2 Korintus 12:1-10
"Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku." 2 Korintus 12:9b
Setiap manusia pasti memiliki kelemahan-kelemahan, entah disadari atau tidak. Seringkali kita tidak mau mengakuinya dan merasa gengsi untuk mengatakan bahwa kita ini lemah. Kita menganggap diri kita kuat: "Aku sanggup melakukannya sendiri, aku tidak perlu orang lain. Aku berhasil oleh karena usaha dan kerja kerasku, bukan karena siapa-siapa!"
Awal pertama ketika mendapat panggilan dari Tuhan, nabi Yesaya mengalami perkara yang luar biasa, di mana Tuhan menyatakan kemuliaan atasnya dan melalui para malaikatNya Tuhan memperdengarkan suaraNya. Pada saat itulah Yesaya menyadari akan keberadaan dirinya di hadapan Tuhan: seseorang yang najis, lemah dan tidak layak. Lalu Tuhan berkata, "...kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." (Yesaya 6:7). Untuk mengalami pemulihan dari Tuhan, kita harus dapat melihat siapa kita ini di hadapan Tuhan dan mau mendengar suaraNya. Banyak orang Kristen yang tidak peka akan suara Tuhan oleh karena mereka mengalami 'tuli rohani'. Hal ini disebabkan karena perhatiannya yang lebih besar terhadap perkara-perkara duniawi, terfokus pada kekuatan dan kepintaran manusia. Tuhan menghendaki setiap orang percaya mempunyai pendengaran yang peka terhadap suaraNya, karena dari mendengar suara Tuhan kita menyadari keberadaan kita dan langkah-langkah hidup kita akan terarah. Dan ketika kita sudah berjalan bersama dengan Tuhan, Ia akan mengubah kegagalan kita menjadi keberhasilan.
Mari belajar mengakui kelemahan-kelemahan kita. Terkadang masalah, pencobaan, kegagalan dan sebagainya dipakai Tuhan sebagai alat untuk membuat kita sadar akan keberadaan kita yang lemah dan terbatas ini sehingga kita belajar bergantung dan mengandalkan Dia. Rasul Paulus diijinkan Tuhan mengalami ujian dan tantangan, bahkan harus menghadapi 'duri dalam daging'. Tapi ia menyikapi setiap masalah yang ada dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin bila kita berada dalam kondisi seperti Paulus kita akan banyak mengeluh dan memberontak kepada Tuhan. Tetapi rasul Paulus tidak bersikap demikian, ia justru mengakui kelemahannya dan menerima semua itu dengan senang dan rela, karena ia tahu justru dalam kelemahannya itu ia menjadi semakin kuat karena kuasa Tuhan dinyatakan atasnya.
Jangan sombong, belajarlah untuk mengakui kelemahan yang ada!
"Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku." 2 Korintus 12:9b
Setiap manusia pasti memiliki kelemahan-kelemahan, entah disadari atau tidak. Seringkali kita tidak mau mengakuinya dan merasa gengsi untuk mengatakan bahwa kita ini lemah. Kita menganggap diri kita kuat: "Aku sanggup melakukannya sendiri, aku tidak perlu orang lain. Aku berhasil oleh karena usaha dan kerja kerasku, bukan karena siapa-siapa!"
Awal pertama ketika mendapat panggilan dari Tuhan, nabi Yesaya mengalami perkara yang luar biasa, di mana Tuhan menyatakan kemuliaan atasnya dan melalui para malaikatNya Tuhan memperdengarkan suaraNya. Pada saat itulah Yesaya menyadari akan keberadaan dirinya di hadapan Tuhan: seseorang yang najis, lemah dan tidak layak. Lalu Tuhan berkata, "...kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." (Yesaya 6:7). Untuk mengalami pemulihan dari Tuhan, kita harus dapat melihat siapa kita ini di hadapan Tuhan dan mau mendengar suaraNya. Banyak orang Kristen yang tidak peka akan suara Tuhan oleh karena mereka mengalami 'tuli rohani'. Hal ini disebabkan karena perhatiannya yang lebih besar terhadap perkara-perkara duniawi, terfokus pada kekuatan dan kepintaran manusia. Tuhan menghendaki setiap orang percaya mempunyai pendengaran yang peka terhadap suaraNya, karena dari mendengar suara Tuhan kita menyadari keberadaan kita dan langkah-langkah hidup kita akan terarah. Dan ketika kita sudah berjalan bersama dengan Tuhan, Ia akan mengubah kegagalan kita menjadi keberhasilan.
Mari belajar mengakui kelemahan-kelemahan kita. Terkadang masalah, pencobaan, kegagalan dan sebagainya dipakai Tuhan sebagai alat untuk membuat kita sadar akan keberadaan kita yang lemah dan terbatas ini sehingga kita belajar bergantung dan mengandalkan Dia. Rasul Paulus diijinkan Tuhan mengalami ujian dan tantangan, bahkan harus menghadapi 'duri dalam daging'. Tapi ia menyikapi setiap masalah yang ada dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin bila kita berada dalam kondisi seperti Paulus kita akan banyak mengeluh dan memberontak kepada Tuhan. Tetapi rasul Paulus tidak bersikap demikian, ia justru mengakui kelemahannya dan menerima semua itu dengan senang dan rela, karena ia tahu justru dalam kelemahannya itu ia menjadi semakin kuat karena kuasa Tuhan dinyatakan atasnya.
Jangan sombong, belajarlah untuk mengakui kelemahan yang ada!
No comments:
Post a Comment