Baca: Mazmur 143
"Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata." Mazmur 143:10
Di kalangan orang-orang percaya kata kehendak Tuhan sudah menjadi hal yang biasa dan seringkali digemakan. Ketika mengharapkan sesuatu, semisal perihal jodoh/pasangan hidup, kita sering berkata: "Ya...biarlah kehendak Tuhan yang jadi." Ada pula yang dalam banyak hal selalu menggunakan kata kehendak Tuhanini sebagai senjata supaya kelihatan rohaniah atau Alkitabiah, "Kalau Tuhan kehendaki saya akan aktif dalam pelayanan ini. Saya sih ikut kehendak Tuhan saja dalam hal ini." Namun penggunaan kata kehendak Tuhan yang serampangan ini akan menimbulkan satu pertanyaan: apa sebenarnya kehendak Tuhan itu dan bagaimana kita bisa memahami kehendak Tuhan tersebut?
Dalam kehidupan ini, sadar atau tidak sadar, kita seringkali merasa jauh lebih kuat, lebih pintar, lebih hebat dan lebih tahu daripada Tuhan. Padahal sebenarnya kita ini adalah orang-orang yang lemah dan tak berdaya. Kita selalu berusaha mengatasi setiap persoalan dengan mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri. Di setiap perencanaan hidup pun jarang sekali kita melibatkan Tuhan dan bertanya kepadaNya, padahal "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka." (Mazmur 94:11), karena itu Salomo menasihati, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).
Kitta tidak pernah tahu akan apa yang terjadi di depan kita; besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan sebagainya, tetapi Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan Dia melangkah lebih jauh dari apa yang ada di pikiran kita, karena Dia Omniscience (Mahatahu); Allah yang menciptakan kita, merancang hidup kita dan membentuk hidup kita. Oleh karena itu kita harus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan. Namun seringkali kita melakukan segala sesuatu karena menuruti kehendak diri sendiri, bukan menurut kehendak Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kehendak kita tidak pasti, yang pasti hanya satu yaitu kehendak Tuhan. Tertulis, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21).
Kita merasa yakin bahwa apa yang akan kita lakukan dan rancangan itu pasti akan berhasil. Kenyataannya? Kita banyak mengalami kegagalan.
Mari lakukan segala sesuatu menurut kehendak Tuhan, bukan kehendak manusiawi kita.
"Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata." Mazmur 143:10
Di kalangan orang-orang percaya kata kehendak Tuhan sudah menjadi hal yang biasa dan seringkali digemakan. Ketika mengharapkan sesuatu, semisal perihal jodoh/pasangan hidup, kita sering berkata: "Ya...biarlah kehendak Tuhan yang jadi." Ada pula yang dalam banyak hal selalu menggunakan kata kehendak Tuhanini sebagai senjata supaya kelihatan rohaniah atau Alkitabiah, "Kalau Tuhan kehendaki saya akan aktif dalam pelayanan ini. Saya sih ikut kehendak Tuhan saja dalam hal ini." Namun penggunaan kata kehendak Tuhan yang serampangan ini akan menimbulkan satu pertanyaan: apa sebenarnya kehendak Tuhan itu dan bagaimana kita bisa memahami kehendak Tuhan tersebut?
Dalam kehidupan ini, sadar atau tidak sadar, kita seringkali merasa jauh lebih kuat, lebih pintar, lebih hebat dan lebih tahu daripada Tuhan. Padahal sebenarnya kita ini adalah orang-orang yang lemah dan tak berdaya. Kita selalu berusaha mengatasi setiap persoalan dengan mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri. Di setiap perencanaan hidup pun jarang sekali kita melibatkan Tuhan dan bertanya kepadaNya, padahal "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka." (Mazmur 94:11), karena itu Salomo menasihati, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).
Kitta tidak pernah tahu akan apa yang terjadi di depan kita; besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan sebagainya, tetapi Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan Dia melangkah lebih jauh dari apa yang ada di pikiran kita, karena Dia Omniscience (Mahatahu); Allah yang menciptakan kita, merancang hidup kita dan membentuk hidup kita. Oleh karena itu kita harus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan. Namun seringkali kita melakukan segala sesuatu karena menuruti kehendak diri sendiri, bukan menurut kehendak Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kehendak kita tidak pasti, yang pasti hanya satu yaitu kehendak Tuhan. Tertulis, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21).
Kita merasa yakin bahwa apa yang akan kita lakukan dan rancangan itu pasti akan berhasil. Kenyataannya? Kita banyak mengalami kegagalan.
Mari lakukan segala sesuatu menurut kehendak Tuhan, bukan kehendak manusiawi kita.
No comments:
Post a Comment