HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Sunday, May 6, 2012

Mengapa Engkau Meninggalkan Aku

* Markus 15:33-41 Yesus Mati
15:33 Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.
15:34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
15:35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia."
15:36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia."
15:37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.
15:38 Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
15:39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"
15:40 Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome.
15:41 Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.
Bandingkan dengan Matius 27:46


Ini perkataan yang paling keras dari semua perkataan keras Tuhan Yesus. Ini adalah kata-kata terakhir yang dapat ditangkap dengan jelas dari Yesus yang tersalib, dilaporkan oleh Markus dan Matius. Tidak lama setelah itu Ia menghembuskan nafas yang terakhir.

PW Schemeidel mengemukakan bahwa perkataan ini salah sati dari sedikit nas 'yang mutlak dapat dipercaya' yang bisa digunakan sebagai nas 'pendukung dasar' bagi kehidupan Tuhan Yesus dalam gereja. Tidak seorangpun bisa mencipta kata-kata seperti ini. Ini kejadian yang tak dapat dikompromikan. Sesuatu yang oleh seorang penginjil harus diberitakan apa adanya.

Orang bertanya "Mengapa?", tetapi pertanyaan itu tetap tak terjawab. Walaupun begitu, ada beberapa ahli teologia dan ahli jiwa yang berusaha untuk memberikan jawaban yang tidak diberikan dalam catatan Injil. Perbuatan mereka ini janganlah diikuti. Apa yang bisa kita katakan hanyalah : kalau perkataan ini perkataan yang keras bagi pembaca-pembaca Injil, maka perkataan ini paling keras untuk Tuhan Yesus sendiri. Jaminan yang menjadi dasar umat Allah dalam zaman Perjanjian Lama tidak berlaku bagi Dia. "Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu" begitu kata pemazmur (Mazmur 34:20). Tetapi bagi Yesus dalam derita salib ini, pelepasan itu tidak datang.

Hampir bisa dipastikan bahwa kata-kata itu dikutip dari nas awal Mazmur pasal 22 :

* Mazmur 22:2
"Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku."


* Markus 15:34
Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?


Ada perdebatan-perdebatan yang menyangkal bahwa kata-kata dalam Markus 15:34 ini tidak dikutip dari tulisan Ibrani, tetapi dari tulisan Aramik yang telah menggunakan kata-kata lain untuk arti yang sama. (Karena dalam Kitab Markus menulis kata "Eloi", Allahku, dalam Kitab Matius dengan bentuk bahasa Ibrani "Eli". Setiap usaha untuk menentukan ucapan yang tepat harus memperhitungkan fakta bahwa para penonton mengira Tuhan Yesus memanggil "Elia", nabi, agar ia datang menolongNya).

Meskipun Mazmur 22:2 diawali dengan seruan yang begitu merana, tetapi itu sesungguhnya merupakan pernyataan iman dan ucapan syukur. Pertolongan Allah, yang telah begitu lama ditanti, bahkan dalam keputus-asaan, akhirnya datang sudah. Maka, kadang-kadang diperkirakan, bahwa meskipun Tuhan Yesus diberitakan sebagai hanya mengucapkan seruan pembukaan dari kesengsaraanNya, sesungguhnya Ia mengucapkan seluruh pasal sebagai pernyataan iman.
Dan, syair dari Mazmur 22:2 atas sering diucapkan sebagai doa oleh kalangan Yahudi tatkala mereka mengalami penderitaan. Kitapun juga, saat mengalami kedukaan pun sering menyanyikan lagu-lagu sedih.

Ada satu penulis Perjanjian Baru, yaitu penulis Surat Ibrani yang lebih dari sekali mengutip Mazmur pasal 22 terlepas dari seruan pembukaan dan menghubungkannya dengan Tuhan Yesus. Khususnya ia mengatakan bahwa Tuhan Yesus mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelapatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya Ia tetap didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang dideritaNya dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya :


* Ibrani 5:7-9
5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,


Dalam kata-kata ini penulis surat Ibrani menjelaskan dengan terinci, dalam hal-hal yang menyangkut kesengsaraan yang diderita Tuhan Yesus, kebenaran Mazmur 22:25 :"Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya". Tetapi ketika menulis bahwa doa Tuhan Yesus 'kepada Dia yang sanggup menyelamatkanNya dari maut' dikabulkan, ia tidak memaksudkan bahwa Tuhan Yesus diselamatkan dari kematian. Yang ia maksudkan adalah bahwa Tuhan Yesus yang telah mati 'dibawa kembali dari antara orang mati' untuk hidup sejak saat itu 'berdasarkan hidup yang tidak dapat bianasa' Seperti tertulis dalam:

* Ibrani 13:20
Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita,

* Ibrani 7:16
yang menjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa.


Penulis yang sama manyuguhkan Yesus dalam kematianNya sebagai korban yang rela dan berkenan di hadapan Allah. Yesus pernah berkata dalam Markus 10:45 "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang". Dan pada hukuman salib ini Ia melakukannya dengan lebih efektif, dengan sungguh-sungguh masuk kedalam keadaan ditelantarkan dan ditinggalkan Allah yang sebetulnya hal tersebut menjadi nasip dari orang-orang yang berdosa. Begitu kata Paulus dalam 2 Korintus 5:21 "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Alla". Dalam kematianNya segala sesuatu telah dibuat menjadi kepunyaanNya yang oleh dosa dibuat menjadi kepunyaan kita – segala sesuatu dalam dosa, kecuali sifat berdosa itu sendiri (Reff. J Denney, The Death of Christ, edisi ke-6, London, 1907, p 160)

Tuhan Yesus 'belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya' begitu seperti tertulis dalam Ibrani 5:8. Artinya, bahwa dengan penderitaanNya, Ia mengetahui harga ketaatanNya yang sepenuh hati kepada BapaNya. Puncak ketaatanNya ialah kesediaanNya menerima Salib (penderitaan salib). Dan belum pernah ia lebih diperkenan oleh Bapa daripada dalam tindakanNya ini, tindakan yang didasari ketaatan mutlak. Meskipun demikian, ini tidak mengurangi kenyataan pengalamanNya ditinggalkan Allah. Tteapi kenyataan ini membuat Ia makin efektif sebagai penyelamat dan pendukung umatNya. Ia bukan tamu dari dunia lain, yng menghindar untuk terlalu terlibat dengan dunia kita ini. Ia sendiri secara mutlak melibatkan diri dengan nasip manusia. Tidak ada kesengsaraan manusia yang paling dalam sekalipun yang belum diarungi oleh Tuhan Yesus.

Dengan cara ini Ia 'mencapai kesempurnaanNya' –artinya secara mutlak Ia memenuhi syarat untuk menjadi penolong yang penuh belas kasihan bagi umatNya dalam kebutuhan mereka yang paling ekstrim. Bila dalam keadaan-keadaan tertentu mereka ingin menjerit kepada Allah, "Mengapa Engkau meninggalkan Aku?" mereka bisa menbayangkan bahwa itulah yang dulu Ia serukan. Bila dari kedalaman sengsara mereka kepada Allah, Ia yang berseru dari ekdalaman sengsara mereka kepada Allah, Ia yang telah berseru dari kedalaman sengsara pada hari penyaliban tahu bagaimana rasanya. Tetepi ada perbedaan ini : Tuhan Yesus sekarang beserta mereka untuk menguatkan mereka, tetapi tiada seorangpun berada didekat Yesus untuk menguatkanNya pada saat Ia mengalami sengsara.

No comments:

Post a Comment