HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Tuesday, May 8, 2018

ANAK ALLAH: Menerima Wasiat

Ibrani 9:11-28

"Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu."  Ibrani 9:16

Secara umum arti kata  'wasiat'  adalah pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal.  Biasanya wasiat berkenaan dengan harta kekayaan yang hendak diwariskan kepada yang berhak menerima sesuai dengan yang dikehendaki oleh si pembuat wasiat, dan baru akan berlaku apabila yang memberi wasiat tersebut sudah meninggal  (ayat 17).

     Sesuai dengan pembacaan firman hari ini, pemberi wasiat itu adalah Allah.  Namun, bukankah Allah tidak pernah mati, karena Dia adalah kekal?  Allah bisa memberikan warisanNya kepada kita dengan jalan memberikan PuteraNya, Yesus, yang adalah Tuhan, menjadi manusia.  Melalui kematianNya di atas kayu salib tersebut Allah bisa memberikan wasiat kepada kita.  Setiap kita yang percaya kepada Yesus Kristus diangkat menjadi anak-anak Allah.  "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."  (Roma 8:17).

     Wasiat di dalam Tuhan Yesus berkenaan dengan berkat-berkat yang diberikan Allah kepada Abraham.  Ada tertulis:  "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu."  (Galatia 3:13-14).  Karena kita adalah anak-anak Allah maka kita pun berhak menerima warisan atau berkat-berkat yang dijanjikanNya;  dan untuk menerima berkat-berkat Tuhan atau mengalami penggenapan janji Allah ada syaratnya, yaitu jika kita mau menderita bersama-sama dengan Kristus.  Kata  'menderita'  identik dengan sesuatu yang tidak enak dan sakit.  Menderita di sini dimaksudkan mematikan segala keinginan daging dan mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus.  Menderita bersama Tuhan berarti harus menyangkal diri, memikul salibNya dan mengikut Dia.  Inilah harga yang harus kita bayar supaya warisan itu menjadi milik kita.

Tanpa Yesus berkat-berkat Allah tidak bisa turun kepada kita!

LOT: Menuai Kegagalan

Kejadian 19:1-29

"Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;"  Kejadian 19:24

Lot tentu tidak menyangka bahwa keputusannya untuk tinggal di Sodom adalah awal malapetaka bagi dia dan seluruh keluarganya.  Selain itu ia juga harus kehilangan persekutuan yang karib dengan pamannya, Abraham.  Pilihan inilah yang akhirnya membawa Lot kepada kehancuran dan kegagalan dalam hidupnya.  Apa yang menurut pemikiran kita baik belum tentu baik di mata Tuhan.  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).  Firman Tuhan mengingatkan,  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Inilah yang diabaikan Lot, yaitu lebih memikirkan kesenangan duniawi daripada mengutamakan perkara-perkara rohani.  Demikianlah Lot menentukan pilihan dalam hidupnya yaitu tinggal di Sodom, padahal pada waktu itu kota Sodom dipenuhi oleh kemaksiatan dan kebejatan moral.  "Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN."  (Kejadian 13:13).

     Sodom adalah gambaran dari kenikmatan daging atau kesenangan duniawi.  Berhati-hatilah dalam mengambil setiap keputusan, sebab jika kita salah dalam membuat keputusan akan berakibat fatal.  "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,"  (Amsal 3:5-7).  Awalnya hanya berkemah di dekat Sodom, pada akhirnya ia tinggal di kota itu dan bergaul dengan penduduknya.  Alkitab menegaskan,  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korinus 15:33).  Lot memilih untuk berkompromi dengan dosa.

     Sebagai orang yang mengenal kebenaran seharusnya Lot bisa memberikan teladan hidup yang baik dan menjadi terang bagi orang-orang Sodom, namun ia malah terbawa arus dan  'bersahabat'  dengan dunia.  "...persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?"  (Yakobus 4:4).  Ketika Sodom dan Gomora dibumihanguskan Tuhan Lot terkena dampaknya:  harta benda ludes, isterinya pun menjadi tiang garam.

Tuhan masih menunjukkan kasihNya karena Ia ingat kepada Abraham sehingga Lot terluput dari bencana itu.

LOT: Keputusan Yang Salah

Kejadian 13:1-18

"Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom."  Kejadian 13:12

Berbicara tentang Lot berarti berbicara tentang kota Sodom dan Gomora, dua kota yang dibumihanguskan Tuhan karena perbuatan bejat penduduknya.  Apa hubungannya dengan Lot?  Ya, Lot beserta seluruh keluarganya tinggal di kota itu.

     Lot adalah keponakan Abraham yang diajak bersama-sama meninggalkan negeri nenek moyangnya.  Abraham diberkati Tuhan secara luar biasa dan hal itu membawa dampak yang baik bagi kehidupan Lot.  Perekonomian Lot turut terangkat dan terberkati.  Alkitab mencatat bahwa keduanya memiliki banyak ternak, sampai-sampai tempat di mana mereka tinggal  "...tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama."  (Kejadian 13:6), kemudian terjadilah perkelahian antara para gembala Abraham dan para gembala Lot karena tanah Kanaan terlalu sempit untuk keduanya.  Inilah yang menjadi penyebab terjadinya terjadinya perpisahan antara Abraham dan Lot.  Namun dengan hati yang dipenuhi kasih Abraham memberi kesempatan kepada Lot untuk memilih tempat terlebih dahulu.  Ini menunjukkan bahwa Abraham bukanlah seorang yang egois dan mementingkan diri sendiri.  Ia lebih mengutamakan kepentingan orang lain lebih dari kepentingannya sendiri walaupun ia punya kuasa dan hak penuh untuk menentukan pilihannya karena status Lot hanyalah menumpang.  Kesempatan ini tidak disia-siakan Lot, ia membuat pilihan sesuai keinginan matanya.  "Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. --Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. -- Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah."  (Kejadian 13:10-11).

     Lot memilih tempat sesuai dengan apa yang dipandangnya baik, indah, menarik dan lebih menguntungkan secara kasat mata.  Ia lebih mementingkan perkara-perkara jasmani yang berkenaan dengan harta dan kekayaan.  Fokus Lot adalah untuk kepuasan diri sendiri tanpa mempedulikan perasaan pamannya, Abraham.

ABRAHAM: Dipanggil Untuk Menjadi Berkat

Kejadian 12:1-9

"Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."  Kejadian 12:2


Panggilan Tuhan atas Abraham dapat menjadi contoh panggilan Tuhan atas kehidupan orang percaya.  Sebagaimana Tuhan berjanji untuk memberkati Abraham, Dia juga akan memberkati kita.  Tujuan Tuhan memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.  "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan."  (2 Korintus 9:8).

     Panggilan terhadap Abraham merupakan langkah awal yang dikerjakan Tuhan untuk menggenapi maksud dan rencanaNya menyelamatkan umatNya.  Dari Abraham inilah Tuhan menghendaki munculnya suatu keluarga yang taat dan hidup benar di hadapanNya, suatu bangsa pilihan yang memiliki kehidupan yang  'berbeda'  dari bangsa-bangsa lain di dunia ini.  "Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya." (Kejadian 18:19).  Melalui garis keturunan Abraham pula hadirlah Yesus Kristus, Sang Juruselamat manusia. 

     Adapun panggilan Tuhan terhadap Abraham ini tidak hanya terdiri atas berbagai janji berkat, tetapi juga terdiri atas tugas dan kewajiban.  Tuhan menghendaki Abraham hidup taat, berjalan menurut jalan-jalannya agar ia memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya.  Ketika Tuhan berjanji bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar, sekalipun realisasi dari janji-janji tersebut nampak mustahil secara akal manusia, Abraham tetap percaya.  "...TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'  Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."  (Kejadian 15:5-6).  Janji Tuhan pun digenapiNya, bahkan berkatNya bukan hanya berlaku bagi keturunan Abraham secara lahiriah saja, namun juga bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Kejadian 12:10-20


"...Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta."  Kejadian 12:16


Ketika mengadakan perjanjian dengan Abraham Tuhan memberikan janji-janji kepadanya:  menjadikannya bangsa yang besar, memberkati dan menjadi berkat.  Untuk menerima kepenuhan janji Tuhan ini yang diperlukan bukan hanya iman, tapi Abraham dituntut untuk hidup dalam ketaatan dan menyenangkan hatiNya.  Abraham menanggapi janji Tuhan itu dengan iman, percaya dan juga ketaatan.  Itulah sebabnya Abraham dibenarkan oleh Tuhan.  Ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki rencana di balik perjanjian berkatNya dengan Abraham seperti tertulis:  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).

     Setiap kita pasti rindu diberkati Tuhan, bukan?  Supaya berkat Tuhan itu digenapi dalam hidup kita, kita harus mengerti terlebih dahulu apa yang menjadi kehendak dan rencana Tuhan memberkati kita.  Tanpa memiliki pengertian yang benar akan hal ini bisa-bisa berkat yang kita terima tersebut malah akan membuat kita jatuh dalam dosa dan semakin jauh dari Tuhan.  Sebesar apa pun kerinduan kita untuk menjadi berkat bagi orang lain, sebesar itu pula berkat yang akan Tuhan percayakan kepada kita.  Jadi Tuhan akan memberkati kita jika kita benar-benar telah siap untuk menjadi berkat.  "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."  (Amsal 11:25).  berkat Tuhan juga tidak pernah terpengaruh oleh situasi dan keadaan yang terjadi di sekeliling hidup kita.  Mungkin saat ini dunia sedang dilanda krisis di segala bidang kehidupan dunia, namun satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati adalah bahwa tidak ada krisis yang terlalu besar yang tidak dikendalikan oleh Tuhan, tidak ada badai kehidupan yang tidak dapat diredakanNya.

     Seberat apa pun krisis masalah yang menerpa hari-hari kita, Tuhan lebih dari sanggup untuk memberkati kita.  Sekali Tuhan berjanji, Dia pasti akan menggenapi janjiNya itu tepat pada waktunya.  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).

Di tengah bencana kelaparan yang hebat Abraham justru mengalami kelimpahan!

Yehovah Jireh

Mazmur 111:1-10

"Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya."  Mazmur 111:5

Yang tak kalah penting dalam menghadapi tahun baru ini adalah berpikiran positif:  memenuhi pikiran dengan hal-hal yang baik dan positif.  Mungkinkah perkataan atau perbuatan yang kita lakukan dalam nama Yesus adalah negatif?  Tentunya tidak.

     Perkataan dan perbuatan kita haruslah positif dan benar, yaitu sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.  Padahal perkataan dan perbuatan kita  (positif atau negatif)  sangat ditentukan oleh pikiran kita.  Dengan pikiran, kita akan memikirkan, mengucapkan dan kemudian melakukan hal-hal yang baik atau pun yang jahat.  Jadi pikiran merupakan aset yang sangat penting dalam kehidupan kita.  Itulah sebabnya Daud berdoa kepada Tuhan,  "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;"  (Mazmur 139:23).  Daud rindu agar Tuhan senantiasa memperbaharui hati dan pikirannya supaya selaras dengan kehendakNya.

     Rindu perkara-perkara yang baik dan positif terjadi dalam hidup Saudara?  Berpikiran positif mulai sekarang!  Jadi berpikir positif adalah sebuah pilihan!  Bagaimana supaya pikiran kita dipenuhi hal-hal yang positif?  Yaitu mengisinya dengan firman Tuhan dan membangun keintiman dengan Tuhan senantiasa.  Jika pikiran kita sudah berubah, perkataan dan perbuatan kita pun pasti berubah.  Akhirnya,  "...semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,"  (Filipi 4:8), itulah yang kita pikirkan.  Sebaliknya jika yang kita pikirkan adalah hal-hal yang buruk dan negatif, maka keburukan itu pula yang akan kita tuai,  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).

     Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk tidak kuatir tentang apa pun juga, sebab kita mempunyai Bapa di sorga yang tahu persis semua yang kita butuhkan.  Dia adalah Yehovah Jireh, Allah yang sanggup menyediakan.  Ingat, ketakutan atau kekuatiran tidak akan pernah menambah hal-hal yang baik di dalam hidup kita.

"Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  Filipi 4:19