HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Wednesday, August 15, 2018

TANAH LIAT DI TANGAN PENJUNAN

"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  Yeremia 18:4

Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap orang Kristen pasti menginginkan berkat-berkat Tuhan dalam hidupnya.  Namun dalam pengiringan kita kepada Tuhan janganlah kita hanya ingin menikmati berkat-berkatNya saja, sementara kita tidak mau dibentuk dan diproses Tuhan.  Siapakah kita ini di hadapan Tuhan sehingga kita mau mengatur Tuhan?  Ingat, kita ini adalah tanah liat dan Tuhan adalah Sang Penjunan.  Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan Yeremia untuk pergi ke tukang periuk supaya ia dapat belajar dari apa yang diperbuat si tukang periuk terhadap tanah liat sebelum menjadi bejana yang indah dan memiliki nilai guna.  "Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: 'Apakah yang kaubuat?' atau yang telah dibuatnya: 'Engkau tidak punya tangan!'"  (Yesaya 45:9).

     Agar kita menjadi bejana Tuhan yang berharga dan digunakan untuk tujuan yang mulia kita pun harus rela dan mau dibentuk oleh Tuhan, sebab tanah liat tidak secara otomatis berubah menjadi bejana yang halus dan menarik tanpa melewati proses terlebih dahulu.  Proses inilah yang seringkali kita hindari karena kita merasakan sakit yang luar biasa sehingga kita memberontak, kecewa dan marah kepada Tuhan.  Namun semakin memberontak proses itu akan terasa lama dan menyakitkan.  Bangsa Israel harus mengalami proses pembentukan Tuhan di padang gurun selama 40 tahun lamanya oleh karena mereka suka memberontak, bersungut-sungut, mengeluh dan hidup dalam ketidaktaatan alias tegar tengkuk.  Bisa saja tukang periuk membuat bejana itu secara cepat atau instan  ('SKS' - sistem kebut semalam), tapi hasilnya?  Tidak bisa dijamin kualitasnya, dan mungkin saja bejana tersebut tidak bisa bertahan lama, retak dan mudah pecah.

     Maukah kita menjadi bejana atau perabot Tuhan yang bermutu rendah, biasa saja dan berharga murah?  Setiap kita pasti ingin menjadi bejana Tuhan untuk tujuan yang mulia, menjadi anak-anak Tuhan yang outclass (unggul).  Untuk itu ada harga yang harus dibayar.  Karena itu jangan mengeraskan hati!  Hati yang keras tak ubahnya seperti tanah keras yang perlu dilebur dan digemburkan sampai tanah itu benar-benar siap untuk dibentuk menjadi bejana sesuai dengan rencana si tukang periuk.


"Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: 'Mengapakah engkau membentuk aku demikian?'"  Roma 9:20

Tuhan selalu punya cara membentuk dan meproses kita, bisa melalui masalah, ujian, penderitaan, sakit-penyakit, krisis keuangan, bahkan melalui berkat atau kelimpahan.

     "Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?"  (Roma 9:21).  Artinya Tuhan memiliki hak penuh atas hidup kita karena Dialah Sang Penjunan, sedangkan kita ini adalah tanah liatNya, karena itu Ia akan membentuk kita sesuai dengan kehendak dan recanaNya.  Sebagai tanah liat kita tidak dapat menentukan sendiri akan menjadi bejana yang bagaimana dan seperti apa kita ini karena hal itu sepenuhnya tergantung dari Sang Penjunan.  Bagaimana supaya kita menjadi bejanaNya yang mulia?  Tidak ada jalan lain selain kita harus tunduk, taat dan berserah penuh kepada Tuhan, menanggalkan manusia lama dengan menyucikan diri terhadap hal-hal yang jahat supaya kita layak dipakai untuk setiap pekerjaan yang baik dan mulia  (baca  2 Timotius 2:21).  Karena itu  "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran."  (2 Timotius 2:22-23).

     Ada banyak orang Kristen yang sudah merasa cukup menjadi perabot Tuhan untuk tujuan yang biasa-biasa.  Mereka tidak mau membayar harga, enggan meninggalkan dosa dan segala bentuk kecemaran dunia ini, padahal Alkitab tegas mengingatkan:  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).  Tuhan akan dan siap memakai kita untuk tujuannya yang mulia asal kita terlebih dahulu mau menyucikan diri.

Ingin menjadi bejana Tuhan yang mulia?  "Keluarlah kamu...dan pisahkanlah dirimu...dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  2 Korintus 6:17

SERUPA KRISTUS: Menjadi SahabatNya

"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."  Yohanes 15:14

Tuhan menginginkan agar setiap orang percaya makin hari makin meningkatkan hubungan denganNya, semakin hari semakin intim dan karib dengan Dia seperti hubungan seorang sahabat.  Tuhan mau kita menjadi sahabat-sahabatNya.

     Orang yang menjadi sahabat Kristus adalah orang yang senantiasa bergaul karib dengan Dia, seia-sekata di segala keadaan, baik itu suka maupun duka.  Menjadi sahabat berarti lebih dari sekedar teman:  kedua belah pihak sudah saling mengenal luar-dalam, saling memahami, saling berbagi.  Ada unsur kesetiaan dan juga komitmen di dalamnya.  Jadi hubungan persahabatan itu hubungan yang sangat spesial atau khusus, di mana kedua belah pihak saling membagi isi hati, bahkan tidak ada hal yang dirahasiakan.  Penulis Amsal menggambarkan,  "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."  (Amsal 17:17), bahkan  "...ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara."  (Amsal 18:24).  Itulah arti seorang sahabat!  Tuhan Yesus berkata,  "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."  (Yohanes 15:14-15).  Pada saat kita belajar menjadi sahabat Yesus kita sedang belajar untuk mengenal dan memahami isi hati, pikiran, perasaan dan juga kehendakNya.  Bagaimana kita bisa mengenal dan memahami isi hati, pikiran, perasaan, dan kehendak Tuhan?  Yaitu melalui firmanNya.  Kita harus tinggal di dalam firmanNya, artinya kita tidak lupa memperkatakan kitab Taurat tersebut, merenungkan itu siang dan malam dan bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya.  (baca  Yosua 1:8).

     Seberapa dekat hubungan kita dengan Tuhan?  Apakah kita mendekat kepadaNya hanya ketika sedang dalam permasalahan yang berat?  Ataukah kekariban kita dengan Tuhan seperti hubungan antarsahabat di setiap waktu?  Sudahkah kita layak disebut sebagai sahabat Kristus?

"TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  Mazmur 25:14

SERUPA KRISTUS: Menjadi MuridNya

"Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus."  Galatia 3:27

Sebagai umat pilihan Tuhan yang dirancang untuk tujuan mulia, kita pun harus mau dan siap diproses dan dibentuk Tuhan sebagaimana ketika Tuhan memilih dan menetapkan 12 orang murid sebagai mitra kerjaNya selama 3,5 tahun di bumi.  Ia berkata,  "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."  (Matius 4:19).  Mereka tidak langsung diutus untuk menjangkau jiwa-jiwa, tapi mereka terlebih dahulu diajar, dilatih dan dipersiapkan Tuhan secara khusus sampai akhirnya dipercaya untuk mengemban Amanat AgungNya.  Awal kehidupan murid Kristus harus dimulai dengan mengerti apa artinya menjadi Kristen, sebab ada banyak orang Kristen yang sudah lama menjadi Kristen tetapi belum mengerti tujuan dan arti hidupnya sebagai orang Kristen.

     Jika kita baca dalam kitab Kisah Para Rasul, sebutan murid ditujukan kepada orang percaya yang menunjukkan karakteristik tertentu, yaitu memiliki sifat atau karakter seperti Kristus.  Menjadi Kristen bertahun-tahun namun jika tindakan atau perbuatan kita tidak mencerminkan sifat atau karakter Kristus, layakkah kita ini disebut murid Kristus?  Apa arti kata murid?  Murid adalah seseorang yang mengikatkan dirinya atau memiliki komitmen terhadap orang lain untuk memperoleh pengetahuan, baik itu secara teori dan juga praktek;  seorang yang mau mendisiplinkan diri untuk belajar dan mau diajar oleh gurunya.  Menjadi murid Kristus adalah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya.  Kita yang telah menerima keselamatan secara cuma-cuma dari Tuhan harus melangkah ke tingkat selanjutnya yaitu menjadi muridNya.  Dengan demikian menjadi murid Kristus berarti memiliki komitmen dan mendisiplinkan diri untuk belajar dan mau diajar oleh guru kita, yaitu Tuhan Yesus sendiri.  Ia adalah Guru Agung kita, dan untuk bisa memahami apa kehendak Sang Guru, kita membutuhkan Roh Kudus.  "Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."  (Yohanes 14:26).  Matius 16:24 mengatakan,  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."

     Jadi seorang murid Yesus yang sejati adalah orang yang mau menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia.


"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."  Matius 16:24

Ada tiga perkara yang harus kita lakukan supaya kita layak disebut sebagai murid Yesus.  Di antaranya adalah:  menyangkal diri, berarti mehyangkal keinginan daging kita:  ego, ambisi, pikiran, perasaan dan kehendak diri sendiri, lalu bertekad melakukan apa yang Tuhan Yesus kehendaki.  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Pada saat kita berkomitmen untuk menjadi murid Yesus kita sedang belajar untuk berpikir, berperasaan, dan berkehendak seperti Tuhan Yesus  (baca  Filipi 2:5).  Namun banyak orang Kristen yang sulit sekali menyangkal diri.  Contoh simpelnya dalam hal berdoa dan membaca Alkitab.  Seringkali kita malas melakukan, atau kita kerjakan sambil lalu saja termasuk dalam hal melayani Tuhan, di mana kita menunjukkan sikap ogah-ogahan dan tak bersemangat dengan berbagai alasan:  capai, lembur kerja, tidak punya talenta dan sebagainya.

     Memikul salib berarti mau menderita bagi Kristus.  "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,"  (Filipi 1:29).  Menderita bisa berupa perlakuan tidak adil, dibenci, dikucilkan, diintimidasi oleh orang lain karena status kita sebagai pengikut Kristus.  "Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung...Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya."  (1 Petrus 2:19-21).

     Mengikut Yesus artinya taat melakukan firman Tuhan.  "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku."  (Yohanes 8:31).  Saat kita taat melakukan firmanNya kita sedang melangkah menuju standar seperti Yesus.  "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,"  (Roma 8:29).

"Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya."  Lukas 6:40