Baca: Keluaran 6:1-12
"Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!" Keluaran 6:11
Puncak perasaan ketidaksanggupan Musa tersirat dari pernyataan berikut: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus." (Keluaran 4:13). Meskipun demikian Ia tetap berperkara terhadap Musa. Sekali Dia memilih dan menetapkan seseorang, Ia tidak akan pernah mengingkarinya atau mencabut kembali rencanaNya. Kita pun tidak bisa lari dari panggilanNya, seperti kata Daud, "Ke mana aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tanganMu akan menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku." (Mazmur 139:7-10).
Jika Musa terus merasa tidak ada lagi dalam dirinya yang bisa dipakai membawa umat Tuhan keluar dari perbudakan Mesir, ia tidak akan pernah mengalami hal-hal besar yang sudah direncanakan Tuhan bagi dirinya. Namun akhirnya Musa bersedia patuh terhadap panggilan Tuhan. Musa tidak fasih bicara tapi dia memiliki tongkat, tangan, mulut dan saudara yaitu Harun yang diutus Tuhan mendampinginya. Sekalipun Merasa tidak mampu, Tuhan sanggup menjadikan yang tak mungkin menjadi mungkin. Tongkat yang pada awalnya hanya dipakai menggembalakan domba, oleh Tuhan sanggup dipakai untuk menyatakan mujizatNya. Mujizat pertama adalah tongkat itu berubah menjadi ular. Memang para ahli sihir Mesir juga melakukan hal yang sama, tetapi tongkat mereka ditelan oleh tongkat Musa (baca Keluaran 7:8-12). Ketika Musa memukulkan tongkatnya ke air sungai Nil, air itu pun menjadi darah (baca Keluaran 7:14-25). Laut Terberau terbelah menjadi dua ketika Musa mengangkat tongkatnya sehingga orang Israel dapat berjalan di tengah-tengah laut yang kering itu (baca Keluaran 14:15-31). Mulut Musa yang sebelumnya berat lidah, oleh urapan Tuhan dijadikannya berkuasa.
Andai Musa sudah menyerah dari awal dan tidak merespons panggilan Tuhan, ia tetap orang yang gagal.
Sekalipun kita terbatas kita memiliki Tuhan yang kuasanya tak terbatas! Sungguh, "...bagi Allah tidak ada yang mustahil!" Lukas 1:37.
"Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!" Keluaran 6:11
Puncak perasaan ketidaksanggupan Musa tersirat dari pernyataan berikut: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus." (Keluaran 4:13). Meskipun demikian Ia tetap berperkara terhadap Musa. Sekali Dia memilih dan menetapkan seseorang, Ia tidak akan pernah mengingkarinya atau mencabut kembali rencanaNya. Kita pun tidak bisa lari dari panggilanNya, seperti kata Daud, "Ke mana aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tanganMu akan menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku." (Mazmur 139:7-10).
Jika Musa terus merasa tidak ada lagi dalam dirinya yang bisa dipakai membawa umat Tuhan keluar dari perbudakan Mesir, ia tidak akan pernah mengalami hal-hal besar yang sudah direncanakan Tuhan bagi dirinya. Namun akhirnya Musa bersedia patuh terhadap panggilan Tuhan. Musa tidak fasih bicara tapi dia memiliki tongkat, tangan, mulut dan saudara yaitu Harun yang diutus Tuhan mendampinginya. Sekalipun Merasa tidak mampu, Tuhan sanggup menjadikan yang tak mungkin menjadi mungkin. Tongkat yang pada awalnya hanya dipakai menggembalakan domba, oleh Tuhan sanggup dipakai untuk menyatakan mujizatNya. Mujizat pertama adalah tongkat itu berubah menjadi ular. Memang para ahli sihir Mesir juga melakukan hal yang sama, tetapi tongkat mereka ditelan oleh tongkat Musa (baca Keluaran 7:8-12). Ketika Musa memukulkan tongkatnya ke air sungai Nil, air itu pun menjadi darah (baca Keluaran 7:14-25). Laut Terberau terbelah menjadi dua ketika Musa mengangkat tongkatnya sehingga orang Israel dapat berjalan di tengah-tengah laut yang kering itu (baca Keluaran 14:15-31). Mulut Musa yang sebelumnya berat lidah, oleh urapan Tuhan dijadikannya berkuasa.
Andai Musa sudah menyerah dari awal dan tidak merespons panggilan Tuhan, ia tetap orang yang gagal.
Sekalipun kita terbatas kita memiliki Tuhan yang kuasanya tak terbatas! Sungguh, "...bagi Allah tidak ada yang mustahil!" Lukas 1:37.
No comments:
Post a Comment