HELL and his life.....

YESAYA26:9: "Jiwaku merindukan Engkau pada waktu malam, aku mencari Engkau dengan segenap hati, apabila Engkau menghakimi bumi kelak, penduduknya akan mengetahui makna keadilan"

Monday, December 12, 2011

Kristus pada masa pra inkarnasi dan Kristus pada masa inkarnasi


Kristus pada masa pra inkarnasi


Kristus pada masa pra inkarnasi diperlihatkan oleh Alkitab sebagai Allah dan setara dengan Bapa. Yoh 1:1 berkata : “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Dari konteks bacaan ini jelas bahwa Firman yang dimaksud di sini adalah Yesus Kristus sendiri. Yoh 1:1 ini juga memperlihatkan kepada kita bahwa Yesus itu sudah ada sejak semula dengan Allah. Ayat ini menjadi kesulitan bagi Kristologi kelompok Saksi Yehuwa sehingga akhirnya mereka menerjemahkan Yoh 1:1 ini dengan menambahkan kata “suatu” di depan kata “Allah” (bagi Yesus) sehingga Yesus menjadi “suatu allah” yang tidak setara dengan Bapa. Kata “pada mulanya” dalam Alkitab kita ini diterjemahkan dari bahasa Yunani “arche”. Menarik untuk mengetahui bahwa sekalipun kata‘arche’ dalam bahasa Yunani yang digunakan dalam Alkitab PB bisa juga berarti ‘awal dari suatu urutan’, Rasul Yohanes (a.l. Yoh.1:1) menggunakannya dengan pengertian ‘sumber dari segala sesuatu berasal’. Sebagai contoh kita dapat melihat bahwa Allah Bapa disebut sebagai ‘Arche dan Telos’ (awal dan akhir, Why.21:6, band.Yesus.44:6;48:12) dan dalam konteks ini Yesus juga disebut sama (Why.1:17;2:8;22:13). Demikian juga Allah Bapa disebut sebagai ‘Alpha dan Omega’ (alpha huruf pertama dan omega huruf terakhir dari abjad Yunani) (Why.1:8;21:6) dan Yesus juga disebut demikian (Why.22:13). Septuaginta (terjemahan PL ke dalam bahasa Yunani) menerjemahkan Kej.1:1 dengan kata ‘Arche’. Jadi di sini Yoh 1:1 memperlihatkan bahwa Yesus itu setara dengan Bapa.

Lihat juga Fil 2:5-6 : “…Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan…” Dalam Alkitab KJV, kalimat“walaupun dalam rupa Allah” berbunyi : 'being in the form of God'(ada dalam rupa Allah). Kata 'being' itu dalam bahasa Yunani adalahHUPARCHON dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tidak bisa berubah ('It describes that which a man is in his very essence and which cannot be changed'). Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu 'being in the form of God', maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah dan ini tak bisa berubah. Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh bentuk present participle dari kata HUPARCHON tersebut. Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan bentuk-bentuk aorist (past / lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk pada 'continuance of being' (= keberadaan yang terus-menerus). Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah (Mal 3:6 Maz 102:26-28 Yak 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan bahwa Ia tidak sempurna! Juga kalau ay Fil 2:7 yang mengatakan 'mengambil rupa seorang hamba'diartikan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsekuensinya, ay 6 yang mengatakan bahwa Yesus ada 'dalam rupa Allah' haruslah diartikan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah. Untuk lebih jelasnya lihat juga ayat-ayat berikut :


Yes 9:5 (nubuat tentang kedatangan Kristus) : Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.


Roma 9:5 : Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!


Ibrani 1:8 : Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.


Inilah pribadi Kristus pada saat pra inkarnasi di mana Ia adalah Allah dan setara dengan Bapa dalam segala hal.


Kristus pada masa inkarnasi


Ada beberapa ayat Alkitab yang berbicara tentang penjelmaan Kristus ini.


Yoh 1 :14 : Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.


1 Tim 3:16 : Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."


Ibr 2:14 : Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut


1 Yoh 4:2 : Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah


Jadi sesungguhnya Yesus Kristus ini bukan hanya manusia biasa, bukan hanya sekedar seorang nabi (seperti kemngkinan yang anda tambahkan) karena Ia adalah penjelmaan Allah sendiri. Satu hal yang perlu dipahami adalah bahwa sewaktu Ia menjelma menjadi manusia, Ia sama sekali tidak kehilangan keilahian-Nya. Ia masih tetap adalah Allah namun sekarang ketambahan sifat manusia. Sebagai sungguh-sungguh manusia Ia bisa lapar, haus, lelah, dll namun semuanya itu sama sekali tidak menghilangkan keilahian-Nya. Itulah sebabnya kekristenan ortodoks percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah-Manusia. Ia adalah Allah yang sejati sekaligus manusia yang sejati. Ia 100% Allah dan 100% manusia. Ia tidak berhenti menjadi Allah saat Ia menjadi manusia. Kol 2:9 berbunyi : Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keallahan..” .


Beberapa orang menafsirkan Fil 2:7 dengan mengatakan bahwa pada waktu Yesus menjadi manusia, Ia kehilangan keilahian-Nya. Teori ini disebut teori Kenosis. Namun teori ini tidak dapat diterima karena :
1) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah (bdk. Maz 102:26-28; Mal 3:6; Yak 1:17). Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara.
2) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
3) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusan-Nya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.

Dalam tafsirannya tentang Fil 2:7 Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan keilahian-Nya, tetapi menyembunyikannya dari pandangan manusia.


“Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari keilahian-Nya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Iamengesampingkan kemuliaan-Nya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya.”


Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.


“ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahi-Nya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaiban-Nya” (Reformed Dogmatics, hal 399).


Jadi jelaslah sudah bahwa sewaktu Yesus menjelma menjadi manusia, Ia sama sekali tidak berhenti sebagai Allah melainkan Ia dengan rela tidak menggunakan sifat-sifat ilahi-Nya yang relatif dan menempatkan diri-Nya di bawah Bapa sebagai seorang utusan bahkan bergantung pada Bapa. Itulah sebabnya kita menjumpai banyak catatan Alkitab bahwa Ia berdoa kepada Bapa. Jadi Ia tetap mahatahu, mahakuasa, mahahadir sejauh ini diijinkan oleh Bapa-Nya di sorga. Itulah sebabnya kadang Alkitab memperlihatkan bahwa Ia mahatahu dan tahu segala sesuatu (Yoh 2:24-25 : Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.; Yoh 18:4 : Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?"; Yoh 21:17 : “…"Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau….”) namun kadang Alkitab memperlihatkan ada hal yang tidak Ia ketahui (Mat 24:36 : Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, danAnakpun tidak, hanya Bapa sendiri."). Jadi sesungguhnya Yesus telah menyerahkan kemuliaan yang Ia miliki bersama Bapa sebelum dunia dijadikan (Yoh 17:5), lalu mengambil rupa seorang hamba (Fil 2:7). Herlianto menulis :


Dari terang ‘incarnate Christ’ kita perlu melihat konteks ayat-ayat yang menunjukkan kemanusian Yesus yang lebih rendah dari Allah Bapa, namun sekalipun dalam ‘kemanusiaannya’ ke ‘Allah’an-Nya juga tidak hilang, sebab ‘Yesus ditolong dan dilayani malaekat” (Mat.4:6,11). Yesus mengidentikkan diri-Nya dengan Bapa dan menyebut diri-Nya sebagai ‘Ego Eimi’ (Yoh.8:58). Dalam Septuaginta, Yahweh berkata mengenai namanya: ‘Aku Adalah Aku’ (Kel.3:14, I Am That I Am) diterjemahkan menjadi ‘Ego Eimi’, dan Yesus selagi menjadi manusia menggunakan Septuaginta dan membacanya dari situ, itu berarti Yesus mengidentikkan dirinya dengan Allah Bapa, sebagai ‘Ego Eimi’ (Aku adalah Aku). Itulah sebabnya dalam konteks ayat itu Ia akan dibunuh oleh orang Yahudi, band. Yoh.5:18). Demikian juga di kayu salib Ia menunjukkan otoritasnya dengan memasukkan penjahat di sisinya ke Firdaus (Luk.23:43).


Inilah keadaan Kristus pada saat berinkarnasi.


Kristus pada masa pasca inkarnasi


Karena inkarnasi sifatnya sementara maka keadaan Kristus yang terjadi pada masa inkarnasi juga bersifat sementara. Setelah Yesus bangkit, ia belum menyatakan ke’Allah’annya secara penuh karena Ia belum kembali kepada Bapa, namun Thomas sudah menyebutnya Tuhanku dan Allahku (Yoh.20:28). Yohanes menyebutnya Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal” (1Yoh.5:20). Petrus menyebutnya : Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2 Pet 1:1). Setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, kita dapat melihat ke’Allah’an-Nya secara penuh (glorified Christ). Kitab Ibrani menunjukkan bahwa ‘Yesus adalah Allah’ :


Ibr 1:3 : Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi


Ibr 1:8-9 :Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu."


Perhatikan baik-baik Ibr 1:8, bahkan Allah Bapa sendiri menyebut Yesus sebagai “Allah”. (band. Yoh.20:17: Yesus menyebut Allah Bapa sebagai “Allah-Ku”). Dalam Kitab Wahyu kita dapat melihat bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juga Allah, di mana Ia disebut juga sebagai ‘arche dan telos’ (awal dan akhir) dan juga sebagai ‘alpha dan omega’ (yang pertama dan terakhir dari abjad Yunani) yang mana menunjuk bahwa Ia sama dengan Allah Bapa’.


No comments:

Post a Comment