1 Timotius 6:2b-10
"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." 1 Timotius 6:10
Uang, uang dan uang, selalu menjadi topik utama dalam kehidupan manusia di dunia. Tak seorang pun yang tidak membutuhkan uang. Itulah sebabnya kita berkali-kali diingatkan agar berhati-hati dengan uang ini. Begitu pentingkah ini? Sangat penting! Alkitab dengan keras menyatakan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan. Perlu digarisbawahi di sini, Alkitab tidak mengatakan akar dari segala kejahatan itu uang, melainkan cinta terhadap uang. Uang memiliki sifat netral, bisa berguna untuk hal-hal yang positif atau negatif bergantung di tangan siapa uang itu berada. Uang itu tidak jahat, tetapi cinta terhadap uang bisa saja membawa seseorang kepada segala jenis kejahatan.
Dalam hidup ini ada hal-hal yang bersifat materi yang tidak bisa tidak harus kita penuhi seperti makanan, pakaian dan juga tempat tinggal. Belum lagi kebutuhan-kebutuhan lain seperti biaya pendidikan, listrik, air, semuanya memerlukan uang! Karena itu kita harus bekerja. Dengan bekerja kita mendapatkan upah (uang). Namun inilah yang menjadi pokok permasalahannya. Jika kita tidak waspada hari-hari kita akan terus disibukkan dengan kegiatan memburu uang ini. Ada tertulis: "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang," (Pengkotbah 5:9). Karena memburu uang tidak sedikit orang menjadi lupa diri, lupa waktu, lupa ibadah, bahkan lupa keluarga. Ada banyak kasus terjadi: anak memberontak dan akhirnya terlibat narkoba karena kurangnya perhatian dari orangtua yang terus disibukkan dengan pekerjaan (memburu uang), isteri punya PIL karena suami jarang pulang dengan alasan lembur dan tugas di luar kota. Jika anak atau isteri komplain, jawabnya ayah sibuk bekerja juga demi keluarga. Bekerja, bekerja dan terus bekerja sampai-sampai kita mengabaikan jam-jam peribadatan. Tanpa disadari sampai kita telah kehilangan kasih mula-mula.
Karena memburu uanglah banyak dari kita yang tidak lagi mencintai Tuhan dengan segenap hati, padahal berkat-berkat materi yang kita miliki itu datangnya dari Tuhan dan Dialah yang memberikan kekuatan kepada kita untuk memperoleh kekayaan itu (baca Ulangan 8:18).
"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." 1 Timotius 6:10
Uang, uang dan uang, selalu menjadi topik utama dalam kehidupan manusia di dunia. Tak seorang pun yang tidak membutuhkan uang. Itulah sebabnya kita berkali-kali diingatkan agar berhati-hati dengan uang ini. Begitu pentingkah ini? Sangat penting! Alkitab dengan keras menyatakan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan. Perlu digarisbawahi di sini, Alkitab tidak mengatakan akar dari segala kejahatan itu uang, melainkan cinta terhadap uang. Uang memiliki sifat netral, bisa berguna untuk hal-hal yang positif atau negatif bergantung di tangan siapa uang itu berada. Uang itu tidak jahat, tetapi cinta terhadap uang bisa saja membawa seseorang kepada segala jenis kejahatan.
Dalam hidup ini ada hal-hal yang bersifat materi yang tidak bisa tidak harus kita penuhi seperti makanan, pakaian dan juga tempat tinggal. Belum lagi kebutuhan-kebutuhan lain seperti biaya pendidikan, listrik, air, semuanya memerlukan uang! Karena itu kita harus bekerja. Dengan bekerja kita mendapatkan upah (uang). Namun inilah yang menjadi pokok permasalahannya. Jika kita tidak waspada hari-hari kita akan terus disibukkan dengan kegiatan memburu uang ini. Ada tertulis: "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang," (Pengkotbah 5:9). Karena memburu uang tidak sedikit orang menjadi lupa diri, lupa waktu, lupa ibadah, bahkan lupa keluarga. Ada banyak kasus terjadi: anak memberontak dan akhirnya terlibat narkoba karena kurangnya perhatian dari orangtua yang terus disibukkan dengan pekerjaan (memburu uang), isteri punya PIL karena suami jarang pulang dengan alasan lembur dan tugas di luar kota. Jika anak atau isteri komplain, jawabnya ayah sibuk bekerja juga demi keluarga. Bekerja, bekerja dan terus bekerja sampai-sampai kita mengabaikan jam-jam peribadatan. Tanpa disadari sampai kita telah kehilangan kasih mula-mula.
Karena memburu uanglah banyak dari kita yang tidak lagi mencintai Tuhan dengan segenap hati, padahal berkat-berkat materi yang kita miliki itu datangnya dari Tuhan dan Dialah yang memberikan kekuatan kepada kita untuk memperoleh kekayaan itu (baca Ulangan 8:18).
"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Lukas 12:15
Dikatakan bahwa, "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan." (1 Timotius 6:9). Kata 'ingin kaya' dan 'jerat' menunjukkan bahwa orang itu sudah dikuasai dan dijerat oleh uang. Akibatnya mereka melakukan perbuatan-perbuatan jahat dan menyimpang dari kebenaran karena uang. Karena uang Ananias dan Safira berlaku tidak jujur, akhirnya keduanya mati secara tragis (baca Kisah 5:1-11). Orang nekat merampok, mencuri, menjambret karena matanya dibutakan oleh uang. Para pejabat yang sudah kaya masih saja merasa tidak cukup dengan uang dan kekayaannya sehingga mereka pun melakukan kejahatan dengan melakukan korupsi, menerima suap. "...siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya." (Pengkotbah 5:9). Jadi kesemuanya itu berakar dari rasa cinta uang.
Orang yang tidak pernah merasa cukup dengan harta yang dimilikinya, walau telah memiliki segudang kekayaan, pada dasarnya adalah orang yang miskin karena mereka masih saja merasa kurang dan selalu kurang. Sebaliknya orang yang senantiasa bisa bersyukur atas apa yang dimiliki dan di segala keadaan adalah orang yang kaya, sebab kekayaan sejati itu bukan diukur dari banyaknya uang atau melimpahnya harta, tapi bersumber pada kepuasan batiniah. Rasul paulus berkata, "...ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:7-8).
Berhati-hatilah! seseorang yang cinta akan uang, cepat atau lambat akan terjatuh dalam berbagai dosa karena mereka berpotensi untuk tidak bersyukur kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang menyimpang dari kebenaran, namun "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18).
Jangan sampai kita diperhamba uang dan mencintai uang lebih dari segalanya!
Dikatakan bahwa, "...mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan." (1 Timotius 6:9). Kata 'ingin kaya' dan 'jerat' menunjukkan bahwa orang itu sudah dikuasai dan dijerat oleh uang. Akibatnya mereka melakukan perbuatan-perbuatan jahat dan menyimpang dari kebenaran karena uang. Karena uang Ananias dan Safira berlaku tidak jujur, akhirnya keduanya mati secara tragis (baca Kisah 5:1-11). Orang nekat merampok, mencuri, menjambret karena matanya dibutakan oleh uang. Para pejabat yang sudah kaya masih saja merasa tidak cukup dengan uang dan kekayaannya sehingga mereka pun melakukan kejahatan dengan melakukan korupsi, menerima suap. "...siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya." (Pengkotbah 5:9). Jadi kesemuanya itu berakar dari rasa cinta uang.
Orang yang tidak pernah merasa cukup dengan harta yang dimilikinya, walau telah memiliki segudang kekayaan, pada dasarnya adalah orang yang miskin karena mereka masih saja merasa kurang dan selalu kurang. Sebaliknya orang yang senantiasa bisa bersyukur atas apa yang dimiliki dan di segala keadaan adalah orang yang kaya, sebab kekayaan sejati itu bukan diukur dari banyaknya uang atau melimpahnya harta, tapi bersumber pada kepuasan batiniah. Rasul paulus berkata, "...ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:7-8).
Berhati-hatilah! seseorang yang cinta akan uang, cepat atau lambat akan terjatuh dalam berbagai dosa karena mereka berpotensi untuk tidak bersyukur kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang menyimpang dari kebenaran, namun "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18).
Jangan sampai kita diperhamba uang dan mencintai uang lebih dari segalanya!
No comments:
Post a Comment