HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Tuesday, December 10, 2013

KESEMPATAN DI BALIK KESUKARAN


"Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."  Bilangan 13:31

Sebelum menduduki Tanah Perjanjian Tuhan memerintahkan Musa mengirimkan beberapa orang untuk menyelidiki tanah tersebut,  "Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka haruslah kausuruh seorang, semuanya pemimpin-pemimpin di antara mereka."  (Bilangan 13:2).  Akhirnya Musa pun menyuruh orang-orang sesuai dengan perintah Tuhan, dan orang-orang itu adalah kepala-kepala di antara orang Israel.  Jumlah mereka ada 12 orang banyaknya, dan  "Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu,"  (Bilangan 13:25).  Masing-masing dari mereka memberikan laporan hasil investigasi selama 40 hari tersebut.

     Inilah laporan mereka:  sepuluh orang memberikan laporan yang membuat banyak orang merinding mendengarnya.  Apa yang disampaikan mereka itu benar-benar membuat ciut nyali, mematahkan semangat dan menciptakan ketakutan yang luar biasa. "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."  (Bilangan 13:31).  Mengapa mereka berkata demikian?  Inilah alasannya:  "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."  (Bilangan 13:32-33).  Sepuluh orang begitu membesar-besarkan masalah dan kesulitan yang sedang dihadapi sehingga fokus mereka hanya tertuju kepada ketidakberdayaan, ketidakmampuan, keterbatasan dan kemustahilan.  Mereka tidak mampu melihat sedikitpun kesempatan di balik kesukaran.  Bagi mereka kesukaran adalah bencana dan akhir dari segalanya.  Hal ini berdampak buruk bagi orang-orang yang mendengarnya.

     Sebagian besar umat Israel turut terintimidasi perkataan-perkataan negatif yang ke luar dari mulut sepuluh orang pengintai itu.  Padahal  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10). 

 

"Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"  Bilangan 13:30

Kita harus menyadari bahwa selama kaki kita masih menginjak bumi, masalah dan kesukaran selalu ada di mana saja dan kapan saja.  Itu bisa menimpa siapa saja tanpa memandang bulu.  Akankah kita terus larut dalam masalah dan kesukaran yang ada?  Tawar hati hanya akan membuat semangat hidup kita padam dan iman menjadi lemah.  Mata rohani pun menjadi buta sehingga kita tak mampu melihat kebesaran kuasa Tuhan.  Tuhan menjadi tampak kecil sedangkan persoalan kian menjadi besar.

     Inilah yang terjadi pada bangsa Israel ketika mendengar laporan negatif dari sepuluh orang pengintai.  Bangsa Israel menangis dengan suara nyaring, menyesali diri, menyalahkan pemimpin, bahkan menyalahkan Tuhan dan meminta untuk kembali ke Mesir  (baca  
Bilangan 14:1-4).  Namun Kaleb dan Yosua tampil sebagai pribadi yang berbeda.  Keduanya memiliki Roh yang berbeda, di mana mereka mampu melihat kesempatan di balik kesukaran yang ada meskipun secara kasat mata mustahil bisa mengalahkan musuh, karena penduduk Kanaan memiliki perawakan tinggi-tinggi seperti raksasa.  Namun Kaleb dan Yosua tidak terbawa arus, keduanya tetap menguatkan hati dan tidak memusatkan perhatian pada masalah dan kesukaran, tapi mengarahkan mata rohaninya kepada Tuhan yang hidup, yang memiliki rencana yang indah bagi kehidupan mereka.  Visi inilah yang membuat keduanya mampu menguasai keadaan dan bersikap tenang.  Mereka sangat percaya akan rencana Tuhan membawa bangsa Israel ke luar dari Mesir ke  "...suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus."  (Keluaran 3:8);  bukan untuk mati di padang gurun, tetapi mewarisi tanah Kanaan, tanah Perjanjian.

     Dalam kesukaran selalu ada kesempatan yang terbuka ketika kita menaruh pengharapan kepada Tuhan, bukan mengandalkan kekuatan dan kemampuan manusia, karena kuasa Tuhan sangat tak terbatas, sementara kekuatan manusia sangatlah terbatas!

"Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?"  Yeremia 32:27


Friday, November 29, 2013

MENOLAK UNDANGAN TUHAN

"Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf."  Lukas 14:18a

Perikop dari pembacaan firman hari ini adalah perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih.  Dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus menggambarkan hal Kerajaan Sorga seperti seorang Tuan yang sedang mengadakan jamuan yang besar dan mengundang banyak orang untuk datang di pestanya.  Biasanya orang akan antuasias ketika diundang ke sebuah pesta.  Pesta atau jamuan besar itu identik dengan makanan enak dan acara meriah.  Namun dalam kisah ini respons orang-orang yang diundang justru sangat mengejutkan, sekaligus mengecewakan.  Mereka malah menolak undangan itu dengan berbagai dalih atau alasan, padahal si Tuan yang empunya acara ini berkata,  "...rumahku harus penuh."  (ayat 23).  Menolak undangan berarti kehilangan kesempatan untuk menikmati perjamuan.

     Inilah gambaran dari orang-orang yang menganggap remeh berita salib!  Memang, "...pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  (1 Korintus 1:18).  Mereka secara terang-terangan menolak anugerah keselamatan yang ditawarkan Allah melalui PuteraNya Yesus Kristus.  Padahal  "...begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah."  (Yohanes 3:16-19).  Tidak sedikit pula orang yang dengan sengaja melecehkan dan mempermainkan nama Yesus Kristus.  Padahal hanya oleh iman di dalam Yesus Kristus kita diselematkan.

     Kita yang sudah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan pun acapkali menyia-nyiakannya dengan tidak mengerjakan keselematan itu dengan hati yang takut dan gentar  (baca  Filipi 2:12-13).  Kita tidak lagi merespons dengan benar keselamatan yang telah kita terima dengan cuma-cuma itu dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan, dan menganggapnya sebagai hal yang biasa!


"Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."  Matius 22:14

Kalau kita menyadari bahwa hidup ini adalah karena kasih karunia Tuhan semata, maka seharusnya kita memiliki respons yang benar akan keselamatan yang Tuhan berikan dan juga panggilanNya.  Sampai saat ini pintu anugerah keselamatan dan berkat-berkatNya masih terbuka dan tersedia untuk siapa pun yang mau datang memenuhi undangan Tuhan.  Tapi masih banyak dari kita yang tidak mengalami dan menikmati berkat-berkat Tuhan sepenuhnya, padahal kita telah percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.  Yang menjadi persoalan adalah kita memiliki banyak sekali alasan untuk menghindari undangan Tuhan.  Alasan-alasan inilah yang dijadikan senjata oleh Iblis untuk menjauhkan orang percaya dari kasih karunia Tuhan.  Alasan dan dalih sesungguhnya adalah bentuk dari pelemparan tanggung jawab.  Orang yang suka mencari-cari alasan atau dalih adalah orang yang tidak punya rasa tanggung jawab dan sulit untuk bisa dipercaya.

     Inilah yang seringkali menjadi alassan banyak orang untuk menolak dan menghindari undangan Tuhan Yesus:  1.  Karena harta kekayaan.  Mereka berkata,  "Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan."  (Lukas 14:18).  Ladang berbicara tentang harta kekayaan.  Seringkali banyak orang lebih mengasihi harta kekayaannya daripada mengasihi Tuhan, hatinya melekat kepada harta dan tidak lagi kepada Tuhan;  lebih mengutamakan perkara-perkara duniawi daripada rohani;  uang, rumah mewah, mobil, perhiasan dan sebagainya telah membutakan mata rohani mereka.  Kita bisa belajar dari pengalaman orang muda yang kaya  (baca  Matius 19:16-26), yang lebih memilih meninggalkan Yesus daripada harus membagi hartanya kepada orang miskin.  Kita patut bersyukur jika Tuhan melimpahkan berkat melimpah, namun semua itu tidak boleh menjadi berhala dalam hidup kita atau mengalihkan fokus kita dari Tuhan.  Jika itu terjadi, itu merupakan kejahatan di mata Tuhan.

     Di zaman sekarang ini orang lebih beriorientasi mengejar harta siang dan malam, sementara ibadah, pelayanan dan menabur tidak mereka pedulikan sama sekali.  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"  (Matius 16:26).


"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku."  Matius 10:38

Alasan yang ke-2 adalah:  pekerjaan.  Perhatikan ini:  "Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya;"  (Lukas 14:19).  Ini berbicara tentang pekerjaan, karir atau bisnis.  Seringkali karena kesibukan kita dalam bekerja, berkarir dan berbisnis kita tidak punya waktu berdoa dan merenungkan firman Tuhan, jam-jam ibadah kita abaikan.  Kita juga menolak melayani Tuhan dengan alasan sibuk dan tidak ada waktu luang sedikit pun.  Kita lebih mementingkan pekerjaan daripada bersekutu dengan Tuhan.

     Pekerjaan, karir atau bisnis adalah salah satu cara Tuhan memberkati hidup kita.  Tetapi apabila itu kita anggap lebih penting daripada beribadah kepada Tuhan, maka akan menjadi berhala bagi kita.  Itu akan membuat seseorang makin jauh dari panggilan Tuhan.  Padahal,  "Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah-sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur."  (Mazmur 127:1-2).  Ketaatan kita kepada Tuhan harus menjadi prioritas utama dalam hidup.  "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).

     Alasan selanjutnya adalah:  karena keluarga.  "Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang."  (Lukas 14:20).  Keluarga adalah orang-orang yang sangat kita kasihi, suami, isteri dan anak-anak adalah bagian hidup kita.  Bersama mereka kita menjalani hari-hari suka maupun duka.  Mereka sungguh sangat berarti!  Tanpa supportmereka kita tidak takkan mampu meraih semua harapan dan keinginan.  Meski demikian kita harus tetap menempatkan Tuhan sebagai segala-galanya bagi kita.  Seringkali keinginan menyenangkan suami, isteri atau anak-anak melebihi ketaatan dan kasih kita kepada Tuhan.  "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku."  (Matius 10:37-38).

Utamakan Dia lebih dari apa pun di dunia ini agar kehidupan kita berkenan kepada Tuhan!

Friday, November 8, 2013

HIDUP YANG DIPERKENAN TUHAN

"Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."  2 Korintus 6:2

Orang Kristen sejati tidak identik dengan orang yang pandai berkotbah, memiliki jam terbang pelayanan yang padat, memiliki karunia-karunia luar biasa, menjadi penulis buku-buku rohani, pengarang lagu rohani dan juga penyanyi rohani yang terkenal, ataupun yang dapat berkata-kata tentang kasih Tuhan dengan bahasa yang bagus dan indah di hadapan khalayak ramai, melainkan seseorang yang di dalam dirinya ada kasih Kristus yang dinyatakan melalui perkataan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.  Artinya ia benar-benar meneladani Kristus dalam hidupnya.  Ketika kita mempraktekkan kasih atau benar-benar hidup di dalam kasih, kita akan menjadi kesaksian dan berkat bagi orang lain.  Kehidupan kekristenan tanpa ada kasih di dalamnya adalah sebuah kehidupan yang kosong dan tanpa makna.  Kita patut bersyukur karena kita adalah umat yang dikasihi Allah,  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).

     Yesus diutus datang ke dunia untuk menyatakan kasih Bapa yang kekal kepada kita.  OlehNya kita beroleh dan menikmati kasih yang sejati.  Dengan kasih Tuhan kita akan hidup di dalam berkat-berkatNya, pemulihan, kelepasan, terbebas dari dosa.  Karena kasih Tuhan inilah kita beroleh kesanggupan mengekspresikan sifat Allah yang penuh kasih kepada sesama kita.  Karena kasih Tuhan kita menerima perkenanan dari Tuhan.  Karena kasih Tuhanlah kita dikenan oleh Tuhan.  Kita tidak mungkin mendapatkan perkenanan dari Tuhan jika kita tidak mendapatkan kasih Tuhan terlebih dahulu.

     Kini bukan waktunya lagi bagi kita menjadi orang-orang Kristen yang biasa yang hanya percaya kepada Tuhan Yesus saja, tapi kita harus mengejar bagaimana kita menjadi orang Kristen yang bisa dipercaya oleh Tuhan Yesus.  Beroleh kepercayaan dari Tuhan adalah sesuatu yang sangat tak ternilai harganya.  Oleh karena itu jangan sia-siakan setiap kepercayaan yang Dia berikan untuk kita.  Lakukan itu dengan setia dan penuh ketaatan, karena tidak semua orang beroleh kesempatan itu!

Dipercaya Tuhan berarti kita istimewa di mata Tuhan dan sangat dikasihiNya!

Sunday, October 20, 2013

BERJALAN DALAM KEBENARAN TUHAN

"Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia."  Matius 24:37

Keselamatan yang dialami oleh Nuh dan keluarganya adalah upah dari ketaatannya.  Nuh telah terbukti mampu hidup dalam kebenaran meski berada di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan kejahatan.

     "Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."  (Kejadian 6:9).  Ketika orang-orang sezamannya lebih memilih hidup menurut keinginan daging dan memuaskan hawa nafsunya, Nuh justru secara konsisten berjalan dalam kehendak Tuhan.  Ia senantiasa membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan;  dan terhadap orang yang bergaul karib denganNya Tuhan menyatakan diriNya sebagai sahabat, sehingga "...perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).  Isi hati, kehendak dan rencana Tuhan pun disampaikan kepada Nuh:  "...sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa."  (Kejadian 6:17).

     Meskipun orang-orang di sekitarnya mencemooh, mencibir, mengintimidasi, mentertawakan dan menilai tindakan Nuh membuat bahtera adalah konyool, karena waktu itu tidak ada tanda akan turun hujan, tak sedikit pun melemahkan dan menggoyahkan imannya.  Nuh  "...dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan-dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya;  (Ibrani 11:7).  Tanpa memiliki iman yang teguh serta penyerahan hidup penuh kepada Tuhan mustahil Nuh dapat mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya.  Hal ini membuktikan bahwa ia memiliki integritas!  Nuh berprinsip  "...harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia."  (Kisah 5:29).  Walaupun keadaan dan situasi sekitar sama sekali tidak mendukungnya untuk hidup dalam kebenaran, Nuh berani melawan arus!

    Di tengah dunia yang dipenuhi ketidakbenaran dan kejahatan, inilah kehendak Tuhan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,"  (Roma 12:2).

Sudahkah kita menempatkan kehendak Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup ini?  Ataukah kita malah berkompromi dengan kehidupan duniawi?

Friday, October 4, 2013

JATUH DALAM DOSA DAN PENCOBAAN

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."  Matius 26:41

Mengapa Tuhan menasihati kita supaya selalu berjaga-jaga dan berdoa?  Tentu supaya kita tidak jatuh ke dalam pencobaan, karena tidak ada seorang pun kebal terhadap dosa.  Kedagingan kita lemah sekali.  Buktinya?  Banyak orang Kristen yang seringkali jatuh dalam dosa dan kesalahan yang sama, padahal mereka selalu berusaha menghindarinya, tetapi selalu saja tidak punya kekuatan untuk melawan.  Rasul Paulus berkata,  "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat."  (Roma 7:19).

     Kita harus mencari penyebab mengapa kita mudah sekali jatuh dalam dosa.  Inilah yang disebut dengan peperangan rohani.  Kita tahu bahwa di setiap peperangan pasti ada musuh yang menjadi lawan kita.  Adakah seorang prajurit berleha-leha atau bersantai saat berada di medan peperangan?  "Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya."  (2 Timotius 2:4).  Jika lengah sedikit ia pasti akan menjadi sasaran empuk musuh dan nyawanya akan terancam.

     Siapakah yang menjadi musuh kita dalam peperangan rohani ini?  Pertama, musuh kita adalah si Iblis.  Ia adalah penyebab seseorang jatuh dalam dosa.  Tiada hentinya ia "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Tujuannya adalah untuk mencuri, membunuh dan membinasakan manusia  (baca  Yohanes 10:10a), serta menjauhkan orang-orang percaya dari kasih karunia Tuhan.  Siang dan malam tak henti-hentinya Iblis mendakwa, menghasut, menuduh, menyalahkan, mngungkit-ungkit masa lalu dan sebagainya sehingga kita memiliki citra diri yang buruk.  Dengan segala tipu dayanya Iblis menanamkan hal-hal yang negatif di dalam pikiran dan hati kita yang membuat kita kehilangan pengharapan, timbul keraguan, ketakutan, lalu kita pun mulai menyalahkan Tuhan.  Akhirnya,  "...yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul."  (Ayub 3:25-26). 


"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."  Yakobus 1:14

Musuh kedua kita dalam peperangan rohani adalah kedagingan kita sendiri, karena seringkali membuat kita mudah jatuh ke dalam pencobaan.  Keinginan daging yang membuka celah dan akhirnya menyeret kita.  "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."  (Yakobus 1:15).  Musuh inilah yang tidak kita sadari tetapi sangat berbahaya.  Kedagingan atau kelemahan tubuh kita seringkali dimanfaatkan Iblis untuk membangkitkan keinginan kita melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan.  Apalagi setiap hari kita dihadapkan pada tawaran-tawaran dunia yang menggiurkan dan meninabobokan.  Melalui berbagai media, cetak maupun elektronik, aneka ragam informasi disuguhkan kepada kita:  mulai dari berita yang menakutkan, menghibur, sampai hal-hal yang membangkitkan hawa nafsu.  Sesungguhnya  "...dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya,"  (1 Yohanes 2:17).  Akibatnya kita lebih banyak mendapatkan input yang bersifat duniawi daripada informasi atau berita yang bersifat sorgawi.

     Alkitab menegaskan,  "...semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  (1 Yohanes 2:16).  Semakin kita terpikat dengan dunia ini semakin kita terikat dan menjadi sahabatnya.  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).  Bersahabat dengan dunia berarti mengutamakan perkara-perkara dunia ini dan mengabaikan perkara-perkara rohani.  Inilah yang dikehendaki Iblis bagi kita!  Karena itu jangan membuka celah terhadap keinginan daging kita yang menimbulkan pencobaan dan membuat kita jatuh dalam dosa.  Mustahil kita akan menang atas pencobaan jika kita tidak meningkatkan jam-jam doa kita untuk bersekutu dengan Tuhan.

     Dengan melekat kepada Tuhan setiap saat RohNya akan menolong kita dan menguatkan kita menghadapi setiap pencobaan yang ada.  "...Roh membantu kita dalam kelemahan kita;"  Roma 8:26

Tuesday, September 17, 2013

Berharaplah Kepada Tuhan Yang Setia


Lukas 16:19-31
Setiap kita pasti ingin memiliki kasih seperti hatiNya Tuhan yang tulus dan memiliki kasih. Kasih itu tidak akan berubah ketika ada perubahan disekitar kita. Pengorbanan Tuhan bagi kita itu luar biasa, Dia begitu setia bahkan sampai mati di kayu salib dan semua yang Dia miliki yang luar biasa di dalam Sorga (keagungan, kemuliaan, dll) tidak Dia pertahankan, tetapi Dia meninggalkan semuanya itu untuk kita.
Perikop ini mengangkat dua orang yang kehidupannya sangat berbeda. Yang seorang kaya raya luar biasa karena selalu berpakaian kain ungu dan jubah halus (pakaian kebesaran), setiap hari dia bersuka ria dalam kemewahan. Orang yang kedua namanya Lazarus, seorang pengemis miskin yang badannya penuh dengan borok dan berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu. Berbaring artinya dia seorang yang cacat. Jadi, karena cacat maka dia tidak bisa mencari uang sehingga dia menjadi pengemis. Ketika pengemis ini lapar, dia pergi ke tempat pembuangan makanan dari orang kaya yang setiap hari mengadakan pesta, dan sambil Lazarus mengorek makanan dari tempat sampah datang anjing-anjing menjilat boroknya.
Betapa menderitanya Lazarus selama hidup. Tetapi ketika dia mati, dia dijemput oleh malaikat dan dibawa ke pengkuan Abraham. Abraham adalah bapa orang percaya/beriman, maka namanya bapa pasti yang dipangkuannya adalah anak. Ini merupakan sebuah kiasan dimana seorang ayah memangku seorang anak dan bagaimana bapa pasti begitu juga anaknya. Artinya Lazarus juga adalah seorang yang percaya, imannya dasyat dan tidak berubah sekalipun apa yang dia harapkan tidak pernah tercapai sampai mati dia. Lazarus tetap dalam keadaan yang menderita, namun demikian dia tetap percaya dan berharap kepada Tuhan. Lazarus artinya Allah adalah pertolonganku. Abraham juga demikian, sebagai bapa orang percaya imannya dasyat dan tidak berubah ketika apa yang dia harapkan semakin hari semakin tidak mungkin bahkan sepertinya menemui jalan buntu.
Abraham menantikan keturunan sesuai dengan janji Allah. Kita tahu bahwa untuk menantikan keturunan maka usianya harus muda. Saya tidak berbicara tentang seorang pria, karena seorang pria walaupun sudah lanjuta masih bisa memiliki keturunan. Tetapi bagi wanita ada limit waktunya dimana diusia tertentu sudah tidak mungkin untuk mendapatkan keturunan. Tetapi Alkitab berkata dalam Roma 4:18-20, “Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, …”. Mau berharap apalagi Sarah sudah lanjut usia, tetapi terhadap janji Allah Abraham tidak menjadi bimbang, malahan ia memperkuat imannya dan memuliakan Allah.
Menantikan janji Tuhan yang semakin lama semakin tidak mungkin bahkan sepertinya menemui jalan buntu, Abraham tidak berubah dalam pengharapan. Abraham tetap berharap dan percaya karena dia mengetahui bahwa Allah yang Dia sembah adalah Allah yang berkuasa untuk melaksanakan apa yang Dia janjikan. Inilah juga seharusnya yang mendasari iman kita. Belajarlah dari iman Abraham, agar kita juga memiliki iman yang luar biasa. Tuhan yang berjanji adalah Allah yang setia. 2 Timotius 2:13, “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya”.
Kita istimewa dihadapan Tuhan, itu sebabnya jangan pernah goyah apalagi meninggalkan Tuhan dengan alasan apapun. Abraham adalah bapa orang percaya, karena sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, Abraham tetap berharap dan percaya. Saat ini kita mungkin sedang mengharapkan pertolongan dari Tuhan untuk persoalan apapun yang sedang kita alami, bahkan jika sekarang ini kita sepertinya menghadapi sebuah jalan buntu, tetaplah percaya dan berharap pada Tuhan karena pertolongan Tuhan itu tidak pernah terlambat selalu tepat pada waktunya. Hal ini Tuhan ijinkan kita alami karena Dia ingin membuktikan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan, Dia akan menjawab tepat pada waktuNya.
Nyawa dan kedudukan dianggapNya tidak penting, karena bagi Dia kita jauh lebih penting sehingga Dia rela meninggalkanNya agar kita menerima keselamatan. kita sangat berharga di mata Tuhan, ketika kita dalam masalah berat dan sepertinya sedang berada di jalan buntu, ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah punya niat jahat bagi kita, semua itu Dia ijinkan agar kita melihat mujizat yang luar biasa dalam hidup ini. Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”.
Bahkan Alkitab berkata dalam 1 Korintus 2:9, “… Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia”. Artinya kita harus melakukan Firman, tanda kita mengasihi Tuhan maka kita akan menerima apa yang sudah Tuhan sediakan. Ini menunjukkan bahwa Lazarus adalah orang percaya dan beriman. Sekalipun keadaannya tidak berubah sampai ia mati, namun tidak ada usaha Lazarus untuk bunuh diri, dia tetap bersuka cita.
Tuhan ingin kita bersuka cita walau keadaan tidak bisa diharapkan. Tetap percaya dan berharap karena Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang berkuasa dan mampu melaksanakan semua yang Dia janjikan. Sebab itu jangan beputus asa, teruslah berharap dan bersuka cita serta percaya. Beginilah hidup Lazarus, sehingga ketika dia mati Alkitab berkata dalam Lukas 16:22, “Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham”.
Orang kedua adalah orang kaya, tidak disebutkan kejahatannya dimana. Tetapi jika kita membaca Alkitab, dia adalah seorang kaya yang selalu mengadakan pesta, namun tidak memiliki belas kasihan. Lazarus ada di depan pintu gerbangnya cukup lama, sehingga orang kaya ini mengetahui nama pengemis ini. Lazarus yang menderita seperti itu, dan hal ini dilihat oleh orang kaya yang setiap hari mengadakan pesta ini, tetapi orang kaya ini tidak tergerak sedikitpun untuk memberikan makanannya kepada Lazarus, hal ini menunjukkan bahwa orang kaya ini tidak memiliki belas kasihan dan kemurahan.
Berbahaya sekali jika kita tidak memiliki belas kasihan dan kemurahan karena kita diselamatkan hanya oleh kemurahan hati Tuhan. Bahkan Alkitab berkata dalam Matius 5:7, “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”. Artinya jangan kita menutup mata dan hati kita jika ada orang yang membutuhkan pertolongan dari kita. Kita telah menerima hal-hal yang baik dari Tuhan, sebab itu pergunakanlah kekayaan kita untuk mempermuliakan Tuhan, maka Sorga akan menjadi bahagian kita. Artinya jika ada orang yang minta tolong, maka seberapapun yang kita mampu atau mau untuk memberi, berilah itu sehingga Tuhan akan dipermuliakan.
Perikop ini juga menerangkan kepada kita bahwa nasib orang yang sudah mati memiliki tempatnya masing-masing, bahkan Abraham menekankan lebih lagi bahwa dari tempat orang yang tidak percaya tidak bisa menyeberang ke tempat orang percaya, begitu sebaliknya apalagi kedunia ini lagi. Jadi, perikop ini juga menekankan agar kita jangan mempercayai sebuah tradisi bahwa orang yang baru meninggal rohnya masih bergentayangan, karena Alkitab berkata bahwa orang yang meninggal langsung dibawa ke tempat yang telah Tuhan sediakan.
Filipi 2:12, “… karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, …”.Sebab itu tetaplah setia kepada Tuhan sekalipun keadaan kita tidak seperti yang kita harapkan. Sekalipun pertolongan Tuhan sepertinya lambat tetapi itu pasti dan tepat waktunya. Belajarlah juga dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang berkata bahwa seklipun Tuhan tidak tolong kami akan tetap setia kepada Tuhan (Daniel 3:17-18), dan prinsip iman seperti inilah yang menghasilkan mujizat. Ini yang Tuhan inginkan dari kita sekarang, yaitu kesetiaan. AMIN

Saturday, September 14, 2013

TUHAN ADALAH PERLINDUNGANKU

Mazmur 27:1-14

"TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?"  Mazmur 27:1

Tak seorang pun tahu perihal hari esok!  Karena itu Alkitab menasihati:  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).  Manusia hanya bisa meramal, merancang dan membuat perkiraan-perkiraan, tapi hanya Tuhan yang tahu pasti.  "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  (Amsal 19:21), sebab  "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita..."  (Ulangan 29:29).  Mari jalani hidup ini dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan.  Kita tahu bahwa hidup penuh tantangan, ujian dan ketidakmengertian kita akan masa depan, sehingga banyak orang menempuh segala cara untuk mencoba melihat masa depannya dengan bertanya kepada dukun, paranormal dan sebagainya dengan harapan beroleh kekuatan, perlindungan dan jaminan.  Namun sebagai orang percaya kita punya Tuhan Yesus yang senantiasa menjaga, melindungi dan menyertai kita.

     Dalam Mazmur 27 Daud menyatakan bahwa ada banyak tantangan yang datang dari mana saja yang mungkin terjadi dalam kehidupan orang percaya.  Tantangan itu bisa datang dari orang-orang di sekitar yang berniat jahat untuk menjatuhkan dan menghancurkan kita  (ayat 2);  masalah atau persoalan yang sedang terjadi dan kita alami  (ayat 3);  ditinggalkan oleh orang-orang terdekat dan yang kita kasihi  (ayat 10);  orang-orang yang iri dengki yang berusaha memfitnah kita  (ayat 12) dan masih banyak lagi.  Sikap dalam menghadapi semua itu adalah harus tetap percaya kepada Tuhan dan terus bertekun mencari Dia.  "Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku."  (Amsal 8:17);  dan yang terutama sekali adalah kita harus menjaga hidup ini supaya tidak menyimpang dari jalan-jalan Tuhan.

     Hidup dalam ketaatan adalah kunci untuk beroleh perlindungan dari Tuhan,  "Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai."  (Mazmur 5:13).

Semakin mendekat kepada Tuhan semakin kita beroleh kekuatan dan mampu tegak berdiri di atas persoalan, karena Dia adalah perlindungan kita!

Wednesday, September 11, 2013

MERAGUKAN TUHAN YESUS

"Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya."  Matius 28:6a

Sampai saat ini masih banyak orang meragukan keilahian Kristus, tidak percaya bahwa Ia adalah Tuhan dan Juruselamat.  Selalu timbul pertanyaan:  benarkah Yesus disalibkan dan bangkit dari kematian?  Benarkah Dia menebus dosa manusia?  Banyak orang Kristen turut terprovokasi sehingga menjadi ragu-ragu terhadap imannya sendiri.  "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  (1 Korintus 1:18).

     Sebagai orang percaya kita tidak perlu meragukan Tuhan kita Yesus Kristus.  Dia adalah penebus dosa kita seperti tertulis:  "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."  (2 Korintus 5:21).  Ditegaskan pula bahwa  "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).  Orang dunia boleh saja ragu akan Yesus Kristus, tapi kita harus yakin bahwa Ia sudah bangkit dan kebangkitanNya ini menjadi dasar iman kita yang teguh.  Perihal kematianNya nabi Yesaya sudah menubuatkan,  "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh."  (Yesaya 53:5).  Begitu juga tentang kebangkitanNya:  "Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: 'Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.'"  (Matius 27:54).  Kubur kosong membuktikan bahwa Yesus telah bangkit dan makin dipertegas di mana Ia juga menampakkan diri kepada murid-murid dan banyak orang  (baca  1 Korintus 15:4-6).  Jadi setelah membayar hukuman atas dosa kita melalui kematianNya, Yesus bangkit.

     Dengan demikian kematian dan kebangkitan Kristus menjadi hal yang sangat prinsipal bagi orang percaya.

Rasul Paulus menulis,  "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu."  1 Korintus 15:14.

Monday, September 9, 2013

ORANG YANG MENANTIKAN TUHAN

Yesaya 40:12-31

"...orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."  Yesaya 40:31

Kita melihat dan mendengar betapa dunia dipenuhi dengan goncangan demi goncangan.  Beberapa waktu yang lalu ibukota negara kita (Jakarta) dilanda banjir hebat.  Ribuan orang, baik itu kaya, miskin, berpendidikan atau tidak, harus meninggalkan rumahnya dan tinggal di pengungsian.  Jalan-jalan protokol di ibukota menjadi kolam raksasa sehingga aktivitas warga menjadi terganggu, banyak kantor yang tidak bisa beroperasi, dan ini pasti berimbas pada sektor perekonomian, perdagangan dan juga industri.  Bukan hanya Jakarta, di daerah-daerah lain di seluruh pelosok tanah air juga mengalami hal yang sama.  Karena hujan dan banjir (cuaca ekstrem) para petani harus mengalami kerugian besar, gagal panen dan sawah ladang mereka rusak.  Hari-hari ini segala sesuatu yang dahulunya tidak digoncang sekarang mulai digoncangkan.  Adalah wajar jika banyak orang menjadi takut, kuatir dan cemas menghadapi hari esok.  Itulah sebabnya Alkitab menasihati,  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).

     Namun bagi anak-anak Tuhan, kuatkan iman percaya kita kepadaNya, sebab di dalam Dia  "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut."  (Ibrani 12:28).  Tuhan akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang menanti-nantikan Dia.  Dikatakan bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru, ia tidak menjadi lesu dan tidak menjadi lelah (ayat nas).  Siapa orang yang menanti-nantikan Tuhan?  Dia adalah orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal.  Artinya dalam menjalani hidup ini ia tidak mengandalkan diri sendiri, kekuatan, kepintaran dan kegagahannya.  Terhadap orang-orang yang demikian Tuhan akan memberikan kekuatan dan pertolongan saat menghadapi badai dan goncangan yang ada, sehingga ia akan tetap kuat dan akan tampil sebagai pemenang.  Dalam Yeremia 17:7 tertulis:  "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."  (Yeremia 17:17-18).

     Sebaliknya orang yang tidak menanti-nantikan Tuhan adalah orang yang mengandalkan manusia, tidak menaruh harap kepada Tuhan tapi lebih mengandalkan diri sendiri, uang, kekayaan, kekuatan dan kegagahannya.  FirmanNya mengatakan, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5)  Karena mereka mengatasi permasalahannya dengan kekuatan sendiri, Tuhan pun angkat tangan.  Itulah sebabnya mereka akan mudah lemah, frustasi, kecewa dan putus asa.

Tuhan berkata,  "...diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  Yohanes 15:5b.  Masihkah kita mengandalkan kekuatan sendiri?

Monday, August 12, 2013

KE MANA KITA AKAN LARI?


"Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?"  Mazmur 139:7

Tuhan Mahahadir dan Mahatahu, tidak ada tempat di belahan bumi mana pun kita dapat menyembunyikan diri dariNya.  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Daud menyadari hal ini,  "TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi."  (Mazmur 139:1-3).  Namun banyak dari kita yang tidak menyadarinya.  Kita berpikir Tuhan tidak tahu apa yang kita perbuat sehingga kita pun mengelabuiNya.  Ibadah tetap jalan, dosa pun tetap dilakukan.  Di dalam hati dan pikiran kita terpendam seribu rancangan dan segala keinginan untuk memuaskan daging, padahal  "...TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9).

     Yunus adalah orang yang diutus Tuhan untuk memberitakan Injil dan menyerukan pertobatan kepada orang-orang yang ada di kota Niniwe.  Niniwe bukan hanya kota yang besar luasnya, tapi juga padat penduduknya.  Niniwe adalah ibukota Kerajaan Asyur, tempat di mana penindasan dan kekejaman muncul dari kota itu.  Jadi Niniwe adalah musuh besar bangsa Israel pada waktu itu.  Secara manusiawi mungkin Yunus merasa minder dan takut untuk pergi ke sana karena Niniwe adalah kota besar dan kejam penduduknya.  Namun sesungguhnya ia sangat marah dan benci atas perbuatan orang-orang Niniwe yang membuat bangsanya menderita.  Karena itu daripada mentaati perintah Tuhan, Yunus memilih untuk kabur dan mangkir dari tugas sehingga ia putar haluan ke kota lain yaitu Tarsis, suatu tempat yang  "...jauh dari hadapan TUHAN;"  (Yunus 1:3).  Yunus berpikir bahwa Tuhan tidak akan mengetahuinya dan tidak akan mencarinya, walau sesungguhnya ia tahu benar bahwa Tuhan itu Mahatahu.

     Jika Tuhan ada di mana-mana, hendak lari ke mana Yunus?  Ke ujung dunia pun ia tahu keberadaannya.  Itulah sebabnya dalam perjalanan laut menuju Tarsis Tuhan berkenan mendatangkan malapetaka, yaitu angin ribut dan badai besar melanda. 



"Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah."  Yunus 3:3

Semua awak dan penumpang kapal menjadi panik dan takut.  Singkat cerita, mereka membuang undi untuk mencari siapa yang patut disalahkan sebagai penyebab terjadinya malapetaka ini.  Bukanlah kebetulan jika undi itu pun jatuh kepada Yunus.  Akhirnya Yunus pun menceritakan tentang pelariannya dan karena dialah Tuhan menjadi murka.  Di tengah rasa frustasi dan penyesalannya karena ia tahu dirinyalah penyebab ini semua, Yunus berkata kepada orang-orang,  "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu."  (Yunus 1:12).

     Rencana Tuhan tidak pernah gagal!  Atas campur tanganNya seekor ikan besar menelan Yunus dan ia pun harus tinggal di dalamnya tiga hari tiga malam lamanya.  Saat berada dalam perut ikan Yunus menyesali perbuatannya dan minta ampun kepada Tuhan karena telah memberontak dan lari dari panggilanNya.  Ia berkenan akan doa penyesalan Yunus, lalu  "... berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat."  (Yunus 2:10).  Tuhan memberi kesempatan kedua kepada Yunus untuk mengerjakan panggilanNya,  "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."  (Yunus 3:2).

     Sejauh apa pun kita berlari untuk menjauh dari hadiratNya, jika Ia berkenan memakai kita untuk sebuah rencana-Nya maka Ia akan selalu punya cara yang luar biasa untuk memanggil kita kembali sampai kita berkata 'ya' dan melangkah mengerjakan panggilanNya itu.  Mungkin saat ini banyak dari kita yang sedang melarikan diri dan menghindar dari panggilan Tuhan untuk melayani Dia dengan berbagai alasan:  sibuk, tidak ada waktu, tidak punya talenta dan sebagainya.  Ingat!  Melayani Tuhan adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita, jangan sia-siakan itu.  Tidak semua orang beroleh kesempatan dan kepercayaan!  Biarlah pengalaman hidup Yunus ini menjadi pelajaran berharga bagi kita.  Jangan menunggu sampai Tuhan menegur kita dengan keras.  Juga, jangan sekali-kali berkompromi dengan dosa, sebab Tuhan Mahatahu.

"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia."  2 Tawarikh 16:9a

Wednesday, July 24, 2013

KASIH KRISTUS: Dasar Hidup Suami Isteri


"Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya."  Efesus 5:33

Membangun mahligai rumah tangga ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan oleh para muda-mudi, sebab situasi dan kondisi berumah tangga sangat berbeda jauh dengan masa pacaran.  Dibutuhkan kesiapan mental dan juga materi supaya perkawinan yang dibangun dapat membuahkan kebahagiaan dan langgeng, apalagi menurut penelitian angka perceraian di Indonesia tergolong cukup tinggi.  Bukankah ini sangat memprihatinkan?

     Ada beberapa hal yang seringkali menjadi penyebab retaknya sebuah rumah tangga:  ketidakharmonisan antarpasangan, beda prinsip, perselingkuhan dan juga faktor ekonomi.  Kalau kita perhatikan, perceraian dalam rumah tangga tak lepas dari persoalan yang mendasar dalam kehidupan pasangan suami isteri, dan tidak menutup kemungkinan terjadi dan melanda keluarga-keluarga Kristen pula.  Apabila keluarga Kristen tidak lagi berpusatkan pada Kristus dan tidak menjadikan kasih Kristus sebagai dasar dalam membina hubungan rumah tangga, maka akan sangat berbahaya!  Karena itu marilah kita senantiasa berpegang teguh pada firman Tuhan supaya rumah tangga kita dapat terbangun sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan.

     Kita dapat memahami dasar-dasar perintah Tuhan dalam membangun rumah tangga yang berpusatkan pada Kristus dengan mengingat beberapa hal:  pertama, perihal tanggung jawab pada suami.  Tertulis:  "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya,"  (Efesus 5:25).  Jadi seorang suami harus mengasihi isterinya di segala keadaan.  Itulah yang menjadi kehendak Tuhan bagi para suami.  Alkitab juga mengingatkan bahwa doa-doa suami akan menjadi terhalang apabila ia tidak mengasihi isterinya dengan sungguh. "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."  (1 Petrus 3:7).

Doa-doa Saudara ingin dijawab Tuhan?  Kasihilah isteri dengan tulus, sebagaimana Kristus mengasihi Saudara!

 

"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  Kolose 3:23

Ada banyak kasus kekerasan rumah tangga terjadi di mana suami suka bertindak kasar, memukul dan menganiaya isterinya sampai babak belur hingga kasus KDRT ini sampai ke ranah hukum.  Apakah ini bisa dikatakan suami mengasihi isterinya?  Ada lagi kasus isteri menggugat cerai suaminya karena telah menelantarkan keluarganya.  Uang hasil kerja keras yang seharusnya untuk membiayai kebutuhan keluarga disalahgunakan suami untuk berfoya-foya, selingkuh, mabuk-mabukan, berjudi, sampai narkoba.  Memprihatinkan sekali!  Perhatikan ayat ini baik-baik!  "...jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman."  (1 Timotius 5:8).  Jadi, jika ada suami yang tidak bertanggung jawab terhadap isteri dan anak-anaknya, apalagi sampai menelantarkannya, Alkitab menegaskan bahwa ia disebut murtad dan dinilai lebih buruk dari orang yang tidak beriman.

     Kedua, bagaimana dengan tanggung jawab isteri?  "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat."  (Efesus 5:22-23a).  Perintah ini mutlak ditaati oleh isteri, sekalipun mungkin suaminya adalah orang yang berkarakter buruk.  Isteri harus tetap menunjukkan kasih dan dengan rendah hati tunduk pada suami.  Jika isteri melakukan tugasnya dengan benar sesuai dengan firman Tuhan, ia telah menyenangkan hati Tuhan dan bisa menjadi kesaksian bagi suaminya, supaya  "...jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu."  (1 Petrus 3:1-2).  Kadangkala ada pula isteri yang bekerja yang punya jabatan lebih tinggi dari suami, kurang menghargai dan tidak mau tunduk pada suaminya karena merasa dirinya punya penghasilan lebih besar dibandingkan suaminya.

     Maka setiap keluarga Kristen harus mengetahui apa yang harus dilakukan untuk bertumbuh dalam firman dan menghormati Tuhan.

Suami isteri yang menghormati Kristus dan firmanNya akan mewariskan nilai-nilai rohani kepada anak-anaknya dan menjadi berkat bagi banyak orang!

Saturday, July 20, 2013

MENGAPA HARUS ADA PENDERITAAN?


"Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung."  1 Petrus 2:19

Kita perlu menyadari bahwa dalam kehidupan ini sering kita dihadapkan pada masalah, penderitaan, kesusahan.  Itu adalah bagian dari kehidupan manusia yang tak terelakkan.  Sukacita, dukacita, kesenangan, kesusahan silih berganti datang dan pergi di dalam kehidupan kita.  Yesus juga mengingatkan,  "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."  (Yohanes 16:33b).

     Orang-orang dunia tidak bisa menerima masalah, sebab bagi mereka masalah adalah bencana bagi kehidupannya.  Namun sebagai orang percaya masalah dan penderitaan seharusnya tidak membuat kita putus asa dan kian terpuruk dengan merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, karena hal itu hanya akan melipatgandakan rasa sakit yang kita rasakan, bahkan membuat penderitaan terasa lebih berat untuk ditanggung dari yang seharusnya.  Kita harus selalu memiliki pengertian bahwa setiap masalah yang datang bisa bermakna positif dan mendatangkan kebaikan bagi kita.  Ada penderitaan yang membawa maut, tapi ada juga penderitaan yang memberi faedah atau manfaat.

     Penderitaan karena pelanggaran dan dosa itulah yang membawa maut,  "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah."  (1 Petrus 2:20).  Tetapi penderitaan karena melakukan kehendak Tuhan akan membawa kita kepada kedewasaan rohani.  Jika dalam hidup ini tidak ada masalah atau penderitaan, manusia pasti memilih hidup untuk tidak bergantung kepada Tuhan sepenuhnya:  menjadi sombong dan lebih bergantung pada kekayaan, kepintaran dan kekuatannya sendiri.  Jadi, masalah dan penderitaan yang ada bukan hanya untuk melindungi dan menjauhkan kita dari kecenderungan hidup tidak bergantung kepada Tuhan, tapi juga untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging kita,  "...karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa."  (1 Petrus 4:1), sehingga kita makin mengerti kehendak Tuhan.

"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."  Mazmur 119:71

 

"Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia."  Yohanes 9:3

Bermuara pada apa pun keadaan kita, biarlah kita memiliki pengertian yang berbeda dan memandang semua masalah dan penderitaan yang kita alami dari sudut pandang rohani.

     Ayat nas menegaskan bahwa penderitaan adakalanya diijinkan terjadi supaya pekerjaan-pekerjaan Tuhan dinyatakan seperti yang dialami oleh orang yang buta sejak lahir, yang disembuhkan Tuhan dengan caraNya yang ajaib.  "...Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta,"  (Yohanes 9:6).  Secara manusia orang yang buta sejak lahir tidak mungkin disembuhkan, tapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.  Penderitaan yang dialami oleh orang buta itu adalah kesempatan baginya untuk mengalami kuasa dan kebesaran Tuhan.

     Maria dan Marta dalam peristiwa lain sebenarnya punya alasan untuk kecewa dan marah kepada Tuhan, karena ketika kabar tentang adiknya (Lazarus) yang sedang sakit sampai kepada Tuhan, Tuhan justru dengan  "...sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada;"  (Yohanes 11:6), sampai pada akhirnya Lazarus meninggal.  Pasti semua orang akan berkata,  "Nasi sudah menjadi bubur."  Namun dalam setiap perkara tidak ada satu pun yang kebetulan, Tuhan tetaplah Pribadi yang memegang kendali hidup kita.  Manusia seringkali berkata bahwa semuanya sudah terlambat, tapi tidak bagi Tuhan!  Karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11).  Maksud dari semuanya itu adalah supaya kuasa dan kemuliaan Tuhan dinyatakan dengan menyadari bahwa kekuatan manusia itu sangat terbatas, karena itu jangan pernah membatasi kuasa Tuhan yang tak terbatas itu dengan keterbatasan kita.

     Penderitaan adalah juga cara Tuhan untuk menegur dan mengingatkan kita agar karakter kita makin dilebur dan dimurnikan.  Ayub yang sempat pahit hati karena penderitaan akhirnya menyadari dan hatinya pun diubahkan, sehingga ia dapat berkata, "Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2).

Melalui penderitaan, Tuhan hendak memurnikan iman dan ketaatan kita supaya kita bisa menjadi alatNya untuk menyaksikan perbuatanNya yang heran dan ajaib!