Ulangan 1:19-33
"dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa Tuhan, Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini." Ulangan 1:31
Empat puluh tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi begitu lama dan sangat melelahkan. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel: selama 40 tahun mereka harus melintasi padang gurun itu, mulai dari tanah Mesir sampai ke Kanaan, hanya dalam waktu beberapa hari saja. Sebuah perjalanan yang tidak mudah karena di padang gurun hampir tidak akan kita jumpai tanaman, kecuali di tempat-tempat tertentu. Belum lagi perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam, serta banyaknya binatang buas yang berkeliaran di padang gurun. Mengapa bangsa Israel begitu lama berada di padang gurun? Itu akibat dari ketidakpercayaan bangsa Israel sendiri sehingga Tuhan membiarkan mereka berputar-putar mengelilingi padang gurun tersebut selama 40 tahun hingga generasi pertama dari bangsa itu tidak ada lagi, hanya Kaleb dan Yosua saja dari generasi pertama bangsa itu yang memasuki Tanah Perjanjian.
Dalam perjalanan hidup ini terkadang kita juga harus mengalami seolah-olah sedang berada di padang gurun. Tetapi ada hal yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita: "Sebab Tuhan, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaan tanganmu. Ia memperhatikan perjalananmu melalui padang gurun yang besar ini; keempat puluh tahun ini Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, dan engkau tidak kekuarangan apa pun." (Ulangan 2:7). Di tengah badai kehidupan yang seberat apa pun janganlah sampai kita melupakan segala kebaikan Tuhan. Pengalaman hidup bangsa Israel ini menjadi bukti nyata betapa sempurna penyertaan Tuhan terhadap mereka. Namun meskipun berada di padang gurun selama bertahun-tahun bangsa Israel tetap berada dalam pemeliharaan Tuhan, sehingga mereka tidak kekurangan suatu apa pun juga.
Seringkali ketika permasalah datang menerpa hidup ini kita bertanya: di manakah Tuhan? Kita merasa Tuhan tidak mempedulikan kita dan membiarkan kita bergumul sendirian. Akibatnya kita menjadi lemah dan tak berdaya. Ibarat sebuah bangunan, 'rumah rohani' kita hancur berkeping-keping dan tinggal puing-puing berserakan. Mengapa bisa terjadi?
Sesungguhnya ada banyak orang percaya yang tetap kuat dan mampu bertahan di tengah persoalan.
"dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa Tuhan, Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini." Ulangan 1:31
Empat puluh tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi begitu lama dan sangat melelahkan. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel: selama 40 tahun mereka harus melintasi padang gurun itu, mulai dari tanah Mesir sampai ke Kanaan, hanya dalam waktu beberapa hari saja. Sebuah perjalanan yang tidak mudah karena di padang gurun hampir tidak akan kita jumpai tanaman, kecuali di tempat-tempat tertentu. Belum lagi perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam, serta banyaknya binatang buas yang berkeliaran di padang gurun. Mengapa bangsa Israel begitu lama berada di padang gurun? Itu akibat dari ketidakpercayaan bangsa Israel sendiri sehingga Tuhan membiarkan mereka berputar-putar mengelilingi padang gurun tersebut selama 40 tahun hingga generasi pertama dari bangsa itu tidak ada lagi, hanya Kaleb dan Yosua saja dari generasi pertama bangsa itu yang memasuki Tanah Perjanjian.
Dalam perjalanan hidup ini terkadang kita juga harus mengalami seolah-olah sedang berada di padang gurun. Tetapi ada hal yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita: "Sebab Tuhan, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaan tanganmu. Ia memperhatikan perjalananmu melalui padang gurun yang besar ini; keempat puluh tahun ini Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, dan engkau tidak kekuarangan apa pun." (Ulangan 2:7). Di tengah badai kehidupan yang seberat apa pun janganlah sampai kita melupakan segala kebaikan Tuhan. Pengalaman hidup bangsa Israel ini menjadi bukti nyata betapa sempurna penyertaan Tuhan terhadap mereka. Namun meskipun berada di padang gurun selama bertahun-tahun bangsa Israel tetap berada dalam pemeliharaan Tuhan, sehingga mereka tidak kekurangan suatu apa pun juga.
Seringkali ketika permasalah datang menerpa hidup ini kita bertanya: di manakah Tuhan? Kita merasa Tuhan tidak mempedulikan kita dan membiarkan kita bergumul sendirian. Akibatnya kita menjadi lemah dan tak berdaya. Ibarat sebuah bangunan, 'rumah rohani' kita hancur berkeping-keping dan tinggal puing-puing berserakan. Mengapa bisa terjadi?
Sesungguhnya ada banyak orang percaya yang tetap kuat dan mampu bertahan di tengah persoalan.
No comments:
Post a Comment