Baca: Roma 15:1-13
"Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." Roma 15:2
Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri (egosentris), terlebih lagi di akhir zaman ini: "...pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. ...tidak tahu bererima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi..." (2 Timotius 3:1-3). Demi menyenangkan diri sendiri berbagai upaya dilakukan, tidak peduli berapa besar kocek yang harus dikeluarkan. Contoh sederhana adalah masalah hobi. Seseorang yang memiliki hobi mengoleksi benda-benda antik, berapa pun harganya pasti dibeli. Demi hobinya ini ia rela memburunya sampai ke luar negeri, ke ujung dunia pun dicari. Itu semua ditempuh banyak orang demi menyenangkan diri sendiri. Menyenangkan diri sendiri adalah pekerjaan yang mudah dan semua orang pasti bisa melakukannya. Tetapi bagaimana untuk menyenangkan hati orang lain? Tidak semua orang mau melakukannya karena hal itu dirasa berat. Terlebih lagi menyenangkan hati Tuhan!
Paulus memberikan teladan hidup kepada kita betapa ia memiliki kepedulian terhadap orang lain. Ia sadar, sebagai seorang hamba tugasnya adalah melayani, bukan untuk dilayani. Oleh karena itu Paulus berusaha agar hidupnya menjadi berkat bagi orang lain; ia tidak mencari hormat bagi diri sendiri. Inilah pernyataan Paulus, "Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat." (1 Korintus 10:33). Paulus berusaha menyenangkan hati orang lain dan melakukan segala sesuatunya dengan tulus ikhlas tanpa ada 'udang di balik batu' atau kepura-puraan. Dasarnya adalah dia ingin menyenangkan hati Tuhan melalui pelayanannya tersebut.
Jadi, "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." (Efesus 6:6-7).
Sudahkah kehidupan kita menyenangkan hati Tuhan? Atau malah Tuhan kecewa dan sedih karena kita lebih mementingkan kesenangan diri sendiri?
"Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." Roma 15:2
Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri (egosentris), terlebih lagi di akhir zaman ini: "...pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. ...tidak tahu bererima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi..." (2 Timotius 3:1-3). Demi menyenangkan diri sendiri berbagai upaya dilakukan, tidak peduli berapa besar kocek yang harus dikeluarkan. Contoh sederhana adalah masalah hobi. Seseorang yang memiliki hobi mengoleksi benda-benda antik, berapa pun harganya pasti dibeli. Demi hobinya ini ia rela memburunya sampai ke luar negeri, ke ujung dunia pun dicari. Itu semua ditempuh banyak orang demi menyenangkan diri sendiri. Menyenangkan diri sendiri adalah pekerjaan yang mudah dan semua orang pasti bisa melakukannya. Tetapi bagaimana untuk menyenangkan hati orang lain? Tidak semua orang mau melakukannya karena hal itu dirasa berat. Terlebih lagi menyenangkan hati Tuhan!
Paulus memberikan teladan hidup kepada kita betapa ia memiliki kepedulian terhadap orang lain. Ia sadar, sebagai seorang hamba tugasnya adalah melayani, bukan untuk dilayani. Oleh karena itu Paulus berusaha agar hidupnya menjadi berkat bagi orang lain; ia tidak mencari hormat bagi diri sendiri. Inilah pernyataan Paulus, "Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat." (1 Korintus 10:33). Paulus berusaha menyenangkan hati orang lain dan melakukan segala sesuatunya dengan tulus ikhlas tanpa ada 'udang di balik batu' atau kepura-puraan. Dasarnya adalah dia ingin menyenangkan hati Tuhan melalui pelayanannya tersebut.
Jadi, "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." (Efesus 6:6-7).
Sudahkah kehidupan kita menyenangkan hati Tuhan? Atau malah Tuhan kecewa dan sedih karena kita lebih mementingkan kesenangan diri sendiri?
No comments:
Post a Comment