Kejadian 22:1-19
"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran..." Kejadian 22:2
Tuhan berjanji kepada Abraham, "'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firmanNya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'" (Kejadian 15:5). Ternyata Tuhan baru menggenapi janji tersebut 25 tahun kemudian saat Ishak lahir. Suatu penantian yang panjang!
Tidak mudah bagi seseorang meneguhkan hati untuk menantikan janji Tuhan seperti Abraham ini. Ketika berdoa selama seminggu, dua minggu, sebulan atau setahun, dan belum beroleh jawaban, biasanya seseorang akan mudah kecewa, mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan. Pemazmur menasihati, "Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14), karena "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mazmur 25:3a). Yang harus kita pahami, cara Tuhan bekerja seringkali di luar bahkan melampaui pikiran kita. Pastinya, pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya dan caraNya selalu ajaib! Seringkali jawaban Tuhan datang pada detik-detik terakhir ketika kita hampir menyerah dan kuatir. Akibat ketidaksabaran ini banyak dari kita yang akhirnya mem-by pass rencana Tuhan.
Ishak adalah anak perjanjian yang dinanti-nantikan selama 25 tahun. Darinyalah akan lahir bangsa yang besar dan diberkati; ia lahir di masa tua Abraham, maka wajarlah jika Ishak menjadi 'harta berharga' bagi orang tuanya. Namun Tuhan meminta agar Ishak dipersembahkan sebagai korban. Tidak bisa dibayangkan betapa berat pergumulan Abraham! Terlebih lagi ketika Ishak bertanya tentang korban bakaran itu, "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kejadian 22:7). Meski dalam hatinya penuh tanya, Ishak tetap taat melakukan perintah bapanya. Ketika menuju ke gunung Moria, Ishak rela diminta membawa sendiri kayu untuk korban bakaran itu di pundaknya, dan tanpa melakukan perlawanan ia rela diikat dan diletakkan di atas mezbah sebagai korban. Dan di detik-detik terakhir, Tuhan membawa Abraham melihat ada seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut.
Ternyata Ishak tidak perlu dikorbankan karena domba telah disediakan Tuhan untuk dipersembahkan sebagai korban menggantikan posisi Ishak!
"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran..." Kejadian 22:2
Tuhan berjanji kepada Abraham, "'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firmanNya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'" (Kejadian 15:5). Ternyata Tuhan baru menggenapi janji tersebut 25 tahun kemudian saat Ishak lahir. Suatu penantian yang panjang!
Tidak mudah bagi seseorang meneguhkan hati untuk menantikan janji Tuhan seperti Abraham ini. Ketika berdoa selama seminggu, dua minggu, sebulan atau setahun, dan belum beroleh jawaban, biasanya seseorang akan mudah kecewa, mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan. Pemazmur menasihati, "Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14), karena "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mazmur 25:3a). Yang harus kita pahami, cara Tuhan bekerja seringkali di luar bahkan melampaui pikiran kita. Pastinya, pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya dan caraNya selalu ajaib! Seringkali jawaban Tuhan datang pada detik-detik terakhir ketika kita hampir menyerah dan kuatir. Akibat ketidaksabaran ini banyak dari kita yang akhirnya mem-by pass rencana Tuhan.
Ishak adalah anak perjanjian yang dinanti-nantikan selama 25 tahun. Darinyalah akan lahir bangsa yang besar dan diberkati; ia lahir di masa tua Abraham, maka wajarlah jika Ishak menjadi 'harta berharga' bagi orang tuanya. Namun Tuhan meminta agar Ishak dipersembahkan sebagai korban. Tidak bisa dibayangkan betapa berat pergumulan Abraham! Terlebih lagi ketika Ishak bertanya tentang korban bakaran itu, "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kejadian 22:7). Meski dalam hatinya penuh tanya, Ishak tetap taat melakukan perintah bapanya. Ketika menuju ke gunung Moria, Ishak rela diminta membawa sendiri kayu untuk korban bakaran itu di pundaknya, dan tanpa melakukan perlawanan ia rela diikat dan diletakkan di atas mezbah sebagai korban. Dan di detik-detik terakhir, Tuhan membawa Abraham melihat ada seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut.
Ternyata Ishak tidak perlu dikorbankan karena domba telah disediakan Tuhan untuk dipersembahkan sebagai korban menggantikan posisi Ishak!
No comments:
Post a Comment