Baca: Kejadian 19:1-29
"Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." Kejadian 10:17
Ketika keluar dari tanah perbudakan di Mesir perjalanan hidup bangsa Isael tidak langsung mulus tanpa rintangan. Mereka dihadapkan pada laut Teberau yang terbentang luas, di kanan kiri mereka hamparan padang gurun dan di belakang mereka pasukan tentara Mesir dengan keretanya yang mengejar dengan kekuatan penuh. Jika menoleh ke belakang sepertinya mereka sudah tidak memiliki harapan lagi untuk hidup. Ketakutan dan keputusasaan merajai hati mereka. Bayangan penderitaan dan kematian ada di benak mereka. Itulah sebabnya mereka terus mengeluh, bersungut-sungut dan marah kepada Musa.
Bangsa Israel mengeluh karena Musa membawa mereka ke padang gurun. Mereka takut nantinya akan mengalami penderitaan yang lebih parah dari sebelumnya. Ketakutan mereka sangat beralasan karena mereka teringat pada penderitaan saat menjadi budak di Mesir. Bangsa Israel terus menoleh ke belakang, mengingat-ingat kehidupan masa lalu saat berada di Mesir. Isteri Lot pun demikian, ia menoleh ke belakang sebagai pertanda bahwa ia enggan meninggalkan Sodom dan Gomora, serta takut kehilangan harta bendanya. Padahal Tuhan memerintahkan, "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang,"
Begitu pula kita yang sudah memutuskan mengikut Kristus, segala sesuatu yang ada di belakang harus benar-benar kita tinggalkan, sebab "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Jadi kita harus mengenakan 'manusia baru' dan menanggalkan 'manusia lama'. Jangan lagi mengungkit-ungkit masa lalu dan berkompromi dengan dosa lagi. Seringkali banyak orang Kristen yang tidak rela meninggalkan dosa karena merasa bahwa dosa itu terasa nikmat dan manis, sayang bila harus ditinggalkan.
Yesus tegas menyatakan, "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerjaaan Allah." (Lukas 9:62). Artinya orang yang siap melangkah bersama dengan Kristus harus benar-benar meninggalkan kehidupan lamanya, jika tidak, ia tidak layak di hadapan Tuhan!
Baca: Roma 6:1-14
"Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa." Roma 6:6
Tuhan ingin kita benar-benar meninggalkan cara hidup kita yang lama dan hidup dalam pertobatan. Bertobat artinya hidup kita berubah 180 derajat. Jika selama ini kita masih melakukan perbuatan dosa secara sembunyi-sembunyi berarti kita belum bertobat. Alkitab menasihatkan, "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Mari kita belajar dari kehidupan Paulus: "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Paulus tidak mau menoleh ke belakang hidup lama. Masa lalu telah dikubur dalam-dalam, bahkan ia pun berkata, "...yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,..." (Filipi 3:7-8).
Mengapa kita harus melupakan apa yang ada di belakang kita dan tidak boleh menoleh ke belakang? Setelah percaya kepada Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat status kita pun berubah: kita adalah ciptaan baru, maka sudah selayaknya kita hidup dalam kehidupan yang baru bersama dengan Kristus. Kita harus hidup seturut dan selaras dengan kehendak Tuhan di dalam firmanNya. Kehidupan baru inilah yang sekarang harus menjadi fokus dan perhatian kita. Bagaimana kita setiap hari harus menyenangkan hati Tuhan dan bukannya melakukan perbuatan-perbuatan dosa lagi. Tidak menoleh ke belakang juga berarti tidak boleh mengingat-ingat dosa kita lagi, karena bisa saja Iblis menggunakan ingatan itu untuk menjatuhkan dan mengintimidasi kita agar kembali kepada dosa.
Jika kita berani mengambil komitmen untuk mengikut Yesus, apa pun resikonya harus kita pikul tanpa menoleh ke belakang dan tanpa mengingat-ingat apa yang dulu pernah kita lakukan.
"Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." Kejadian 10:17
Ketika keluar dari tanah perbudakan di Mesir perjalanan hidup bangsa Isael tidak langsung mulus tanpa rintangan. Mereka dihadapkan pada laut Teberau yang terbentang luas, di kanan kiri mereka hamparan padang gurun dan di belakang mereka pasukan tentara Mesir dengan keretanya yang mengejar dengan kekuatan penuh. Jika menoleh ke belakang sepertinya mereka sudah tidak memiliki harapan lagi untuk hidup. Ketakutan dan keputusasaan merajai hati mereka. Bayangan penderitaan dan kematian ada di benak mereka. Itulah sebabnya mereka terus mengeluh, bersungut-sungut dan marah kepada Musa.
Bangsa Israel mengeluh karena Musa membawa mereka ke padang gurun. Mereka takut nantinya akan mengalami penderitaan yang lebih parah dari sebelumnya. Ketakutan mereka sangat beralasan karena mereka teringat pada penderitaan saat menjadi budak di Mesir. Bangsa Israel terus menoleh ke belakang, mengingat-ingat kehidupan masa lalu saat berada di Mesir. Isteri Lot pun demikian, ia menoleh ke belakang sebagai pertanda bahwa ia enggan meninggalkan Sodom dan Gomora, serta takut kehilangan harta bendanya. Padahal Tuhan memerintahkan, "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang,"
Begitu pula kita yang sudah memutuskan mengikut Kristus, segala sesuatu yang ada di belakang harus benar-benar kita tinggalkan, sebab "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Jadi kita harus mengenakan 'manusia baru' dan menanggalkan 'manusia lama'. Jangan lagi mengungkit-ungkit masa lalu dan berkompromi dengan dosa lagi. Seringkali banyak orang Kristen yang tidak rela meninggalkan dosa karena merasa bahwa dosa itu terasa nikmat dan manis, sayang bila harus ditinggalkan.
Yesus tegas menyatakan, "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerjaaan Allah." (Lukas 9:62). Artinya orang yang siap melangkah bersama dengan Kristus harus benar-benar meninggalkan kehidupan lamanya, jika tidak, ia tidak layak di hadapan Tuhan!
Baca: Roma 6:1-14
"Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa." Roma 6:6
Tuhan ingin kita benar-benar meninggalkan cara hidup kita yang lama dan hidup dalam pertobatan. Bertobat artinya hidup kita berubah 180 derajat. Jika selama ini kita masih melakukan perbuatan dosa secara sembunyi-sembunyi berarti kita belum bertobat. Alkitab menasihatkan, "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Mari kita belajar dari kehidupan Paulus: "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Paulus tidak mau menoleh ke belakang hidup lama. Masa lalu telah dikubur dalam-dalam, bahkan ia pun berkata, "...yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,..." (Filipi 3:7-8).
Mengapa kita harus melupakan apa yang ada di belakang kita dan tidak boleh menoleh ke belakang? Setelah percaya kepada Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat status kita pun berubah: kita adalah ciptaan baru, maka sudah selayaknya kita hidup dalam kehidupan yang baru bersama dengan Kristus. Kita harus hidup seturut dan selaras dengan kehendak Tuhan di dalam firmanNya. Kehidupan baru inilah yang sekarang harus menjadi fokus dan perhatian kita. Bagaimana kita setiap hari harus menyenangkan hati Tuhan dan bukannya melakukan perbuatan-perbuatan dosa lagi. Tidak menoleh ke belakang juga berarti tidak boleh mengingat-ingat dosa kita lagi, karena bisa saja Iblis menggunakan ingatan itu untuk menjatuhkan dan mengintimidasi kita agar kembali kepada dosa.
Jika kita berani mengambil komitmen untuk mengikut Yesus, apa pun resikonya harus kita pikul tanpa menoleh ke belakang dan tanpa mengingat-ingat apa yang dulu pernah kita lakukan.
No comments:
Post a Comment