Lukas 1: 30
Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.Malaikat Gabriel datang kepada Maria (1:26) dan menyatakan bahwa Maria mendapat kasih karunia (1:30). Pertanyaannya adalah betulkah Maria mendapatkan kasih karunia? seringkali banyak orang mengidentikan kasih karunia dengan sebuah keberuntugan, berkat materi, kesehatan dll, singkatnya kalau dikatakan mendapat kasih karunia berarti tidak adanya pergumulan, masalah atau himpitan hidup. Namun apakah Maria dikatakan mendapat kasih karunia berarti ia mendapat keberuntungan atau dengan kata lain ia tidak mendapatkan pergumulan? Apabila kita menyelidiki Firman Tuhan ini secara mendalam maka dapatlah kita menemukan bahwa kasih karunia yang dikaruniakan bagi Maria tercantum dalam Lukas 1:31 “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus”. Jadi kasih karunia yang dimaksud adalah Maria akan mengandung seorang bayi. Seandainya Maria sudah mempunyai suami yang sudah disyahkan (seperti gereja saat ini yaitu melalui pernikahan), maka ini betul merupakan sebuah kasih karunia, sebab suatu keluarga pasti merindukan buah hati. Namun posisi Maria dan Yusuf pada saat itu masih dalam taraf pertunangan (bnd Lukas 1:43 “Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami” dan Matius 1: 18 “…Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”). Dengan demikian problem yang dihadapi oleh Maria adalah memiliki anak sebelum memiliki suami. Jikalau dipikir apakah ini kasih karunia atau pergumulan? mungkin orang akan berpikir bahwa tetapi Maria sudah tahu bahwa yang dikandung adalah Yesus Kristus yang akan menghapus dosa dunia. Betul bahwa Maria tahu hal itu karena disampaikan oleh Malaikat Tuhan (bdg Lukas 1:31-32). Namun pertanyaannya adalah apakah orang-orang disekitar Maria mengetahui tentang maksud yang Mulia itu atau tidak ? jawabannya tentu tidak, maka disinilah problemnya. Sehingga ketika Maria bersedia menerima kehendak Tuhan agar kandungan dipakai oleh Tuhan untuk mengandung dan melahirkan Kristus maka pada saat itu Maria harus siap menerima beberapa konsekwensi
1. Ia harus siap dituduh berzinah dan diceraikan oleh Yusuf tunangannya. (dalam konteks pertunangan pada zaman Yusuf dan Maria harus berpisah dengan cara bercerai) dan tindakan ini sempat dipikirkan dan diambil oleh Yusuf secara diam-diam (Matius 1:19).
2. Ia harus siap menghadapi tantangan dari pihak keluarga, oleh karena konsekwensi kandungannya tidak hanya dipikul oleh Maria, namun juga berakibat untuk semua kamu keluarga Maria.
3. Ia harus siap menghadapi cemooh dari lingkungan yang ada disekitarnya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa linkungan mengetahui bahwa hubungan Yusuf dan Maria hanya sebatas pertunangan, maka kandungan Maria menjadi buah bibir disekitar lingkungannya.
4. Ia harus siap menghadapi tuntutan hukum Taurat yaitu ” barangsiapa berzinah maka ia harus dibawa keluar dari daerah tersebut dan dirajam dengan batu sampai mati, sebab perzinahan adalah aib.
Dengan demikian maka dari satu sisi Maria patut bersukacita sebab ia dipercayakan oleh Allah untuk mengandung bayi Yesus yang adalah Juruselamat dunia, namun dalam sisi yang lain ia harus menghadapi pergumulan dan tantangan hidup. Situasi inilah yang dihadapi oleh Maria pada saat Natal. Namun dalam kondisi ini kita dapat belajar dari respon Maria ketika berita Natal itu disampaikan kepadanya terdapat dalam Lukas 1:38 “Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Dari ayat ini kita dapat menemukan respon Maria terhdapat berita Natal tersebut:
1. Ia mengenal dirinya sebagai seorang hamba Tuhan. Dimana seorang hamba tidak berhak untuk hidupnya sendiri, namun sebaliknya Tuannya yang berhak untuk hidupnya, sehingga ketika Maria menemukan bahwa dirinya adalah milik Tuhan maka yang berkuasa penuh atas hidupnya bukan dia melainkan Tuhan. Oleh sebab itu Berita Natal membawa kita untuk mengenal dan mengevaluasi hidup kita apakah betul kita sudah menjadi milik Tuhan dan apabila selama ini kita sudah mengklaim diri kita sebagai milik Tuhan apakah hidup kita juga sudah menunjukan bahwa kita milik Tuhan.
2. Maria tetap taat kepada Tuhan apapun konsekwensinya ia berkata “Jadilah padaku seperti perkataanmu itu”. Ia siap masuk dalam kehendak Tuhan walaupun kasih karunia tersebut harus melewati kesulitan , pergumulan hidup dan tantangan hidup. Sebab sebagai hamba Tuhan ia harus siap taat kepada Tuhan, ia tidak boleh menolak kehendak Tuhan.
3. Pertanyaannya adalah mengapa Maria berani mengambil keputusan ini jawabanya ada pada ayat sebelumnya bahwa Tuhan berfirman kepada Maria melalui Malaikat Tuhan dalam Lukas 1:37. Bagi Allah tidak ada yang mustahil terjemahan yang lain mengatakan bahwa Bersama dengan Allah tidak ada yang musthil. Inilah yang menjadi kekuatan bagi Maria untuk menerima kehendak Tuhan. Sehingga pada akhirnya semua pergumulan dan konsekwensi di atas di dalam kedaulatan Tuhan tidak dialami oleh Maria, sampai pada Yesus kristus lahir.
Aplikasi hidup:
Dalam hidup ini banyak orang yang mengklaim diri mereka sebagai orang percaya namun tidak taat kepada pimpinan dan kehendak Tuhan sebab mereka lebih melihat tantangan atau pergumulan yang akan dihadapi ketika menjalankan kehendak Tuhan, ketimbang melihat Tuhan dan rencana-Nya yang besar, sehingga membuat mereka melarikan diri dari kehendak Tuhan kadang dengan alasan-alasan rohani. Namun seharusnya siapapun kita yang telah memproklamirkan dirinya sebagai orang percaya harus percaya dan taat bahwa apapun konsekwensi dalam menjalankan kehendak Tuhan ia tetap setia kepada Tuhan. Sebab kita tetap percaya bahwa bersama dengan Tuhan kita dapat menanggung semua kesulitan tersebut sebab Tuhan lebih besar dari pergumulan hidup.
No comments:
Post a Comment