HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Monday, December 21, 2015

FIRMAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA

"Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya."  Mazmur 119:160

Alkitab juga menyatakan bahwa firman Tuhan adalah perlengkapan senjata bagi orang percaya.  Ia diibaratkan sebagai pedang Roh yang dapat digunakan dalam peperangan rohani,  "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:12).  Bahkan,  "...firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."  (Ibrani 4:12).  Jadi kita harus tinggal di dalam firmanNya, dengan tidak  "...lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).

     Firman Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi kita untuk mengoreksi diri dan berbenah.  "...jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin."  (Yakobus 1:23).  Dengan bercermin kita akan tahu bahwa di dalam diri kita mungkin masih ada ketidakberesan atau kotoran yang melekat yang harus segera dibersihkan.  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Firman itu laksana api dan palu yang siap untuk menghanguskan, memurnikan dan menghancurkan yang keras.  Tuhan berkata, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?"  (Yeremia 23:29).  Proses itu memang sakit, makanya tidak mudah seseorang bersikap  'legowo'  (rela, ikhlas)  untuk ditegur, dikoreksi dan ditelanjangi dosa-dosanya.

     Mari sadari proses itu bertujuan membentuk karakter kita lebih baik dan makin serupa dengan Kristus.

Jadikan firman Tuhan menu setiap hari supaya kerohanian kita kuat dan sehat!

Thursday, March 5, 2015

KEMENANGAN BAGI ORANG PERCAYA

"Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang."  Yosua 5:14
Bagi bangsa Israel, kota Yerikho adalah salah satu penghalang untuk mencapai tanah Perjanjian.  Yerikho adalah gambaran masalah yang besar.  Pada waktu itu Yosua sedang berada dekat kota itu.  Dengan kata lain Yosua sedang dekat dengan permasalahan.

     Meski berada dalam masalah besar Yosua tidak berkecil hati dan takut, mata rohaninya tetap tertuju kepada Tuhan.  Dengan penuh keyakinan ia berpegang kepada janji Tuhan:  "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."  (Yosua 1:3).  Saat berada di dekat Yerikho  (masalah)  ini Yosua justru mengalami perkara-perkara yang ajaib, di mana ia bertemu dengan Panglima Balatentara Tuhan.  "Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: 'Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?'"  (ayat 14b).  Yosua belajar untuk peka akan suara Tuhan, dan ia juga belajar taat melakukan kehendakNya.  "'Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.' Dan Yosua berbuat demikian."  (Yosua 5:15).

     Ketika dalam permasalahan yang berat kita seringkali tidak peka akan suara Tuhan dan memilih untuk tidak taat kepadaNya karena kita merasa bahwa perintah Tuhan itu tidak masuk di akal dan aneh.  Telinga kita pun tidak kita arahkan kepada Tuhan, tapi kepada suara Iblis yang membuat kita makin takut, kuatir dan cemas, padahal Tuhan telah berjanji,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Dalam keadaan yang demikian akhirnya ada banyak orang memilih untuk meninggalkan Tuhan Yesus dan menggadaikan keselamatan demi mendapatkan materi/kekayaan yang berlimpah, jabatan, pasangan hidup atau pertolongan instan dari kuasa-kuasa gelap.  Padahal kita tahu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara belaka.  Apa pun bentuknya, perintah Tuhan itu demi kebaikan kita.  Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, janji Tuhan itu pun digenapiNya.  Yerikho akhirnya dapat ditaklukkan, artinya kemenangan besar menjadi milik Yosua dan bangsa Israel.

Dibutuhkan ketekunan, karena sedikit waktu lagi Tuhan pasti akan memberikan kemenangan dan mujizatNya bagi kita, asal kita tetap taat kepadaNya!    

KUNCI MENGALAMI PEMULIHAN

"Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!"  Mazmur 126:4
Kita harus percaya bahwa di dalam Tuhan ada berkat, pertolongan, kesembuhan dan juga pemulihan di segala aspek kehidupan kita.  Tuhan Yesus sendiri berkata,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Namun untuk mengalami berkat dan pemulihan Tuhan ada syaratnya, sebagaimana yang disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel,  "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."  (2 Tawarikh 7:14).

     Inilah yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat supaya beroleh pemulihan:  pertama, kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa-dosa kita.  Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa  "...barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."  (Matius 23:12).  Merendahkan diri memiliki arti yang berbeda dari rendah diri atau minder.  Merendahkan diri merupakan lawan kata dari meninggikan diri;  merendahkan diri berarti membiarkan diri kita berada di tempat yang lebih rendah dari orang lain, di mana kita bersikap apa adanya, terbuka dengan kelemahan kita.  Merendahkan diri di hadapan Tuhan berarti menyadari akan kekurangan, keterbatasan dan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan;  kita sadar bahwa di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa  (baca  Yohanes 15:5).  Juga berarti menyadari akan keberadaan kita sebagai orang berdosa dan memohon pengampunanNya.  Dan  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  Merendahkan diri di hadapan Tuhan disebut pula sebagai orang yang rendah hati dan  "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya."  (Amsal 3:34).  Oleh karena itu marilah kita berkata jujur kepada Tuhan, mengakui segala dosa dan pelanggaran yang telah kita perbuat, maka Dia akan mengampuni dan memulihkan kita.

     Merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa adalah awal menuju kepada pemulihan!  


"Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu."  Yoel 2:25
Alkitab menyatakan bahwa jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak pernah dipandang hina oleh Tuhan  (baca  Mazmur 51:19).  Sebaliknya Tuhan sangat membenci orang yang suka meninggikan diri, angkuh dan sombong seperti yang diperbuat oleh seorang Farisi saat berdoa  (baca  Lukas 18:9-14).  Kesombongan adalah salah satu penyebab Tuhan memalingkan mukaNya terhadap seseorang, padahal yang meninggikan diri juga sulit mengakui segala kelemahan dan dosa-dosanya.  Jika demikian, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menemukan pemulihan.  "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;"  (Yesaya 2:11).  Jadi  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."   (Yakobus 4:6).

     Yang kedua, kita harus memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan.  Banyak orang Kristen yang tekun berdoa ketika dalam masalah saja, namun saat segala sesuatunya berjalan baik dan lancar mereka tidak lagi sungguh-sungguh mencari Tuhan.  Tuhan mau kita berdoa dengan tiada berkeputusan dan tidak jemu-jemu di segala keadaan.  Itulah jawaban mengapa kita jarang beroleh jawaban atas doa-doa kita, yaitu karena kita tidak tekun berdoa.  Mencari Tuhan harus menjadi fokus utama dalam kehidupan kita,  "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN."  (Mazmur 9:11), oleh karena itu,  "Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!"  (Mazmur 105:4).  Jangan hanya menginginkan berkatNya saja, sementara kita tidak mau mencari wajah-nya.  "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).

     Selanjutnya, kita harus bertobat dengan sungguh:  meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru  (baca  2 Korintus 5:17), artinya tidak lagi hidup menurut keinginan daging, tetapi menurut pimpinan Roh Kudus.

Tuhan pasti pulihkan hidup kita asal kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki!

Sunday, February 22, 2015

RANCANGAN TUHAN BAGI KITA

Kejadian 1:1-31
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."  Kejadian 1:26
Keberadaan kita di bumi ini bukanlah hasil evolusi, melainkan dirancang dan diciptakan oleh Tuhan.  Bahkan kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia melebihi ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya, karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Dia.  Jadi kita ada bukan karena kebetulan, di balik itu semua Tuhan memiliki rancangan yang indah dan luar biasa atas hidup kita.

     Adapun rancangan Tuhan dalam hidup kita adalah:  Pertama, untuk memperoleh berkat Tuhan.  Tertulis:  "Allah memberkati mereka,"  (ayat 28).  Jika keadaan kita sepertinya belum berubah dan belum mengalami berkat-berkat Tuhan, jangan kecewa.  Kita harus dengan iman berkata bahwa hidup kita pasti diberkati Tuhan.  Memang, akibat dosa, manusia hidup di bawah kutuk, tapi Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mengubah kutuk itu menjadi berkat.  Ia datang untuk memulihkan segala sesuatu yang telah rusak.  "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'"  (Galatia 3:13).  Tuhan Yesus sendiri menegaskan,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).

     Kedua, untuk beranak cucu dan hidup produktif.  "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi..."  (ayat 28).  Kata  'produktif'  di sini bukan hanya dalam hal keturunan, tetapi juga menghasilkan hal-hal yang baik bagi Tuhan sesuai dengan talenta dan karunia yang Dia berikan.  "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (Efesus 2:10).  Tuhan menghendaki kita menghasilkan keturunan-keturunan yang berkarakter Ilahi;  dan melalui pekerjaan baik yang kita lakukan, kehidupan kita akan menjadi berkat dan kesaksian bagi dunia.  Inilah kehendak Tuhan bagi kita, karena keberadaan kita di tengah-tengah dunia adalah sebagai terang dunia dan garam dunia  (baca  Matius 5:13-16).  Kalau garam itu menjadi tawar, bukankah ia tidak berguna lagi, selain dibuang?


"Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu."  Kejadian 2:8
Rancangan Tuhan bagi kita selanjutnya adalah untuk berkuasa.  "...berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  (Kejadian 1:28).  Kuasa untuk menaklukkan segala kedagingan;  menaklukkan segala pikiran negatif;  menaklukkan kegagalan, kemiskinan, sakit penyakit;  menaklukkan segala tipu muslihat Iblis;  menaklukkan segala rintangan yang menghalangi langkah kita untuk meraih kemenangan.  Firman Tuhan menegaskan bahwa kita ini dirancang untuk menjadi pemenang dan bukan pecundang.  "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37), karena Roh yang ada di dalam kita itu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia ini  (baca  1 Yohanes 4:4),  yaitu  "...roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).

     Di samping itu Tuhan merancang kita untuk bekerja dan melayani Dia.  Dikatakan,  "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu."  (Kejadian 2:15).  Ketika Adam diciptakan, Tuhan menempatkan dia di taman Eden.  Tuhan memberikan tugas kepadanya untuk mengusahakan dan merawat taman itu.  Kata  'mengusahakan dan memelihara'  memiliki arti melakukan pekerjaan.  Jadi Tuhan menghendaki Adam bekerja, bukan bermalas-malasan atau berpangku tangan saja.  Demikian pula kita ini dirancang Tuhan untuk bekerja bagi Dia.  Bahkan rasul Paulus dengan keras mengatakan,  "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  (2 Tesalonika 3:10).  Yakobus pun menambahkan bahwa,  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).

     Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bekerja bagi Tuhan, karena Tuhan telah memberikan kepada kita talenta dan karunia yang berbeda-beda.  Jadi  "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).

BERUBAH DAN BERBUAH


Baca:  Mazmur 92:1-15

"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya."  Mazmur 92:15
Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia.  Dengan demikian kebenaran kita itu berdampak dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan namaNya.

     Kita dapat dikatakan  'berbeda'  bila ada perubahan hidup yang benar-benar nampak dan bisa dilihat oleh orang lain dengan ditandai buah-buah Roh.  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Berubah dan berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya.  Inilah kehendak Tuhan itu:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2), dan  "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."  (Yohanes 15:8).

     Mengapa setiap orang percaya harus berubah dan berbuah?  Seorang Kristen dapat dikatakan berubah apabila karakternya juga berubah.  "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  (1 Korintus 13:11).  Berubah berarti bergerak menuju ke arah Kristus dengan meninggalkan sifat kanak-kanak dan bertumbuh menjadi dewasa rohani.  Bukankah masih banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan dan ditinjau dari sudut umur pun sudah dewasa (tua), namun mereka tetap saja memiliki kerohanian yang kerdil?  "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil."  (Ibrani 5:12-13).

     Jangan terus menjadi bayi atau kanak-kanak rohani!  Jadilah orang Kristen yang makin hari makin dewasa.  Perubahan karakter adalah salah satu tandanya.


Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah."  Roma 7:4
Buah merupakan indikator sebuah pohon sehat.  Setiap pohon sehat pasti akan menghasilkan buah pada waktunya.  Sebaliknya pohon yang tidak sehat sulit sekali untuk berbuah.  Demikian pula orang percaya yang  'sehat'  rohaninya pasti menghasilkan buah-buah sesuai pertobatannya.  Buah-buah yang dimaksudkan adalah buah-buah Roh, yaitu  "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."  (Galatia 5:22-23a).  Sedangkan di dalam diri orang Kristen yang  'sakit'  rohaninya mustahil ada buah-buah Roh.

     Keberadaan kita ini diibaratkan sebuah ranting dan Tuhan Yesus adalah pokok anggurnya.  Tuhan berkata,  "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."  (Yohanes 15:2).  Dikatakan bahwa ranting yang tidak berbuah akan dipotongNya dan kemudian dicampakkan ke dalam api dan dibakar.  Itulah akhir dari pohon yang tidak menghasilkan buah.  Demikian pula perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah:  sudah tiga tahun lamanya si pemilik kebun tidak menemukan buah pada pohon aranya sehingga ia pun memerintahkan pengurus kebunnya untuk menebang pohon itu dengan berkata,  "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!"  (baca  Lukas 13:6-9).

     Setiap orang percaya tidak bisa menghindarkan diri dari proses  'berubah dan berbuah'  ini.  Mengapa demikian?  Karena hidup yang berubah dan berbuah adalah syarat untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita.  Kadangkala kita merasa bahwa janji Tuhan itu sangat jauh dari kehidupan kita;  dan kita pun berpikir bahwa Tuhan itu ingkar akan janji-janjiNya.  Tidak sama sekali!  Tak satu pun janji Tuhan yang tidak ditepatiNya.  Pada saat yang tepat pasti digenapiNya!

Sebelum Tuhan menggenapi janjiNya Ia terlebih dahulu memproses dan membentuk kita supaya kita benar-benar menjadi orang Kristen yang makin hari makin dewasa di dalam Dia, sehingga kehidupan kita pun menjadi kesaksian yang memuliakan namaNya.

MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Perbuatan!

Amsal 4:1-27
"Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan."  Amsal 4:27
Saat dilanda persoalan atau pergumulan yang hebat banyak dari kita yang cenderung mengalami kemerosotan rohani.  Kita tidak mampu lagi menjaga kualitas hidup rohani kita.  Semakin besar masalah menerpa bukannya makin mendekat kepada Tuhan, tapi kita semakin menjauh.  Bahkan kita menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan dengan mengomel, mengumpat, kecewa, jengkel, marah dan menyalahkan Tuhan.  Hal ini pun berimbas pada keseharian kita:  malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah.  Kemudian kita mencoba menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia, dan akhirnya kembali kepada kehidupan lama.  Kita tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menuruti keinginan daging.  Alkitab menegaskan,  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).

     Kalau kita kembali kepada kehidupan lama, siapa yang diuntungkan?  Iblis!  Ia  (Iblis)  akan lebih mudah menyerang kehidupan kita sehingga kita makin terpuruk dan jatuh.  Karena itu dalam menantikan janji Tuhan kerohanian kita jangan sampai loyo dan semangat melayani Tuhan jangan mengendor.  Dalam Roma 12:11 dikatakan,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  Sesulit apa pun situasinya mari tetap mengutamakan Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati.  Janganlah seperti Esau yang rela menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan  (baca  Ibrani 12:16-17).  Akhirnya penyesalan pun tiada guna.  Jangan pula seperti para pengikut Daud saat Ziklag terbakar, yang hendak melempari Daud dengan batu.  Namun Daud dalam keadaan terjepit dan pergumulan yang berat dapat menjaga sikap dan perilakunya dengan menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan  (baca  1 Samuel 30:6).

     Daud melakukan tindakan yang benar:  datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan kepadaNya.  Ia tidak bertindak mengandalkan kekuatannya sendiri.

Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan, karena itu jagalah perilaku dan tetap hidup benar di hadapan Tuhan supaya janjiNya dinyatakan bagi kita tepat pada waktuNya.

Sunday, January 4, 2015

MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Ucapan

"namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."  Habakuk 3:18

Setiap kita pasti mengharapkan janji-janji Tuhan yang tertulis dalam Alkitab tergenapi dalam hidup kita meski hal itu membutuhkan proses penantian;  dalam menantikan janji Tuhan tersebut mungkin kita mengalami pergumulan yang tidak mudah:  masalah, kesesakan, situasi, keadaan sulit acapkali melemahkan iman dan membuat kita kehilangan fokus, padahal kita butuh iman yang teguh dan juga tindakan sebagai langkah iman.

     Habakuk mengalami situasi yang buruk dan berada di tengah-tengah keadaan yang tidak pasti, di mana pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang.  Secara manusia tidak ada harapan!  Jadi sebenarnya Habakuk punya alasan untuk menjadi lemah, kecewa dan putus asa, namun ia tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan.  Hal yang sama dilakukan Daud saat Ziklag terbakar, di mana ia tetap  "...menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya."  (1 Samuel 30:6b).

     Kita harus menyadari bahwa untuk dapat menerima janji Tuhan dibutuhkan tindakan dari pihak kita, sebab  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17), karena  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).  Maka kita harus melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan.  Mungkin saja keadaan di sekitar kita begitu buruk, tidak ada sesuatu pun yang baik nampaknya, tapi kita harus tetap percaya kepada Tuhan dan melangkah dengan iman.

     Kita pun harus bisa menjaga sikap kita sembari menantikan janji Tuhan tersebut, antara lainmenjaga lidah atau ucapan kita.  Lidah memegang peranan yang sangat penting dalam hidup seseorang,  "...walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar."  (Yakobus 3:5a).  Banyak orang Kristen tidak menyadari akan hal ini.  Akibatnya kita mudah sekali memperkatakan hal-hal yang buruk dan negatif.  Alkitab dengan tegas menyatakan,  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21). 


"Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;"  Mazmur 39:2

Ketika apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan seringkali yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata negatif sebagai ungkapan rasa kesal, kecewa dan marah.  Berhati-hatilah, sebab ucapan kita ibarat benih, suatu saat akan tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah.  Ada tertulis:  "Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya."  (Amsal 18:20).  Pilihan ada pada kita:  memperkatakan yang baik atau buruk.  Bila sampai hari ini kita belum melihat apa yang baik janganlah bersungut-sungut atau mengomel, tetap perkatakan yang positif, ucapkanlah berkat, maka suatu saat berkat atau hal-hal positif itu akan benar-benar terjadi dalam hidup kita.  Ada kalimat bijak:  'Your word will save your world!'  Artinya perkataan kita dapat menyelamatkan dunia, perkataan kita dapat membentuk hidup kita.  Jika kita memperkatakan yang positif, maka yang positif ini akan mempengaruhi pikiran dan tindakan kita.  Begitu pula sebaliknya!  Karena itu  "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."  (Kolose 4:6).

     Sebagai orang percaya kita memiliki kuasa perkataan yaitu perkataan di dalam nama Yesus.  Itu bukanlah perkataan biasa, melainkan perkataan yang mengandung kuasa dahsyat bila diucapkan dengan iman,  "... bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu."  (Bilangan 14:28).  Ini berarti Tuhan akan mengerjakan apa yang kita perkatakan.  Jika Tuhan yang melakukan, tidak ada yang mustahil, karena Ia sanggup menjadikan yang tidak ada menjadi ada.  Namun kadang yang kita lihat dan alami justru sebaliknya, yaitu kesulitan demi kesulitan.  Jangan berkecil hati, percayalah dan terus perkatakanlah, maka seperti Tuhan menggenapi janjiNya kepada Yusuf, hal yang sama akan dilakukanNya bagi kita.

     Sebesar apa pun persoalan kita hari-hari ini jangan sampai menyurutkan iman kita sehingga kita tidak berani berkata-kata positif.  Perkatakan firman setiap hari, maka kuasa Tuhan akan bekerja dalam hidup kita.  Sesuatu yang luar biasa pasti akan terjadi!

"...tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  Markus 11:23

RAHSIA HIDUP DANIEL

"Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya."  Daniel 1:20

Hari ini kita belajar dari seorang muda yang mampu  'mengalahkan'  dunia.  Daniel adalah orang muda yang memiliki roh luar biasa dan memiliki kualitas hidup di atas rata-rata.  Dalam bahasa Ibrani nama  'Daniel'  memiliki arti  'Tuhanlah hakimku'.  Kata  'hakim'  sendiri memiliki makna yang sangat luar biasa, suatu gambaran tentang kebijaksanaan yang di dalamnya terkandung hikmat, kekudusan, intelektual dan juga integritas.  Daniel adalah salah seorang dari orang-orang muda pilihan yang ditangkap dan dibawa oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Yerusalem runtuh. "...orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim."  (Daniel 1:4).  Di negeri Babel, oleh pemimpin pegawai istana, nama Daniel diganti menjadi Beltsazar.

     Meski berada di negeri pembuangan, grafik kehidupan Daniel bukannya makin merosot, justru sebaliknya makin hari makin naik seperti janji firmanNya,  "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,"  (Ulangan 28:13).  Keberhasilan Daniel didapat bukan karena melakukan kecurangan, suap atau kompromi, tapi karena ia memiliki kualitas hidup yang  'berbeda'  dari orang lain.  Inilah yang dilakukan Daniel:  pertama, ia berkomitmen untuk hidup kudus.  Bukanlah perkara yang mudah bagi anak muda untuk tidak menajiskan diri dari perkara-perkara duniawi.  "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya."  (Daniel 1:8).

     Daniel bersikap tegas dan tidak mau berkompromi sedikit pun dengan dosa dan tetap berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidupnya.  Apa kuncinya?  "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.  (Mazmur 119:9).


"Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel."  Daniel 2:48

Rahasia hidup Daniel kedua adalah memiliki pergaulan yang baik.  Ia tidak sembarangan bergaul dan sangat selektif memiliki teman, sebab ia sadar bahwa  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Karena itulah Daniel membangun hubungan dengan teman-teman yang sama-sama takut akan Tuhan dan memiliki kerohanian yang baik pula, sehingga mereka dapat saling mendukung, menasihati, mengingatkan dan menguatkan.  "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  (Amsal 27:17).  Berhati-hatilah dalam bergaul!  Dengan siapa kita bergaul dan siapa teman-teman di sekitar kita sangat mempengaruhi pola pikir dan juga menentukan perjalanan hidup kita, akan seperti apa kita dikemudian hari, sebab  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).  Daniel pun memilih Hananya, Misael dan Azarya sebagai sahabat-sahabatnya.  

     Hal ketiga adalah Daniel berkomitmen untuk memelihara kehidupan doanya setiap hari.  Ia senantiasa menyediakan waktu khusus untuk Tuhan tiga kali sehari berlutut, berdoa dan memuji-muji Tuhan.  Tertulis:  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11).  Sebagai pejabat pemerintahan tentunya Daniel punya banyak aktivitas dan kesibukan;  meski demikian ia tidak pernah lalai menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan.  Di segala keadaan Daniel tetap tekun berdoa.  Hal ini menunjukkan bahwa ia senantiasa mengandalkan Tuhan dan melibatkan Dia di segala aspek hidupnya.

     "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).  Itulah sebabnya apa saja yang dikerjakan Daniel senantiasa berhasil dan beruntung, karena tangan Tuhan selalu campur tangan.

"Dan Daniel ini mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius dan pada zaman pemerintahan Koresh, orang Persia itu."  Daniel 6:29

ORANG PERCAYA: Mengalahkan Dunia


"sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita."  1 Yohanes 5:4

Ada banyak orang Kristen yang terheran-heran dan kasak-kusuk ketika melihat rekan sesama orang Kristen melakukan pekerjaan dengan sangat baik, rajin, jujur, disiplin, tekun sehingga menjadi orang yang berhasil bukan hanya dalam bidang konvensional saja, dalam hal pelayanan pun dipakai Tuhan secara luar biasa.  Aneh bukan?!!  Sesungguhnya itu adalah hal yang wajar.  Sebaliknya jika ada orang Kristen yang malas, yang melakukan pekerjaan dengan sangat buruk, pelayanannya amburadul dan tidak bisa menjadi kesaksian yang baik, kita menganggapnya sebagai hal yang lumrah dan biasa.  Inilah yang seharusnya membuat kita terkejut dan terheran-heran.

     Sejak semula Tuhan memiliki rancangan luar biasa bagi setiap orang percaya.  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Kita dirancang Tuhan untuk menjadi pribadi luar biasa dan berbeda dari orang-orang di luar Tuhan.  Bukan menjadi looser, tapiwinner.  Perlu kita sadari bahwa di dalam diri setiap orang percaya terdapat potensi Ilahi, suatu benih luar biasa yang merupakan modal bagi kita untuk menjadi pribadi luar biasa dan memiliki kehidupan yang luar biasa pula.  Benih itu adalah iman kita.  Iman inilah yang memampukan kita untuk  'mengalahkan'  dunia.  Tapi ingat, benih tidak akan tumbuh dan menghasilkan buah yang lebat jika ia dibiarkan begitu saja.  Jadi benih itu harus ditumbuhkan terlebih dahulu:  dirawat, diberi pupuk, diairi, dibersihkan ranting-rantingnya.  Karena itulah keberadaan kita di tengah dunia ini harus berdampak positif.  Dengan kata lain kita harus bisa menjadi berkat dan kesaksian yang baik bagi orang-orang di luar Tuhan, bukan batu sandungan.

     Bila sampai saat ini kita belum bisa mengalahkan dunia, melainkan hanya menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, bukan pribadi yang luar biasa, pasti ada yang salah dalam diri kita, artinya masalahnya ada pada diri kita sendiri.  Seringkali kita menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan yang ada, bahkan kita complain dan berani menyalahkan Tuhan.


"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,"  Yesaya 42:6

Ada tertulis:  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).  Jadi  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).  Ini menunjukkan ada harga yang harus kita bayar untuk bisa mengalahkan dunia dan menjadi orang-orang yang berdampak.  Pertanyaannya:  "Siapakah kita menjadi perhatian dunia?"  Kita bisa mengalahkan dan bahkan mengubah dunia di mana pun kita berada, tempat di mana kita berinteraksi langsung.  Inilah yang dimaksud  "...kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Jadi kita tidak harus menjangkau tempat yang jauh-jauh, namun di lingkungan terdekat sudahkah kita menjadi berkat?

     Siap atau tidak siap, mau tidak mau, Tuhan ingin kita menjadi berkat supaya melalui perbuatan kita namaNya dipermuliakan.  "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  (Matius 5:16).  Kalau yang kita lakukan itu tidak baik, lebih jelek atau  'setali tiga uang'  dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, apa istimewanya kita?  Pasti orang dunia tidak akan mau melihat kita.  Satu-satunya jalan adalah memiliki kehidupan dan karya yang lebih baik dari orang dunia, barulah mereka akan tertarik membicarakan kita, melihat kita dan akhirnya datang kepada kita.

     Akhirnya, bagaimana kita bersikap dan bertindak akan menentukan  'kualitas dan posisi'  kita di mata dunia.  Karena itu kita harus mengarahkan iman kita kepada Tuhan, mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif.  "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  (Filipi 4:8), dan praktekkan iman itu dalam perbuatan nyata.

Orang Kristen yang benar mampu mengalahkan dunia dengan iman dan perbuatannya!

MENGASIHI TUHAN: Melakukan KehendakNya!

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu."  Matius 22:37

Waktu bergulir begitu cepatnya, tiada terasa kaki kita telah memasuki bulan penghujung di tahun 2013.  Masihkah kita secara konsisten mengasihi Tuhan?

     Adalah mudah bagi setiap orang Kristen untuk mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan.  Namun dalam prakteknya tidaklah semudah yang dikatakan.  Mengasihi Tuhan harus diwujudkan dengan perbuatan atau tindakan nyata.  Tuhan berkata,  "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."  (Yohanes 14:21).  Tanda utama yang membuktikan bahwa seseorang mengasihi Tuhan adalah ketika ia hidup dalam ketaatan.  Karena itu setiap anak Tuhan harus giat mengembangkan hubungan secara pribadi dengan Tuhan.  Membangun keintiman dengan Tuhan adalah langkah awal untuk mengasihi Tuhan.  Semakin kita intim dengan Tuhan semakin kita mengenal PribadiNya dan semakin kita dikenal oleh Tuhan, seperti tertulis,  "Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah."  (1 Korintus 8:3).  Namun ada tercatat demikian:  "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:21-23).  Orang yang bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat bukanlah orang Kristen biasa atau jemaat awam, tapi sudah terlibat dalam pelayanan atau hamba Tuhan yang memiliki 'jam terbang' pelayanan sangat tinggi.  Tapi Tuhan menegaskan bahwa Ia tidak mengenal mereka.

     Ternyata keaktifan seseorang dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak menjamin bahwa ia dikenal oleh Tuhan secara pribadi, bila ia sendiri tidak hidup dalam ketaatan dan melakukan kehendakNya.


"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  1 Korintus 2:9

Bisakah kita disebut mengasihi Tuhan bila kita sendiri tidak bisa mengasihi orang lain, hati kita dipenuhi dengan kebencian, kepahitan, dendam, sakit hati dan tidak mau mengampuni?  Tertulis: "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya."  (1 Yohanes 4:20-21).  Artinya, orang Kristen hanya akan dapat mengasihi saudara-saudaranya seiman dengan benar setelah ia lebih dahulu mengasihi Tuhan dengan benar.  Mustahil mengasihi Tuhan dengan benar bila masih membenci saudara seiman lainnya.

     Ada banyak keuntungan jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh:  1.  Tidak hidup dalam ketakutan.  "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih."  (1 Yohanes 4:18).  Semakin besar kasih kita kepada Tuhan semakin hilang pula rasa takut yang menyerang kita.  Sebaliknya semakin kita memusatkan pikiran kepada perkara-perkara duniawi ini kita akan sangat mudah dikuasai oleh ketakutan.  Karena itu Tuhan mengingatkan kita untuk tidak takut, meainkan makin percaya dan mengasihi Dia lebih lagi.  Inilah janjiNya,  "Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit."  (Matius 10:30-31).  Ia menegaskan,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  2.  Mampu mengatasi semua persoalan.  Tuhan berkata,  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20).

     Orang benar adalah orang yang melakukan kehendak Tuhan dan mengasihiNya.  Terhadap orang benar Tuhan akan menyatakan kasih, pemeliharaan dan pertolonganNya.

Jika Tuhan di pihak kita, kita akan tampil sebagai pemenang karena Dia turut bekerja dalam perkara hidup kita.