HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Sunday, September 13, 2020

MELAYANI TUHAN: Jangan Dengar Suara Iblis

 "Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu."  1 Yohanes 3:7a


Jika suara Tuhan adalah suara yang membawa seseorang kepada keselamatan, kesembuhan dan keberkatan, sebaliknya suara Iblis adalah suara yang membawa kepada kebinasaan, kehancuran dan kegagalan, karena misi Iblis adalah untuk mencuri, membunuh dan membinasakan manusia  (baca  Yohanes 10:10a).

     Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa dan harus terusir dari taman Eden karena mereka mendengar suara Iblis  (baca  Kejadian 3:1-7).  Tidak ada kebenaran di dalam diri Iblis karena suaranya adalah dusta dan kebohongan,  "...sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."  (Yohanes 8:44).  Maka jangan sekali-kali membuka telinga atau memberi kesempatan sedikit pun kepada Iblis untuk memperdengarkan suaranya.  Suara Iblis hanyalah menghasut, mengintimidasi, melemahkan dan mendakwa manusia.  Iblis memakai dunia ini sebagai sarana untuk memikat, menggoda, memperdaya dan menyeret manusia agar semakin jauh dari kebenaran.  Firman Tuhan memperingatkan,  "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  (1 Yohanes 2:15-17).

     Karena mendengar suara Iblis banyak orang lebih memilih berkompromi dengan dosa dan mengasihi dunia ini daripada Tuhan.  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?"  (Yakobus 4:4).  Akhirnya fokus hidup mereka hanya untuk mengejar materi semata sehingga hari-hari mereka dipenuhi segala keinginan untuk memuaskan nafsu kedagingannya.  "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya...barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.  (Galatia 5:19-21).

Semakin mendengar suara Iblis semakin kita hidup dalam kekuatiran, ketakutan dan kebimbangan, yang kesemuanya adalah tanda ketidakpercayaan kepada Tuhan.

MELAYANI TUHAN: Peka Suara Tuhan

 "Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh,"  Pengkotbah 4:17


Supaya dapat menghasilkan perkataan atau ucapan yang positif seorang pelayan Tuhan harus mempertajam pendengarannya setiap hari untuk mendengar seperti seorang murid.  "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid."  (Yesaya 50:4b).  Kita tidak akan mampu berkata-kata tentang hal-hal yang baik dan benar sebelum kita membiasakan diri mendengar kebenaran, di mana sumber kebenaran itu adalah firman Tuhan.  "Dasar firman-Mu adalah kebenaran"  (Mazmur 119:160).

     Memperkatakan kebenaran adalah tugas pelayan Tuhan.  Memperkatakan kebenaran berarti apa yang keluar dari mulut kita adalah perkataan yang senantiasa memberitakan kabar keselamatan kepada orang lain, menghibur, menguatkan, mendorong dan dipenuhi oleh kasih, dan untuk itu diperlukan suatu proses atau latihan seumur hidup kita yaitu dengan mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan setiap hari.  Saat kita mendengarkan firman Tuhan kita sedang mendengar suara Tuhan.  Mengapa kita harus selalu mendengar suara Tuhan?  Karena suaraNya adalah suara yang mendatangkan iman dan kehidupan.  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Saat berada di bumi kehadiran Yesus benar-benar membawa dampak yang luar biasa.  Di mana ada Yesus di situ selalu terjadi mujizat.  Ketika mendengar suaraNya orang sakit disembuhkan, angin ribut menjadi teduh saat Yesus memperdengarkan suaraNya.  Ketika Yesus berkata,  "...marilah keluar!", maka Lazarus yang sudah empat hari terbaring di dalam kubur pun bangkit dan hidup kembali.

     Perkataan Tuhan Yesus adalah firman yang berkuasa, yang sanggup menyelamatkan, menyembuhkan, memulihkan dan mengubahkan hidup siapa pun yang mau mendengar dan percaya kepadaNya;  dan kita yang sudah mendengar suara Tuhan ini memiliki tugas sebagai penyambung lidahNya untuk memberitakan kebenaran dan bersaksi tentang Dia.

"demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  Yesaya 55:11.

MELAYANI TUHAN: Mengekang Lidah

 "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu."  Yesaya 50:4a


Yakobus dalam suratnya mengatakan,  "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."  (1:26).  Sia-sialah melayani jika kita tidak bisa mengekang lidah atau menjaga ucapan.  Orang lain akan menertawakan pelayanan kita jika kita tidak bisa menguasai diri dalam bertutur kata:  bergosip, berkata jorok, mengumpat, dan lain-lain.

     Menjadi pelayan Tuhan bukanlah pekerjaan mudah, karena selain perbuatan, ucapannya pun harus benar-benar bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan juga manusia.  Lidah pelayan Tuhan seharusnya lidah yang sudah dikendalikan sehingga perkataan yang keluar tidak sembarangan.  "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."  (Kolose 4:6).  Maka dari itu  "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit."  (Pengkotbah 5:1).  Hati-hatilah dengan ucapan kita, sebab  "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."  (Matius 12:36-37).  Jangan sampai karena ucapan kita orang lain kecewa, sakit hati, terluka, patah semangat, apalagi sampai mundur meninggalkan Tuhan.

     Supaya lidah atau mulut berfungsi seperti yang Tuhan kehendaki kita harus senantiasa mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya setiap hari dan bergaul karib dengan Roh Kudus melalui jam-jam doa.  Dengan demikian pikiran kita dipenuhi perkara-perkara positif, dan secara otomatis yang keluar dari mulut kita juga positif.  Inilah yang harus dilakukan oleh orang yang melayani:  mengekang lidah!

"Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;"  1 Petrus 4:11

MELAYANI TUHAN: Punya Kasih dan Empati

 "setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;"  Yakobus 1:19


Kehidupan orang yang berkomitmen melayani Tuhan adalah kehidupan yang harus memancarkan terang bagi sekelilingnya, seperti sebuah pelita yang diletakkan  "...di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu."  (Matius 5:15).  Jika tidak, ia hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

     Ada banyak orang yang mengeluh dan kecewa ketika melihat pelayan Tuhan yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak menunjukkan sifat atau karakter kristus.  Bukankah hal ini sangat menyedihkan?  Padahal Alkitab menegaskan,  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Di lingkup gereja mereka tampak begitu rohani dan berhati seperti Yesus, tapi begitu berada di tengah-tengah dunia ia sama sekali tidak peduli dengan orang lain dan sangat egois.  Kasih mereka menjadi sangat dingin.  Jika demikian, apa bedanya kita dengan orang-orang yang belum percaya?  Padahal Tuhan Yesus telah memberikan teladan hidup yang luar biasa, Ia datang  "...bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Markus 10:45).

     Bagaimana kita bisa memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah jika kita sendiri tidak mengasihi jiwa-jiwa?  Namanya pelayan Tuhan, berarti tugas kita adalah melayani seperti Tuhan Yesus melayani karena hati Yesus selalu dipenuhi belas kasihan dan empati terhadap orang lain.  Namun kita seringkali dengan sengaja menghindar dan menjauhi orang lain karena kita tidak mau berkorban dan direpotkan.  Mengasihi orang lain atau memiliki kepedulian terhadap orang lain tidak harus berkorban secara materi.  Salah satu wujud kasih kepada orang lain adalah kerelaan kita mendengar ungkapan hati mereka, belajar menjadi good listener  (pendengar yang baik)  untuk setiap keluh kesah mereka.  Jadi permulaan kasih kepada sesama dimulai dari belajar mendengarkan;  dan kemauan untuk mendengar adalah syarat utama yang dibutuhkan dengan muatan belas kasihan dan kesabaran.  Dengan belajar mendengar ungkapan hati orang lain kita sedang mendisiplinkan diri untuk mendengarkan suara Tuhan.

Bisakah kita disebut melayani jika kita tidak punya kasih dan empati?

MELAYANI TUHAN: Rajin dan Tidak Malas

 "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  Roma 12:11


Jika saat ini kita beroleh kesempatan dan kepercayaan untuk terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan mari kita lakukan dengan sungguh-sungguh.  Sering kita jumpai banyak orang Kristen yang tidak menunjukkan kesungguhannya dalam melayani Tuhan:  ogah-ogahan, malas dan asal-asalan dalam melayani.  Kalau sudah berkomitmen untuk melayani maka kita harus memiliki kemauan untuk bekerja.  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,"  (ayat nas), artinya kita harus melayani Tuhan dengan rajin.

     Rajin berarti sungguh-sungguh bekerja dan berusaha dengan giat.  Tidak ada kerugian sama sekali jika kita melakukan segala sesuatu dengan rajin, bahkan Alkitab mencatat ada banyak berkat yang tersedia bagi orang-orang rajin.  "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya."  (Amsal 10:4),  "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa."  (Amsal 12:24).  Rajin adalah salah satu kunci meraih keberhasilan.  Orang yang rajin pasti tidak menunggu sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari ini;  orang yang rajin pasti berusaha menggunakan setiap kesempatan untuk melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya.  Sebaliknya orang yang malas pasti punya seribu satu alasan untuk lari dari tanggung jawab dan menghindari tugas.  Alkitab menyebut orang yang malas sebagai orang yang jahat di mata Tuhan karena telah menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

     Kemalasan berbicara tentang rendahnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, atau keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya ia bisa lakukan.  Malas berarti menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun dan tidak produktif.  Mustahil kita bisa mewujudkan segala keinginan dan cita-cita jika masih  'memeluk erat'  rasa malas.  Ada tertulis:  "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah."  (Pengkotbah 10:18).  Selagi ada waktu mari kita melayani Tuhan dengan rajin, jangan malas.

"...dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  1 Korintus 15:58

MELAYANI TUHAN: Kerendahan Hati

 "dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya."  Markus 10:44


Tuhan Yesus memberikan teladan yang luar biasa bagaimana seharusnya seorang Kristen melayani.  Saat jamuan menjelang hari raya Paskah, Tuhan Yesus dan para muridNya berkumpul, namun tidak seorang pun dari antara mereka yang mau saling melayani.  "Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu."  (Yohanes 13:4-5).

     Membasuh kaki orang biasanya dilakukan oleh orang yang paling rendah jabatannya, tapi Tuhan Yesus rela melakukanya.  KataNya,  "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."  (Yohanes 13:14-15).  Memiliki kerendahan hati seperti Yesus adalah syarat mutlak yang harus dimiliki setiap orang percaya, dan pelayanan adalah cara yang paling efektif menghasilkan sifat rendah hati.  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  (Yakobus 4:6).

     Kalau kita rindu pelayanan kita berkenan kepada Tuhan kita harus membuang sifat sombong dan belajar untuk rendah hati;  jadi jangan buru-buru menyebut diri kita sebagi pelayan Tuhan, sebab karakter yang baik itulah yang akan menentukan kualitas pelayanan kita.  Sering dijumpai ada banyak orang Kristen yang terlibat dalam pelayanan tapi memiliki karakter yang kurang baik.  Jika demikian, bagaimana kita bisa menjadi berkat?  Kita juga tidak boleh menilai kerohanian seseorang dari talenta atau karunia yang dimiliki, tetapi dari buah yang dihasilkannya.  "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."  (Matius 7:17, 20).

Seberapa banyak buah-buah Roh yang kita hasilkan itulah yang terpenting dan terutama, bukan aktivitas pelayanan semata!

MELAYANI TUHAN: Motivasi dan Terbeban

 "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka."  2 Korintus 5:15


Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam melayani Tuhan adalah motivasi kita.  Motivasi pelayanan yang berkenan kepada Tuhan bukan semata-mata supaya diberkati, melainkan kita rela melayani oleh karena kasih.  "Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil,"  (Filipi 1:16).

     Adapun ciri-ciri orang yang melayani Tuhan karena kerelaan dan kasih adalah:  tidak memperhitungkan untung-rugi, tidak menonjolkan diri sendiri dan tidak mencari hormat dan pujian dari manusia.  Hal ini sangat bertolak belakang dengan orang yang melayani Tuhan karena terpaksa dan memiliki motivasi terselubung:  selalu menghitug jasa, ingin dihormati dan beroleh pujian dari manusia, ingin diutamakan, tidak mau menanggung rugi, mudah sekali mengeluh, kecewa dan akhirnya pelayanannya pun tidak bertahan lama.  Orang yang melayani Tuhan harus memiliki beban yang dalam untuk melayani.  Seperti Tuhan Yesus yang melayani jiwa-jiwa karena hatinya tergerak oleh belas kasihan.  "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala."  (Matius 9:36).  Sedangkan keberadaan orang percaya di tengah dunia adalah untuk menjadi saksiNya:  menjadi garam dan terang dunia,  "...supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  (Matius 5:16).

     Jadi ladang pelayanan itu sesungguhnya sangat luas, tapi seringkali kita salah dalam memahami arti sebuah pelayanan.  Kita beranggapan bahwa melayani Tuhan berarti harus menjadi pendeta, penginjil atau terlibat dalam pelayanan mimbar, dan terlebih dahulu masuk Sekolah Alkitab.  Padahal Tuhan ingin agar kita memberitakan Injil melalui sikap dan tindakan kita sehari-hari, di mana pun kita berada dan kapan saja, sesuai dengan profesi kita masing-masing.

Melayani Tuhan adalah jika kita melakukan firmanNya dan menyelesaikan pekerjaanNya.  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  (Yohanes 4:34).

TIDAK MELAYANI: Berhutang Kepada Tuhan

 "Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah."  1 Petrus 4:10


Rasul Paulus menegaskan,  "...kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita."  (Roma 12:6-8).  Kita harus melayani karena kita dirancang dan diciptakan Tuhan dengan tujuan  "...melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  (Efesus 2:10).

     Siapakah yang harus kita layani?  Tuhan adalah pribadi utama yang harus kita layani.  Maka dari itu haruslah  "dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku."  (Kisah 20:19).  Hidup Paulus sepenuhnya dicurahkan untuk melayani Tuhan.  Ujian dan tantangan yang ada tak menyurutkan semangatnya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan.  Jangan sekali-kali kita melayani Tuhan hanya karena mengikuti tren atau sekedar ikut-ikutan.  Rasul Paulus menyadari,  "...Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi,"  (Galatia 1:15-16).

     Paulus merasa dirinya berhutang kepada Kristus jika tidak melayani Tuhan, sebab  "...kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).

"Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang."  Lukas 12:43

HIDUP KEKRISTENAN ADALAH MELAYANI

 "supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah."  1 Petrus 4:2


Setelah beroleh keselamatan secara cuma-cuma dari Tuhan ada bagian yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai umat tebusanNya yaitu memelihara, mengerjakan dan mempertahankan keselamatan tersebut dengan takut dan gentar.  Salah satu caranya adalah dengan melibatkan diri dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.

     Ada dua kata kunci bagi setiap orang Kristen yaitu marilah dan pergilah.  Tuhan berkata,  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28), dan juga  "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,"  (Matius 28:19).  Jadi kita dipanggil bukan hanya untuk menerima karunia keselamatan, tetapi juga untuk melaksanakan Amanat AgungNya:  pergi dan menghasilkan buah.  Tuhan tidak ingin kita hidup tanpa bekerja, tetapi aktif bekerja bagi Dia.

     Kita memiliki tugas memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah.  Inilah undangan Yesus kepada setiap orang percaya,  "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."  (Matius 4:19).  Mengapa kita harus melayani?  1.  Karena Tuhan Yesus telah terlebih dahulu memberikan teladan hidup kepada kita.  "...sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).  Sebagai pengikut Kristus adalah mutlak bagi kita mengikuti teladanNya.  2.  Karena Tuhan telah memberikan talenta dan karunia kepada kita yang kesemuanya itu harus kita kembangkan dan maksimalkan.  Jangan sekali-kali kita berlaku seperti hamba yang mendapat satu talenta dan menyembunyikan talentanya itu di dalam tanah.  Ia tidak mau bekerja dan berkarya bagi Tuhan.  Akhirnya hamba itu pun harus menanggung akibatnya  (baca  Matius 25:30).

     Jika kita tidak berbuat apa-apa bagi kerajaan Allah kita bersikap sama seperti hamba yang jahat, malas dan tidak berguna.  Dosanya tidak terletak pada apa yang dilakukannya, melainkan pada apa yang tidak dilakukannya, di mana ia telah menyia-nyiakan kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh tuannya itu.

Tanggapilah panggilan Tuhan dengan benar!

HIDUP BENAR ADALAH KUNCI BERTAHAN

 "Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  mazmur 25:3


Jika menghadapi situasi yang serba tidak menentu, kita sebagai anak-anak Tuhan harus memiliki sikap yang berbeda, karena kita memiliki keyakinan bahwa bersama Roh Kudus kita memiliki kesanggupan untuk menjalani hari-hari berat kita.  "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7) dan  "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).  Kekuatan adikodrati inilah yag senantiasa menguatkan, menopang dan menyertai kita.  Pemazmur menyatakan,  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20).  Tantangan, penderitaan, masalah, ancaman dan sebagainya akan selalu ada dan mewarnai hari-hari manusia.  Bagi orang dunia itu adalah hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan, tapi bagi kita adalah kesempatan untuk melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan.  "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."  (Keluaran 14:14).

     Supaya kita dapat bertahan di tengah pergumulan yang berat kita perlu tetap fokus pada janji Tuhan, sebab  "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,..."  (2 Petrus 3:9).  Apa pun keadaannya kita harus tetap menanti-nantikan Tuhan karena Dia tidak pernah lalai menepati janjiNya.  Dalam menantikan Tuhan terkandung beberapa aspek yang harus dipenuhi, yaitu kesabaran, ketekunan dan penguasaan diri;  dan kesemuanya itu tidak terlepas dari tindakan kita membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan.  Ketika kita sabar dan tekun menanti-nantikan Tuhan, iman kita sedang dilatih supaya kuat.

     Fokus pada janji Tuhan berarti memahami bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu 'saya', sehingga kita tidak berubah sikap sampai Tuhan bertindak.  Fokus pada janji Tuhan berarti kita  'tinggal'  di dalam firmanNya, artinya kita mengerjakan bagian kita yaitu hidup dalam kebenaran dengan melakukan firmanNya setiap hari.

"Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya."  Mazmur 25:10