13-14).  Kita ini telah dimateraikan dengan Roh Kudus, berarti kita ini adalah milik kepunyaan Tuhan, artinya beroleh jaminan akan masa depan yang pasti.  Apa pun yang kita perlukan dan butuhkan pasti Tuhan sediakan, karena kita adalah anak-anakNya dan  "Tuhan adalah bagianku,"  (Ratapan 3:24).

     Yang terpenting adalah bagaimana hati kita dalam nenanti-nantikan Tuhan.  Dibutuhkan kesabaran dalam menantikan janji Tuhan.  Sabar berarti tidak bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan.  Kita bisa belajar dari kehidupan bangsa Israel yang gagal mencapai Tanah Perjanjian kecuali Yosua dan kaleb, karena mereka selalu bersungut-sungut, mengeluh dan memberontak kepada Tuhan selama berada di padang gurun.

Rancangan Tuhan dan janji-janjiNya pasti akan digenapi dalam hidup ini, asal kita sabar menanti-nantikan Tuhan dan menjaga hidup tetap berkenan seturut kehendakNya!